04

1.5K 196 14
                                    

Isagi menyapu guguran sakura dan daun di lapangan yang begitu luas, tak seorang pelayan lain diizinkan membantu dirinya.

Sejenak sang surai blueberry melihat rombongan pangeran di lorong istana bersama lelaki cantik dengan kimono anggun. Keduannya terlihat mengobrol diikuti pelayan masing-masing di belakang. Pastilah pria cantik itu dari keluarga bangsawan atau pangeran kerajaan lain.

"Panggil Yoichi. Aku ingin dia yang mempersiapkan acara minum teh untuk kami berdua."

"Ha'i Yang Mulia.." Lantas seorang pelayan bergegas menghampiri Isagi dan membisikan perintah sang Pangeran.

Isagi menatap ke arah mereka lalu membungkuk hormat sebagai balasan.

"Yoichi?" sang pria cantik berambut merah muda, Chigiri Hyoma, tersenyum tak tulus, terkesan cemburu. "Kau memanggil pelayanmu dengan nama kecilnya?"

"Kenapa? Marga atau pun nama depannya sama-sama tak berguna. Menyebut keduanya tak akan mengubah apa-apa." Rin berjalan lebih dulu meninggalkan Chigiri.

.

Di paviliun terbuka, setelah Isagi menyiapkan semuanya, Rin dan Chigiri duduk berhadapan. Isagi pun menuangkan teh untuk mereka.

"Cantik kan, Yoichi?" ujar Rin sedikit menyombong.

Isagi melirik dengan kepala tertunduk sekilas pada Chigiri kemudian mengangguk. "Iya, Yang Mulia.."

"Aku bisa mendapat dan membuang apapun yang ku mau. Itu kelebihanku."

Isagi tak berkomentar. "Saya permisi—"

"Tidak, sebelum aku menyuruhmu." Rin meletakkan cangkir teh kemudian bangkit berdiri mendekati Chigiri.

Pria itu mengusap pipi seraya mendekatkan muka, Chigiri pun mundur. "Kau mau melakukan itu, di depan pelayanmu?"

"Ya. Pastikan kau melihat semuanya, Yoichi."

Isagi hanya semakin menunduk. Suara decak bibir dan lenguhan pelan membuatnya ingin muntah dan berlari.

Sebuah telunjuk mengangkat dagunya. Tepat saat itu Isagi melihat semuanya. Bagaimana Rin mencium Chigiri namun memandang pada dirinya.

Netra emerald itu terbuka, pada tiap kecupan dan cumbuan, terus menyorot pada sang safir.

Isagi tak mengerti mengapa Rin melakukan semua ini padanya, yang jelas ia mulai membenci pria itu sejak hari ini.

.
.
.

Di ruang tahta, Yang Mulia Raja dan jajaran menteri membahas kebijakan baru untuk kerajaan hingga seorang prajurit penjaga gerbang mengumumkan kedatangan seseorang.

"Yang Mulia Raja, calon pasangan anda dari kerjaan utara telah tiba."

"Persilahkan mereka masuk."

Sang prajurit membungkuk. "Mereka sudah di dalam istana, Yang Mulia."

Pintu besar pun terbuka, memperlihatkan rombongan dari keluarga calon ratu beserta pelayan-pelayannya.

"Kakak, apa sudah boleh tidur sekarang?" Pria bersurai putih tampak malas seraya menarik-narik ujung lengan kimono panjang sang kakak.

"Diam Seishiro, kita baru sampai.." Wanita dengan surai putih panjang mendengus pada sang adik.

"Mendokusai.."

"Selamat datang di istanaku, Nagi Shiori dan Nagi Seishiro." ujar Sae dari atas tahta.

Yang disebut namanya pun tersenyum seraya membungkuk anggun diikuti oleh para dayang-dayang.

Until Last Sakura Falls (Rnis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang