01 : Strawberry Cheesecake

97 4 0
                                    

Angin musim gugur berhembus di seantero Lungmen. Hari-hari seperti ini ditambah dengan daun-daun kering yang berterbangan membuat suasana sore hari menjadi dingin dan sepi. Sore ini, Exusiai sedang duduk di atap kantor Penguin Logistic yang juga merupakan tempat tinggal anggotanya. Matahri belum terbenam dan sandikala merah menghiasi langit saat ini. Exusiai yang sedang termenung itu kemudian dikejutkan oleh satu ketukan di kepalanya.

"Ahh!! Iseng banget deh," kata Exusiai pada gadis bertelinga serigala di belakangnya, Texas. "Kamu ngga punya kerjaan lain selain gangguin aku, huh?"

Texas, dengan ekspresi datarnya itu, duduk di sebelah Exusiai. Dia sama sekali tidak terganggu oleh kata-kata Exusiai barusan karena dia tahu kalau suasana hati rekannya itu sedang buruk. Texas hanya duduk, lalu makan camilan favoritnya, Pocky rasa coklat.

"Mau Pocky?" tanya Texas.

Exusiai kemudian mengambil satu stik coklat itu lalu memakannya pelan-pelan.

"Ini tentang Mostima lagi, kan?" tanya Texas. "Aku ingat, dia datang kemarin saat kau dan Sora pergi keluar. Dia cuma tanya 'di mana Exusiai' lalu pergi begitu saja."

"Huh.. nyebelin, kan? Dia selalu aja kabur begitu. Entah darimana sifat buruknya itu muncul. Kalo bukan karena kakak dan kak Fia, aku ngga mau cari dia. Sumpah deh, aku ngga mau cari dia sampai kesini kalau bukan karena kakak dan kak Fia!!" kata Exusiai, setengah mengumpat.

"Hmm.. mungkin dia datang lagi nanti," kata Texas. "Mungkin besok atau besoknya lagi. Bisa jadi minggu depan atau minggu depannya lagi. Meski aku tidak yakin, aku rasa dia akan datang lagi."

Exusiai menarin napas dalam-dalam. Matahari perlahan menghilang dan udara jadi semakin dingin. Sebentar lagi musim dingin akan datang dan Lungmen, seperti biasa, akan ditutupi oleh salju.

"Texas, aku mau tanya sesuatu. Boleh?"
"Tanyakan saja."

"Hmm... Kenapa kamu pergi ninggalin Siracusa? Kamu kan sempet jadi kepala mafia di sana. Pasti kamu punya banyak uang, kan? Terus kenapa kamu malah jadi kurir di sini?"

Texas menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Exusiai.

"Karena aku bosan, itu alasannya," jawab Texas. "Punya banyak harta dan banyak pelayan kelihatannya memang menyenangkan. Tapi aku juga punya banyak tugas dan tanggung jawab. Catatan kriminalku di Siracusa cukup banyak dan aku selalu lolos dari pengadilan. Aku ingin hidup tenang dan jadi orang biasa. Itulah alasannya kenapa aku kabur dari Siracusa dan tinggal di Lungmen. Tempat ini sempurna untukku."

Texas kemudian menatap Exusiai dalam-dalam.

"Apa kau mencoba mencari tahu kenapa Mostima pergi meninggalkan Laterano, huh?" tanya Texas. "Kau tahu, banyak hal di dunia ini yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kadang hal-hal seperti itu terjadi begitu saja tanpa penjelasan apapun. Mungkin perilaku Mostima termasuk dalam kasus ini, meski aku tidak tahu apa masalah antara kalian berdua. Aku tidak mau terlalu ikut campur. Tapi, jujur saja, aku kasihan melihatmu yang terus-terusan meratapi Mostima begitu."

"Maksudnya?" tanya Exusiai. "Haruskah aku melupakan Mostima dan menghiraukan janjiku pada kakak dan kak Fia?"

Texas mendesah sejenak. "Bukan begitu. Janji adalah janji dan itu harus ditepati. Sebagai mantan ketua mafia, aku tahu betul pentingnya sebuah janji. Kepalamu bisa hilang hanya gara-gara sebuah janji. Tapi bukan itu yang ingin aku katakan."

Texas diam sejenak dan menarik napas dalam-dalam. "Aku kasihan pada dirimu, Exusiai. Kamu terus-terusan memikirkan Mostima sampai merana seperti itu. Aku hanya merasa tidak ada gunanya kalau kamu terus-terusan memikirkan Mostima setiap saat. Tidak usah dipikirkan dan tidak usah dijadikan beban pikiran. Kalau dia akan kembali, dia pasti akan kembali. Dari buku yang pernah aku baca, melarikan diri dari masalah adalah dosa besar bagi Sankta. Aku yakin, suatu hari nanti Mostima pasti menembus dosa itu dan kembali padamu dan kakakmu."

Exusiai diam sejenak, memikirkan kata-kata Texas. Memang benar, melarikan diri dari masalah adalah salah satu dosa besar bagi Sankta. Tapi apakah Mostima benar-benar peduli tentang konsep dosa itu? Fiammetta pernah bilang kalau Mostima tidak peduli tentang dosa dan pahala. Dia hanya ingin hidup menurut aturannya sendiri. Statusnya sendiri sudah menjadi "Fallen Angel" menurut Gereja Laterano. Tapi...

"Memikirkan Mostima setiap hari hanya buang-buang waktu, paham?" kata Texas tiba-tiba. "Tidak usah dipikirkan. Biarkan saja ini berlalu. Suatu hari nanti, masalahmu dengan dia pasti selesai."

Exusiai menghela napas sejenak. Kata-kata Texas barusan ada benarnya. Tidak ada gunanya kalau dia terus-terusan memikirkan Mostima tanpa hasil begini. Lagipula, pikir Exusiai, masih banyak hal yang bisa dia lakukan selain memikirkan gadis itu.

"Huftt.. oke. Lebih baik aku rebahan di sofa dan nonton tv saja, deh. Punggungku juga butuh istirahat setelah kerja seharian."

Exusiai berjalan menjauh dari Texas. Tapi setelah beberapa langkah, dia berbalik dan tersenyum.

"Makasih ya, Texas. Dadaku jadi sedikit lega."

Exusiai berjalan lagi dan masuk ke dalam gedung. Sedangkan Texas masih duduk di sini dan masih asyik dengan camilannya.

"Ada-ada saja memang.."

Bersambung...

SanktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang