O2. Pervert Pond

2.4K 191 5
                                    

"Secara tidak langsung, kalian itu sudah menunjukkan sisi kemesraan kalian." Neo berkata. Bersikeras agar Pond mengikutinya.  Tidak ada cara lain selain membekap mulutnya dan menariknya paksa bersama Gemini.

"Astaga, hidupku." Pond berkomentar.

Gemini yang mendengar bahkan cekikikan sendiri. Tingkah temannya yang satu ini memang benar-benar perlu diperbaiki. "Kau harus meminta maaf pada tunanganmu terlebih dahulu Pak Pond yang terhormat, atau selamanya kau akan menjadi pria menyebalkan di matanya."

Dan penjelasan Gemini membuat Pond semakin uring-uringan di dalam sanderaan. "Memangnya aku membuat kesalahan apa?" mencoba mencari pembenaran dengan bertanya..

Joong yang berjalan memasuki ruangan segera duduk di sebelah Phuwin, "Phuwin adikku yang manis, kau salah mengartikan selama ini." berkata yang direspon dengan kikihan mengejek. Phuwin menyeringai. Sebetulnya siapa yang bodoh di sini?

Sialnya Phuwin sedang tidak mau diajak bicara. Itulah kenapa Phuwin terus bungkam setelah bertengkar dengan Pond beberapa waktu yang lalu.

Karena dengan jelas dirinya melihat foto itu. Fakta membuktikan! Dan Phuwin adalah tipe orang yang suka membuat kesimpulan terlebih dahulu sebelum mencari tahu lebih pasti, Phuwintang! Ingat!

"Jadi bagaimana perasaanmu jika Kak Dunk melihat itu?" Phuwin bertanya.

"Dunk bukan tipe yang menarik kesimpulan dengan mudah." Joong menjawab santai. Membuat Phuwin mendecak. Benar-benar tidak menjawab pertanyaannya sama sekali.

DUK!

Kepala Pond menyembul dari balik pintu ruangannya dengan wajah kesakitan akibat kepala yang terantuk pintu.

"Salahmu tidak menurut." sergah Neo menahan tawa.

"Selamat malam, Joong." Gemini menyapa.

Joong melambaikan tangannya, "Haruskah aku yang menjelaskan?" memberi tawaran.

"Tawaran yang Bagus." Pond mengangkat kepalanya menyahut. 

"Tidak! Pond wajib menjelaskan sendiri. Jika perlu direkam sebagai bukti jikalau Phuwin tidak kuat mendengarnya." Neo menyela. Mematahkan harapan Pond. Dia mendengus sebal.

"Aku tidak sedang mabuk." Phuwin segera berdiri dari duduknya. Melihat Pond seperti seorang sanderaan membuat Phuwin tersenyum girang. Bahkan sudah lima kali blitz dari kamera handphonenya mengambil gambar.

"Untuk kenang-kenangan." Phuwin beralasan, "Lalu apa yang membawamu kemari Naravit?"

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu." Pond membalas.

"Kau masih tidak mau menjelaskan foto itu? Lagipula ini bukan pertama kalinya. Aku sudah sering melihatnya, bodoh." Phuwin memulai perdebatan.

Sementara Pond masih pada pendiriannya. Seperti robot, dapat menggerakan tubuhnya tapi tidak dengan bersuara.

Gemini, Neo, dan Joong memperhatikan dengan seksama. Sebelum saling melirik, mengkode satu sama lain.

"Kami akan meninggalkan kalian." Gemini berusara dengan tangan buru-buru meraih kunci mobil dan handphone di atas meja dan melangkah mendekati pintu keluar. Begitu pun Neo yang membuntut di belakang Gemini, ia tersenyum melambaikan tangan sebelum keluar dari dalam ruangan.

"Dunk sudah menungguku." giliran Joong berujar. Menarik jaketnya yang tersampir pada kursi kerja sebelum benar-benar berjalan keluar ruangan. Meninggalkan Pond dan Phuwin berdua saja.

Ruangan benar-benar terasa sepi seketika. Pond dan Phuwin saling melempar tatap.

"Aku akan memaafkanmu jika kau menjelaskannya sekarang." Phuwin bersuara.

Boom! - PondPhuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang