02

1.7K 230 11
                                    

"Dia akan berusaha mengambil perhatian Pangeran lagi malam ini." seorang pelayan berbisik tak suka.

"Kalau begitu kita buat dia tidak bisa hadir saja, dengan begitu dia tidak bisa cari muka." Pelayan lain bersiasat jahat.

Mereka bertiga pun membahas rencana dengan mata menyala dan seringai licik.

Lampion dan lentera dinyalakan di area taman istana yang tengah musim sakura mekar. Para pelayan sibuk menata bantal kursi pada tiap paviliun untuk keluarga kerajaan dan petinggi-petinggi istana.

Misa, Aoi, dan Kane, ketiga pelayan yang memiliki siasat jahat berjalan mengendap ke depan kamar Isagi. Mereka memasukkan pecahan beling ke dalam sepatunya sembari tertawa kecil kemudian berlari pergi.

Di dalam kamar, Isagi dengan kimono biru telah bersiap untuk keluar. Namun saat memakai sepatu bibirnya merintih.

"Ashh!!" Ia pun cepat-cepat melepas sepatunya dan tak percaya ratusan beling kecil menancap pada telapak kakinya. Sakit dan perih tak cukup menggambarkan rasa yang Isagi alami sekarang. Begitu sakit sampai-sampai ia hanya bisa menangis dan tak berucap kata.

.
.
.

"Selain guna menyambut upacara pelantikan putra mahkota untuk menduduki tahtaku. Aku juga ingin memberitakan pencapaian Pangeran Rin." Raja tersenyum lebar sembari menunjuk putra bungsunya.

Para pelayan dan bangsawan yang diundang di acara tersebut tertepuk tangan. Bisik-bisik kekaguman dari para wanita bangsawan terdengar saat Pangeran Rin bangkit berdiri.

"Dia sangat tampan."
"Ohh, dia sama tampannya seperti Putra Mahkota."
"Yang Mulia Pangeran adalah tipeku, sangat tampan dan tinggi."
"Yang menjadi istrinya nanti sangat beruntung."

Selagi Raja menyebutkan apa-apa saja hal memukau yang telah dilakukan Rin. Pria itu justru menyusuri sekitar dengan mata emeraldnya. Melirik satu persatu baik bangsawan maupun pelayan yang hadir guna mencari satu orang.

Tangan Rin mengepal dan wajahnya terlihat menahan amarah. Usai Raja berhenti bicara dan minum teh dimulai, Rin tidak menyentuh cangkirnya sama sekali. Ia hanya diam sampai acara berakhir.

GREKKKK

"Bermalas-malasan di kamar huh?"

Isagi yang duduk menyampir pun menunduk di atas kasurnya. "Yang Mulia.."

"Tidak usah hormat. Kau sudah cukup kurang ajar dengan tidak hadir malam ini."

"Maafkan saya Yang Mulia.. Saya ingin hadir malam ini, tapi tidak bisa.."

Rin mendecih. Ia pun berjalan tergesa menggeledah lemari Isagi kemudian kamar mandinya. "Di mana kau sembunyikan pacarmu?!! Kau pasti bermesraan sementara yang lain ikut pesta minum teh sialan itu!"

Isagi menggeleng. "Tidak Yang Mulia.. Bachira bukan kekasih saya, dia juga tidak ada di sini.."

Geram melihat Isagi yang terus hanya bersimpuh di bawah, Rin pun mendekat dan menginjak kakinya, seketika membuat Isagi menjerit histeris dan menangis deras.

Rin kebingungan, ia mundur saat melihat tetesan darah merembes dari balik kimono panjang yang menutupi kaki Isagi.

Srett

Rin menyibakkan kain itu dan melihat kaki Isagi diperban. Si biru masih menangis sambil menggigit bibir bawahnya.

Setelah kalap akan amarahnya, Rin mencoba tenang dan melihat lebih jeli. Lantai kayu kamar Isagi pada beberapa bagian meninggalkan bercak darah yang mengarah pada sepatunya.

Until Last Sakura Falls (Rnis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang