Kaith terbangun begitu saja ketika dirasa ada aura yang membuatnya tiba-tiba terjaga. Aura yang menenggelamkannya pada dasar neraka yang tak berdasar sama sekali hingga menimbulkan kekacauan berkali lipat dalam hidupnya. Matanya memang terbuka, namun dari sorotnya orang lain akan tahu bahwa mata itu tidak lagi ada kehidupan yang nyata. Dia tidak bergerak sedikit pun. Bahkan ketika Gavin melemparkan pakaian kerja untuknya.
"Aku tidak suka melihat kenyataan bahwa salah satu karyawan perusahaanku menjadi pemalas. Ini waktunya kau untuk kembali bekerja" setelah berkata demikian, Gavin berbalik pergi meninggalkan Kaith yang masih terpaku pada tatapannya yang hampa.
Dia membutuhkan hiburan yang mungkin akan didapatkannya ketika bekerja nanti. Bertemu Abel dan memperbincangkan banyak hal yang mungkin akan menjadikannya lupa akan kejadian tragis dalam hidupnya. Karena pemikiran itulah, dia mulai menyibak selimut yang sedari tadi menutupi tubuh telanjangnya untuk segera pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri dengan mengusap kasar seluruh tubuhnya untuk menghilangkan jejak perbuatan menjijikkan dari seorang Gavin Addison, menjadi salah satu jalan keluar untuk membuatnya kembali bertahan. Bertahan menjalani hidup hingga nantinya ia benar-benar menyerah untuk bangkit.
***
Mungkin kembali bekerja menjadi suatu keputusan yang salah bagi Kaith. Bukan hiburan yang dia dapat, melainkan tatapan-tatapan aneh dari setiap orang yang melihatnya ketika berjalan melewati mereka. Apa ada yang salah dari penampilannya hari ini? Dia rasa tidak. Pakaian kerja yang diberikan Gavin pun sesuai dengan pakaian yang selama ini dipakainya. Kecuali harga yang memang Kaith yakin akan setara dengan gaji bulanannya sebagai seorang sekretaris manager. Luka di keningnya yang masih belum kering pun ia siasati dengan beberapa helai rambut miliknya. Semua dirasa normal, tapi mengapa ada tatapan yang seolah menghujat bahkan merendakan dirinya?
"Hai!" sapaan sekaligus tepukan pada bahunya dari salah satu karyawan lelaki yang Kaith tahu berasal dari divisi berbeda, membuatnya berkerut heran. Ada semacam tatapan tak senonoh yang coba dilayangkan lelaki tersebut pada dirinya. "Berapa harga yang pantas aku berikan untuk mendapat kenikmatan yang sama dengan pemilik perusahaan ini?"
Pertanyaan yang membuat Kaith menahan nafas seketika. "Kau menjijikkan!" ucapnya cepat yang secepat itu pula membuat lelaki tersebut tertawa. Kaith merasa tidak pernah mengenal lelaki yang saat ini tertawa di depannya. Lelaki yang dengan lancangnya mengucapkan kata-kata tidak sopan terhadap dirinya.
"Aku tidak salah informasi bukan? Kau benar Kaithlyn Luis, salah satu bekas pelacur Mr. Addison? Dan dari informasi yang aku dapatkan bahwa setiap lelaki akan merasa beruntung setelah mendapat bekas pelacur dari pemilik perusahaan super besar ini."
"Kau benar-benar bermulut lancang! Aku bukan wanita yang dengan seenaknya kau maksud itu" bantah Kaith yang dirasa perkataannya ini mengundang beberapa pasang mata menatap ke arahnya.
"Oh, aku tidak sembarangan untuk mengatakannya. Rumor ini menyebar ke seluruh karyawan pagi tadi. Terlebih rumor yang sangat sensitif ini berasal dari salah satu manager perusahaan."
"Si ... siapa?" tanya Kaith dengan bibir bergetar.
"Jackson Albert. Marketing Manager perusahaan ini." Jawaban lelaki tersebut membuat Kaith kembali melotot lebar. Pandangannya bertambah nanar ketika rasa sakit kembali menimbulkan luka yang teramat dalam. Kini langkahnya tidak lagi ditujukan pada ruangannya, namun lebih memilih untuk melangkah ke ruangan tempat Jack, lelaki yang dicintainya selama ini berada.
Tanpa aba-aba lagi, Kaith segera membuka pintu ruangan Jack dengan nafas terengah karena langkahnya ia cepatkan. Matanya bersibobrok dengan mata Jack yang memperlihatkan penyesalan teramat dalam pada dirinya.
"Jelaskan padaku Jack apa benar kau yang menyebarkan rumor kalau aku adalah bekas pelacur Gavin Addison?" tanya Kaith dengan tatapannya yang nyalang. Sedangkan Jack yang mendapat pertanyaan ini segera berdiri. Melangkah mendekat ke arah Kaith dengan tatapan penyesalan.
