Pekatnya malam tak khayal dapat menyelusup ke dalam setiap bagian dari ruangan mewah bergaya klasik itu, megahnya sofa berwarna merah di tengah-tengah ruangan itu seakan menggambarkan betapa besarnya sang pemilik. Lengan kanan penuh tato itu terangkat dan mengambil sebatang rokok yang telah dihisapnya sangkanya tak ada orang maka dengan berani ia membuang rokoknya pada asbak dan merebahkan diri pada sofa ruang kerja adik iparnya.
TOK TOK TOK
Gesekan sepatu hills menggema di sepanjang lorong rumah dan perlahan kaki itu melangkah dan membuka sebuah pintu megah didepannya. Wanita itu memasuki ruangan tempat dimana seseorang tengah tertidur pulas. Bibir bergincu merah darah itu tersenyum seraya memandangi bagaimana ekspresi lelaki dihadapannya tidur. Perlahan ia memajukan wajahnya pada lelaki itu sampai bibirnya menyentuh pipi putih lelaki itu, merasakan adanya distraksi perlahan lelaki itu membuka matanya dan dapat ia lihat bahwa wajah wanita itu berada dekat sekali dengan wajahnya tanpa banyak bicara lelaki itu menghindari wanita itu.
"Lain kali tak usah mendekat ketika aku tidur Joan." Lelaki itu melontarkan ucapan sinisnya pada wanita yang ia panggil Joan.
Joan hanya tersenyum menggoda lalu menuangkah bir pada gelas berkaki.
"Wajahmu begitu imut saat tertidur layaknya malaikat namun ketika bangun aku sadar bahwa kau hanyalah pecandu, Leon."
"Berhenti memanggilku pecandu aku sudah bersih dari setahun yang lalu."
"Ahahaha begitu yah. Leon, mau minum bir denganku malam ini? Hari ini dingin sekali Leon." Mendengar suara Joan yang dibuat imut Leon memilih berdiri dan menyampirkan jaket hitamnya pada bahu saat lelaki itu akan beranjak, Joana mencekal tangannya.
"Leon, kalau kau pergi dari sini kau akan menyesal seumur hidupmu." Ancam wanita itu dan terdengar sangat meyakinkan, meski begitu Leon melepaskan tangan Joana. Urat yang menonjol sepanjang lehernya menunjukkan bahwa lelaki itu menahan amarahnya pada wanita dihadapannya kini.
"Joana Milan. Kau adalah adikku dan tidak akan pernah aku menoleh pada dirimu sebagai seorang wanita dan lagi kau telah bersuami kalau kau begini terus maka aku akan melaporkan pada media bahwa pemilik yayasan Serahem adalah seorang sindikat terbesar penyelundup narkoba di negara ini." Leon berujar penuh penekanan.
"Oh, baiklah tuan tampan tunggu hadiah dariku oh, ya--" Joana kemudian membisikkan sesuatu pada telinga Leon. "--Aku adalah adik tirimu dan aku lebih dahulu mencintaimu dibanding pernikahan ayahmu dan ibuku." Lanjut Joana kemudian wanita itu berlalu pergi.
10 hari kemudian...
Serdadu berpakaian hitam-hitam terus berdatangan pada sebuah bangunan berlantai tiga puluh. Mereka berjalan mengendap-endap layaknya seorang pengintai handal. Sebagian dari mereka menggunakan lift dan sebagian lagi menggunakan tangga darurat, orang-orang di gedung itu dikumpulkannya disebuah aula sambil memerintahkan untuk terus tiarap.
Sementara, dilantai tertinggi gedung itu seorang pemuda baru saja bangun dari tidur nyenyaknya mengingat semalam ia telah melalui malam yang sangat melelahkan.
Tring.... Tring.... Tring....
Ponselnya terus mengeluarkan suara diiringi getaran hingga membuat lelaki itu berdecak kesal dan terpaksa mengambil ponselnya.
