Tanpa berpikir dua kali, Gavin tahu bahwa seorang Kaithlyn Luis sedang mabuk berat sekarang. Entah kesialan atau anugerah baginya. Ia pun tidak menanggapi pikiran yang semakin membuatnya kacau saja.
"Aku ingin minum!" Kaith mulai mengeluarkan suaranya yang sedikit kesal. "Tapi mereka tidak mengizinkanku sama sekali. Katanya aku sudah terlalu mabuk. Malah aku disuruh pulang. Bukankah sama saja tidak bijak ketika membiarkan perempuan mabuk pulang sendirian? Tidak membawa apa-apa lagi" Kaithlyn mengoceh panjang lebar. Sudah tidak ada kesadaran bahwa mata abu-abu yang menatapnya kini penuh hasrat dan keinginan yang ingin secepatnya terkabulkan. Tangan besarnya pun memegang bahu Kaithlyn, mencegah perempuan itu untuk tidak ambruk. Mata Kaith masih terpejam, dan itu membuatnya semakin gencar untuk mengoceh "Apakah mereka tidak tahu betapa frustasinya aku sekarang? Menunggu kematian sama seperti menunggu gilirian ketika antri di depan telepon umum!"
Pernyataan itu menyadarkan Gavin bahwa perempuan itu tahu kalau hidupnya terancam. Dia tahu cepat atau lambat bahwa dia, Gavin Addison, akan datang untuk membunuhnya.
Tak lama kemudian mata itu terbuka. Melebar ketika melihat sosok yang berada di depannya. Namun bukan takut yang Gavin lihat melainkan suara tawa renyah dari seorang Kaithlyn Luis.
"Kau datang untuk membunuhku? Aku harap jangan dulu." Kaithlyn menghapus jarak di antara mereka. Mendekatkan dirinya dan sedikit membuat gerakan yang membuat Gavin lebih tersiksa. "Bukankah sia-sia membunuhku tanpa merasakan diriku terlebih dahulu, Tuan Gavin yang terhormat?" tangan kecilnya bergerak menyentuh dada Gavin dan memberikannya usapan-usapan kecil.
Kata-kata nakal keluar yang Gavin tahu bahwa Kaith akan melakukannya ketika ia sedang mabuk atau diluar kesadarannya.
"Lagipula, pertemuan pertama kita sungguh mengesankan, My Death Angel."
Panggilannya yang sering disandangkan padanya dulu, yang kini keluar dari bibir mungil milik perempuan yang akan menjadi korban selanjutnya "Matamu mengingatkanku akan kegelapan. Kau begitu sempurna. Sampai-sampai muncul keinginan bahwa seharusnya dirimulah orang pertama yang membuatku merasakan bagaimana bercinta." Kaith kembali tertawa, tidak pernah berpikir bahwa semakin keras rahang Gavin mengatup.
"Lucu kan? Aku memang masih perawan diumurku yang hampir 27 tahun ini. Kau tahu? Semua ini karena Matthew Luis dan istrinya yang membuatku tidak percaya diri sama sekali. Mereka lebih mementingkan Kimberly daripada aku." Kaith tertawa lagi, sedangkan Gavin berkerut menerima kenyataan bahwa Luis memberikan kasih sayang yang berbeda untuk kedua putrinya. Sekaligus kenyataan bahwa Kaith masih perawan "Tapi aku tahu alasannya karena memang aku bukan putri kandung mereka..." kenyataan yang benar-benar membuat Gavin terkejut. Informasi sebesar itu tidak ia terima dari seorang Zoe. Bagaimana bisa ia melewatkannya? Setelah ini diniatkan pada dirinya untuk tidak segan-segan menendang Zoe sekuatnya.
"...uupps... seharusnya kau tidak mengetahui ini Mr. Addison. Aku rela untuk kau bunuh walaupun membuatku takut setengah mati, tapi setelahnya bisa membuatku melepas beban dunia ini."
Mendengar pernyataan Kaith yang selanjutnya ini membuat Gavin menangkup tangannya pada wajah Kaith. Menunduk dan mencium bibir perempuan itu agar berhenti mengoceh. Kata-kata yang sudah jelas membuatnya terkejut, terharu, tertegun, dan merasa... tersentuh. Kaith membalas ciumannya, memberi ruang untuk dirinya agar lebih dalam. Lidah mereka bertaut, memberikan sensasi-sensasi yang siap membakar keduanya.
Shit! Bahkan Gavin tidak pernah mencium seorang perempuan pun di tempat umum seperti yang sekarang terjadi padanya. Dia seperti kehilangan kontrol atas dirinya.
"Baby,aku harus memilikimu. Tapi tidak untuk di sini."kata Gavin dengan suara yang bergetar menahan gejolak yang meledak.
---00---
KAMU SEDANG MEMBACA
My Death Angel (#1 MDA Series)
RomanceTelah tersedia di Karyakarsa (zenithasinta)! (Sebagian besar cerita telah dialihkan ke laman Karyakarsa!) Gavin Addison adalah pria arogan yang setiap keinginannya tercapai dengan mudah. Kombinasi kesempurnaan fisik tanpa hati yang banyak orang men...