"Maaf" hanya kata itu yang membuat Kaith tahu bahwa memang benar Jack yang melakukannya. Kenyataan yang kembali memukul telak diri Kaith hingga membuatnya tidak tahu lagi untuk bertindak bagaimana.
"Kau tahu? Selama ini aku mencintaimu." Kaith mengatakannya dengan likuid bening yang mengalir deras dari mata indahnya. "Aku merasa hancur ketika Gavin brengsek itu memperkosaku tepat di depanmu. Walaupun matamu tidak menyaksikannya, namun telingamu mendengar setiap helaan nafas, erangan, bahkan rontaan keras dariku. Tapi ... sekarang ... kau malahan dengan kejamnya menyebarkan ke seluruh karyawan di sini bahwa aku bekas pelacur Gavin Addison. Kenapa ... kenapa kau sekejam ini padaku, Jack? Bahkan bagimu sendiri status pertemanan di antara kita tidak berarti bukan?" Jack menggeleng dan berusaha menggapai tangan Kaith, namun usahanya itu sia-sia karena Kaith segera mengambil langkah mundur yang dijadikan sebagai tanda penolakan.
"Bukan itu maksudku, Kaith. Aku ... aku bahkan tidak tahu bahwa kau mencintaiku selama ini."
"Percuma. Jika pun kau mengetahui, kau tetap akan memilih Madeline bukan? Dia lebih berarti dariku yang tidak mempunyai apa-apa. Sekarang, aku hanya ingin tahu tentang alasan kenapa kau melakukan tindakan sekejam ini."
"Aku ... aku tidak mempunyai pilihan lain, Kaith. Semalam ... sebelum orang-orang Mr. Addison membawaku, aku ... aku melamar Madeline dan dia menerimanya." Mendengar kembali akan kenyataan pahit membuat Kaith hancur sehancur-hancurnya. Tidak ada lagi yang tersisa pada dirinya selain tubuhnya yang utuh dengan luka menganga dalam hati. Jiwa serta tekanan batin sudah tidak ada yang terselamatkan. Semuanya hilang menguap entah kemana.
"Mr. Addison yang menyuruhku melakukan hal ini. Jika aku tidak melakukannya, dia akan melakukan hal yang sama persis pada Madeline tentang apa yang dia lakukan padamu. Menghancurkan hidupku dan Madeline. Aku tidak mempunyai pilihan lain, Kaith. Aku ingin kau memaklumkan tindakanku ini. Mr. Addison orang yang sangat berkuasa. Bahkan dia mampu menghancurkan kehidupan pejabat penting istana hanya dengan isyarat tangan. Sedangkan aku ... aku hanyalah bawahan yang tidak berarti baginya sehingga dia bisa mendepakku dari pekerjaanku di detik ini juga. Kumohon, Kaith. Maaf ... maafkan aku."
Kaith tergugu bahkan dia berkali-kali menutup bibirnya untuk tidak menangis keras. Kenyataan ini terlalu meremukkan dirinya. Pertama kali bertemu dengan Gavin Addison, dia tahu bahwa hidupnya tidak akan sama lagi. Tidak ada lagi yang disebut sebagai keadamaian, ketenangan, dan ketentraman. Yang tersisa hanyalah siksaan, penderitaan, kesusahan yang tiada pernah bisa berakhir. Karena Kaith tahu benar seorang Gavin memanglah sosok manusia bertangan dingin tanpa ada hati di dalamnya.
"Aku ... aku tidak tahu apakah aku harus memaafkanmu atau tidak. Hanya saja aku berpikir tentang perkataanmu barusan yang seolah mengatakan 'hancurkan saja hidupmu Kaith, tapi jangan ikutkan aku dan wanita yang aku cintai ikut hancur bersamamu'. Dari sana aku sadar sepenuhnya, Jack ..." Kaith mendongak menatap Jack dengan air mata yang masih setia keluar dengan derasnya. "Kau bukan lagi teman yang baik bagiku." Tanpa berkata lebih banyak lagi, segera Kaith berbalik meninggalkan Jack yang berdiri mematung. Meninggalkan semua kebahagiaan yang tidak ada lagi eksistensinya dalam kehidupan seorang Kaithlyn Luis.
---00---
KAMU SEDANG MEMBACA
My Death Angel (#1 MDA Series)
RomanceTelah tersedia di Karyakarsa (zenithasinta)! (Sebagian besar cerita telah dialihkan ke laman Karyakarsa!) Gavin Addison adalah pria arogan yang setiap keinginannya tercapai dengan mudah. Kombinasi kesempurnaan fisik tanpa hati yang banyak orang men...