Dengan nyawa yang belum terkumpul ia menjawab panggilan yang masuk, "Hal—"
"Leon ini aku, kau huh... Kau, apa yang kau lakukan malam tadi?" Tanya orang diseberang sana dan terdengar sangat gusar.
Leon mengernyitkan dahinya bingung. "Aku bekerja, setelah melakukan konsultasi pajak, pekerjaan mengutusku untuk pergi ke pertemuan di istana presiden. Ada apa kak? Kau terdengar tak baik."
"Shit! Menjauh, menjauhlah dari tempatmu berada." Ucap lelaki diseberang sana dan terdengar begitu tegas.
Leon yang semakin kebingungan pun menimpalinya namun lelaki itu entah mengapa menuruti perkataan pengacaranya di telpon. Ia mengeluarkan tas ranselnya dan menaruh beberapa pakaian juga uang pada tasnya itu.
"Ada apa kak? Apa yang terjadi aku tak melakukan kesalahan dan aku tak membeli narkoba lagi."
"Kau membunuh menteri keuangan negara ini dan setelah itu kau kabur dan melakukan transaksi narkoba besar-besaran setidaknya itulah yang diberitakan kepada dunia." Tangan Leon yang tengah mengemasi barangnya mendadak berhenti dan ketika itulah sebuah pesan masuk pada ponselnya.
Joana : Suka hadiah dariku? Oh ya, kalau tidak salah mungkin kau akan dihukum mati atas tindakan mu.
Rahang Leon mengeras membaca pesan Joana. Semua kesialannya ulah wanita ular itu.
"Leon... Halo!" Tersadar karena seruan lelaki disebrang sana Leon dengan cepat selesai mengemasi barangnya.
"Kak aku mohon selama aku pergi tolong gali bukti yang membuktikan aku tak bersalah aku dijebak, kak."
"Ya, pasti itu akan ku lakukan tanpa kau sebutkan aku sudah tau orang yang menjebakmu. Leon pergilah ke desa yang pernah ku ceritakan padamu, pergi karena sebentar lagi anggota kepolisian akan menyergap masuk ke penthouse mu! Dan aku akan mengirimkan jemputan untukmu."
"Baiklah. Kak Arcy tolong bantu aku."
"Akan ku lakukan."
Dor.... Dor.... Dor...
"BUKA PINTUNYA!!!!" Seruan diluar sana menggema dan membuat Leon sedikit gemetar. Itu adalah seruan yang akan menjadi gerbang kebinasaan dirinya bila sampai tertangkap.
Leon dengan cepat mengambil tali yang biasa ia gunakan untuk panjat tebing lalu mengaitkannya pada sesuatu yang dapat menahan tali itu.
"CEPAT! BUKA PINTU INI KALAU TIDAK SAYA DOBRAK!!!"
Merasakan desakan para pria diluar sana yang kian menghimpitnya, tangan gemetar Leon mengambil tali itu dan meloncat keluar dari penthousenya yang berada di lantai tiga puluh.
Setelah bersusah payah meloncat ia akhirnya sampai dibawah dengan selamat. Leon kemudian berlari sampai di sebuah gang ia melihat mobil bak terbuka yang telah ditunjukan Arcy untuknya.
Leon memasuki mobil itu dan mobil yang dikendarai oleh supir dari pengacaranya itu melaju menuju tempat yang telah mereka bicarakan sebelumnya. Peluh membanjiri tubuhnya dan dadanya naik turun seiring dengan pernafasannya yang terasa berat.
Di pertengahan jalan yang sunyi Leon mengambil ponselnya dan melemparkan ponselnya keluar jendela. Perjalanan dilanjutkan dengan Leon yang tertidur hingga mereka sampai di sebuah desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota, desa yang asri dan indah. Desa Harawi.
* To Be Continue *
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Memories
FanfictionWarna-warni emosi terus mendatangi perasaan Annalyssa semenjak Leon masuk dalam kehidupannya. Leon, pemuda bertato dan bertindik yang menyimpan sejuta misteri dalam setiap geraknya tiba-tiba saja tinggal dipaviliun rumah Anna dan kisah keduanya dimu...