Yang Ini Beneran

5.6K 755 623
                                    

Jum'at, 11 Agustus 20xx, pukul 18.15.

Tok! Tok!

Nagi ketuk pintu didepannya dua kali, lalu masuk ke ruangan itu.

"Permisi. Bos, ini surat izin yang kemarin saya minta."
Nagi menyimpan seberkas map dimeja atasannya.

"Loh? Kan udah gue bilang, santai aja. Gausah pake surat izin kali, sana pergi" suruh bosnya.

"Ini masih jam kerja, Kenma. Tapi makasih ya, tolong nanti kasih tanda tangan, duluan." Pamit Nagi.

Nagi Seishiro, 21 tahun.
Kini bukan Nagi yang selalu malas-malasan bermain video game sepanjang hari.
Walau sebenarnya, alasan utamanya kerja di Kozume's corp adalah agar pekerjaannya berkaitan dengan hal yang disukainya, game.

Apalagi atasannya, Kozume Kenma bukanlah orang yang pelit uang kepada teman dekat.
Asal cuma duduk didepan komputer bisa dapet cuan, kenapa engga?
Beginilah kira-kira isi kepala Nagi Seishiro.

Dan hari ini, Nagi minta izin pulang ditengah jam kerja. Untuk mendatangi pernikahan teman semasa SMA-nya. Sebelumnya singgah ke toko bunga terlebih dahulu untuk dibawa kekunjungan selanjutnya, pemakaman.

DRRTT... DRRTT... Nagi angkat panggilan yang masuk.
"Kenapa, Re?"

"Lo masih dikantor, Gi?" Panggil Reo dari sebrang sana.

"Engga"

"Aish, dimana lo? Mau gue jemput nih biar barengan."

"Di makam."

"A- ekhem, yaudah lo beresin urusan lo sambil nunggu gue sampe disana, jangan kemana-mana! Gue jemput lo!"

"Iya, bawel." Celetuk Nagi sambil memutus sambungan teleponnya.

Sebelum berangkat, Nagi menyempatkan berkunjung ke makam wanita kesayangannya. Wanita yang selalu menjadi faktor utama pendukung hidupnya.

Kaki panjangnya berhenti tepat didepan sebuah batu nisan, dipandanginya batu nisan tersebut dengan rasa yang tak beraturan.

"Sei ga bawa hal yang berharga, Sei cuma bawa sebuket bunga ini. Tapi semoga do'a dari Sei ini berharga."

Sei menutup matanya, lalu menangkup kedua tangannya untuk berdo'a, dihiasi langit yang berubah dari senja menjadi malam

Selesai berdo'a, Nagi memandangi nisan tiada hentinya seakan wajah yang membuatnya candu terpampang disana.

"Maafin Sei yang selama ini susah diatur."

"Maafin Sei selalu telat makan, cuma karna begadang mainin game."

"Maafin Sei yang selalu ngelawan."

Cairan bening mulai mengalir dari ujung mata seorang Nagi Seishiro.

"Maafin Sei, Bunda."

DRRTT... DRRTT...
Nagi usap pelupuk matanya, lalu mengangkat panggilan masuk dari Reo Mikage.

"Halo? Udah selesai? Gue udah didepan."

"Lo gamau ketemu bunda dulu?"

"Lain kali gue mampir bawa buket."

"Oke"
Nagi langsung nutup panggilannya, lalu pamit sejenak.

"Bunda, hari ini... Hyoma, anaknya temen bunda mau nikah. Sei pamit dulu, mau ngasih restu biar Sei bisa Ikhlas."

Nagi kecup sekilas nisan yang tertera nama sang Ibunda sebelum akhirnya meninggalkan area pemakaman untuk menghampiri Reo.

"Reo!" Sapa Nagi.

ηαgι ѕєιѕнιяσTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang