Shine

13 7 0
                                    

Seorang gadis berjalan mengendap endap menuju sebuah lemari kayu yang ukurannya hanya 1x1 meter. Dibukanya dengan perlahan lemari berisi pakaian dan beberapa barang yang menurutnya berharga itu agar tidak menimbulkan suara bising akibat decitan dari pintu lemari yang sudah tua.

Perlahan pakaian yang tertata rapi didalam sana digeser, tangan mungilnya meraih sesuatu yang diletakkan diujung, lebih tepatnya disembunyikan diujung lemari dibalik pakaiannya.

Sebatang cokelat disembunyikan disana. Memang tidak besar ukurannya, namun sebuah senyuman merekah dapat langsung terpancar ketika cokelat itu masih tersimpan di dalam lemari.

Gadis itu menata kembali pakaiannya dan dengan perlahan ia kembali menutup pintu lemarinya. Setelahnya gadis itu langsung mengambil pematik yang ada diatas lemari tersebut. Pematik itu biasanya digunakan untuk menyalakan lilin kala lampu mati karena tidak sanggup membayar listrik.

Dengan posisi terduduk diatas kasur si gadis mengerubungi dirinya dengan selimut tipis yang warna aslinya sudah memudar.

Pematik itu mulai dinyalakan oleh si gadis dalam selimutnya. Gadis itu tau apa yang ia lakukan bisa berbahaya. Tapi hanya itu yang bisa dilakukannya selama tujuh tahun terakhir tinggal disana.

Ia menutup matanya sejenak, "Selamat ulang tahun Aruna." Ucapnya dan dalam sekali hembusan, api dari pematik padam.

Hari itu ulang tahunnya. Tepatnya diusia ke tujuh belas. Hanya dengan pematik dan juga sebatang cokelat, senyum merekah sudah terpancar dari wajah mungilnya.

Bungkusan yang melindungi cokelat itu mulai dibukanya secara perlahan agar tidak menimbulkan suara. Baris pertama ia potong dan dinikmatinya secara perlahan. Dulu ia mungkin bisa mendapatkan yang lebih besar lagi dengan jumlah sesukanya.

Namun sekarang hanya satu ini pun rasanya sangat sulit ia dapatkan.

"Kak Luna lagi ngapain?" Suara lirih seorang gadis kecil membuatnya membeku.

Dia gadis kecil yang usianya menginjak delapan tahun, namun lidahnya tidak fasih mengucapkan huruf 'R' dengan benar. Gadis kecil itu bernama Thalia dan kasurnya tepat berada disamping kasur Aruna.

"Lagi makan apa kak?" tanya gadis kecil itu.

Aruna yang ada didalam selimut mulai keluar perlahan.

Ia tersenyum. "Kamu mau?" Tanyanya.

Gadis kecil itu mengangguk. Aruna mengulurkan tangannya untuk memberikan sisa cokelatnya kepada gadis kecil itu.

Uang jajan satu minggu yang ia tabung untuk membeli cokelat nyatanya tidak dapat ia nikmati seutuhnya karena harus dibagi dengan gadis kecil itu.

Namun Aruna tidak pernah keberatan, anggap saja kalau ia tengah menyuapi orang yang ia sayangi dengan potongan pertama kue ulangtahunnya.

"Thalia jangan kasih tau ibu kalau kakak kasih cokelat buat Thalia, yaa." Ucap Aruna.

Gadis kecil itu hanya mengangguk dan tetap fokus memakan cokelat pemberiannya.

Aruna mengusap kepala gadis kecil itu secara lembut, nasib mereka berdua sama-sama tidak beruntung. Gadis kecil itu seperti diusia Aruna dulu, mereka harus sudah tinggal ditempat ini alih alih bersama orangtuanya.

Keesokan paginya Aruna langsung menjadi pusat perhatian di tempat yang mereka sebut rumah itu.

"Aruna! Sudah ibu bilang kalau Thalia tidak boleh makan cokelat! Lihat sekarang dia batuk batuk! Darimana kamu dapat cokelatnya, hah!?"

Gadis itu hanya bisa menunduk ketakutan kala orang yang dipanggil Ibu itu tengah memarahinya. Aruna tahu akhirnya dia pasti akan dihukum karena kesalahannya.

Shine : Shinning Like A Starlight [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang