#5 Cuek

3 0 0
                                    

  Beberapa hari bahkan sudah mau sebulan, aku yang harus terus-terusan menghubungi dia duluan, bahkan anehnya dia malah semakin lama semakin cuek sama aku. Sikapnya benar-benar sangat berubah, yang awalnya perhatian menjadi seperti seseorang yang tidak aku kenal. Akupun bertanya-tanya ‘sebenarnya ada apa ini?’, ‘kenapa Rangga berubah seperti ini?’, ‘apa ada masalah?’, atau ‘aku ada salah sama dia?’. Kalau memang aku ada salah sama dia, bukannya seharusnya dia bilang sama aku. Bukannya malah diam begini. Akupun memberanikan diri untuk bertanya kepada Rangga.

Rangga, kamu kenapa? kok kamu belakangan ini beda banget, ada masalah?”

Ngapapa

Ngapapa gimana, kamu aja loh jadi cuek begini, kalau ada masalah cerita aja sama aku

Kalaupun ada sesuatu, beritahukan saja kepadaku, siapa tau aku bisa bantu”, ucapku

Sebenarnya Nats, aku butuh banget uang. Ibu aku sedang sakit dikampung, butuh dana buat pengobatanya, kalau boleh aku mau pinjam uang kamu buat pengobatan mama aku

Oh begitu yah.. kira-kira butuh berapa?

Ngak banyak kok, 300 ribu saja

Oh yah udah, besok aku transfer yah”.

       Tanpa berpikir panjangpun aku langsung mengiyakan permintaan tersebut, dan ngak lama sifat dan sikap Rangga kembali perhatian seperti awal kenal kami. Karena melihat Rangga yang kembali seperti semula itu, menurutku tidak mengapa menggorbankan uang 300 ribu untuk penggobatan ibunya dikampung. Seperti janjiku, akupun mentransfer uang sebesar Rp.300.000 ke rekening Rangga pada keesokkan harinya. Uang sebelumnya belum saja diganti, Rangga sudah meminta untuk meminjam uang lagi sebesar Rp. 500.000. Akan tetapi saat itu aku tidak bisa mengirimkan Rangga uang karena KTM sekaligus ATM ku disita sama seniorku dikarenakan sebagai jaminan bahwa pada event kampus aku wajib hadir sampai hari terakhir (selama seminggu kegiatan), Ranggapun menjadi bete dan kesal karena aku tidak bisa memberikannya uang.

       Akupun  berusaha menghiburnya, tapi Rangga mulai berubah menjadi lebih semena-mena dari sebelumnya, dia malah menginginkan sesuatu yang tidak wajar, akupun menolak dengan tegas, dan akhirnya Rangga menutup vc kami dan memblokir no ku. Seketika air mataku menetes, apakah yang seperti ini sudah benar untuk aku lakukan?, atau seharusnya aku menuruti kemauannya?, akupun menanggis membisu dikamar.

       2 hari, 5 hari bahkan sudah seminggu lebih Rangga masih memblokir ku, meskipun aku tau bahwa no ku masih diblokir sama dia, tetapi setiap hari, setiap jam aku terus-terusan mencoba menghubunginya tetapi tetap tidak bisa. Memang seharusnya saat itu aku menuruti permintaannya itu. Hingga pada 2 minggu kemudian, membuka blokiranku dan menghubungiku pada malam hari, dia memintaku untuk menemaninya ditelpon, tentu saja menemani bukan dalam artian yang positif melainkan yang buruk. Karena aku takut dia mengambaikanku lagi suatu hari, akhirnya aku memutuskan aku menuruti permintaannya. Ranggapun menjadi sangat senang, kamipun akhirnya melakukan sesuatu yang diluar batasan dan setelah selesaipun, pada pagi harinya dia mengabaikanku dan mengganggap hal seperti tadi malam tidak pernah terjadi.

       Akan tetapi pada malam harinya sikap dan perilakunya kembali berubah dengan sangat manis karena minta ditemanin. Hal seperti itu tidak hanya terjadi selama sekali, pada hari kebesokkan hingga sampai seminggu pun, dia terus-terusan memintaku menemaninnya. Entah mengapa aku hanya seperti dimanfaatkan, setelah dipakai habis itu dibuang, karena hal tersebut aku merasa sekarang diriku sangat kotor dan tidak pantas untuk siapapun. Setiap Rangga melakukan hal itu kepadaku, akupun selalu menanggis dikamar.

Tangisan 2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang