Kabut, dingin, dan hijau seperti itulah pagi di desa Harawi. Terhitung Leon telah menempuh waktu selama sembilan belas jam lebih tiga puluh menit untuk desa itu. Leon membuka jendela mobil dan mengulurkan tangannya keluar jendela, mengais udara dan merasakan angin yang menerpa wajahnya.
Desa Harawi persis seperti yang Arcy ceritakan padanya. Sepanjang jalan netra lelaki itu dimanjakan oleh hijaunya pesawahan dan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Atensi Leon kemudian terarah pada beberapa nenek-kakek yang sudah siap untuk melakukan pekerjaannya di sawah. Huh... Pedesaan yang sempurna.
Mobil bak terbuka milik Arcy terus melaju sampai di depan rumah tua yang luas. Tampak disana seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Leon. Setelah Leon turun dari mobil supir pun kembali menjalankan mobil itu dan pulang ke kota.
"Veronica Wyne." Wanita itu tersenyum dan memperkenalkan dirinya. Wajah wanita itu nampak tak asing bagi Leon namun ia pun yakin belum pernah bertemu dengan wanita bernama Veronica Wyne ini.
"Leon."
Setelah saling memperkenalkan diri, Veronica menuntun Leon untuk duduk di kursi minum teh depan rumahnya.
"Arcy menelponku dan mengatakan ada seorang pendatang baru di desa ini yang akan menjadi tuna wisma," Mendengar perkataan Veronica dalam hati Leon mengumpati Arcy.
"Ku tawarkan rumah kecilku dan Arcy menerimanya ia bilang bahwa kau akan membayar sewa tepat waktu meski kau seorang pengangguran."
Pengangguran? Yang benar saja, Leon ini seorang CEO perusahaan Gi&Li Holdings! Arcy benar-benar menjelek-jelekkan dirinya dihadapan orang asing.
"Dan satu lagi..." Veronica menggantung perkataannya lalu masuk ke dalam rumah saat kembali ia membawa baju overall dan sepatu boots, membuat Leon heran untuk apa barang itu?
"Kau diterima kerja di peternakan sapi kakek Bobby sebagai pemerah sapi. Selamat." Sontak bola mata Leon hampir keluar nendengarnya. What the hell?!
"Aku?!" Sahut Leon tak percaya bersamaan dengan itu seorang pria tinggi besar berpakaian serba orange datang.
"Veronica aku membawakan surat dari kota untuk Le-L-e..." Sang kurir terlihat kesulitan mengeja nama Leon.
"Leon?" Veronica menjawab.
"Ah, ya. Ini."
Veronica mengambil surat itu dan memberikannya pada Leon. Wanita itu mempersilahkan Leon membaca surat dan memberikannya kunci paviliun miliknya, ia sendiri pamit undur diri masuk kembali ke rumahnya.
Sebelum masuk ke dalam paviliun, Leon membuka surat untuknya yang ia yakini dikirim oleh Arcy.
To. Mr. Leon Alexander Milan
Maaf kau harus tinggal di paviliun aku tak mempunyai rumah di desa itu kau tau sendiri semenjak kakek ku meninggal satu bulan lalu ibuku menjual rumah kakek. Betah-betahlah di desa Harawi. Bertahan hiduplah. Dan bekerjalah dengan giat karena aku tak bisa menjamin kapan aku dapat selesai menemukan bukti-bukti kau tak bersalah. Dan satu lagi, kecantikan anak tante Veronica tak akan kau temui dimana pun.
Leon menggelengkan kepalanya membaca kalimat terakhir surat itu. Ia heran mengapa surat dari Arcy bisa sampai secepat itu ke sini padahal Leon saja baru sampai, merasa tak ada gunanya Leon berhenti memikirkan perihal kecepatan surat itu sampai dan waktu untuk Arcy menulis surat.
***
Pukul dua siang Leon terbangun dari tidurnya karena merasa udara semakin dingin ya, mungkin bagi penduduk asli desa Harawi suhu dingin ini adalah hal biasa karena memang desa Harawi ini berada di pegunungan. Leon berjalan mendekat pada jendela dan membukanya, hal yang tak disangka terjadi. Sebuah benda segi empat dibungkus kertas coklat yang di lempar lelaki pengantar surat tadi mendarat sempurna diwajahnya hingga membuat hidung Leon berdarah. Dalam hati ia mengumpati tukang pos karena sudah asal melempar saja.
Setelah merasa puas mengumpat sembari membersihkan hidungnya dari darah, Leon mengambil paket yang dilempar tukang pos tadi. Ia Membaca tulisan yang tertera di kertas, yaitu : "Untuk Ann, gadis manis bermata bulat"
Ann? siapa dia? Nama itu terdengar feminim. Leon tak ambil pusing dan menaruh paket itu di atas nakas, ia melirik pada jendela dan kembali teringat kejadian tadi, Leon jadi trauma membuka jendela.
Setelah cukup lama bergelut dengan buku yang ia bawa dari kota, Leon merasa bosan namun terlalu malas untuk keluar kemudian atensinya jatuh pada paket yang terlempar tadi. Kira-kira apa isi didalamnya, bentuknya, dan harumnya. Rasa penasaran Leon tak terbendung lagi akhirnya tangan penuh tato itu membuka sedikit demi sedikit kertas yang membalut sebuah buku di dalamnya.
"Dua belas cara menaklukan mister sexy-What the hell?!"
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Memories
FanfictionWarna-warni emosi terus mendatangi perasaan Annalyssa semenjak Leon masuk dalam kehidupannya. Leon, pemuda bertato dan bertindik yang menyimpan sejuta misteri dalam setiap geraknya tiba-tiba saja tinggal dipaviliun rumah Anna dan kisah keduanya dimu...