Natalia

81 8 2
                                    

Natalia

Bibir ranum yang sedikit terbuka itu mengepulkan asap tipis. Mengembuskannya hingga menari tipis di udara. Bersambut dengan angin yang meniup helaian rambutnya. Beberapa detik berlalu, menyapa dalam hening. Kembali batang putih itu masuk ke rongga mulutnya, melalui celah bibir berhias gincu warna pinky nude.

Tengah asyik menikmati waktu sendiri, suara langkah kaki menginterupsi. Tanpa perlu menoleh ataupun buru-buru menyembunyikan kegiatannya, ia bersikap tak acuh. Hingga Batangan putih itu direbut paksa saat hendak kembali ia sesap.

"Sampai kapan lo mau kayak gini, Nat?" tanya sebuah suara. Terdengar begitu kesal di telinga, tetapi ia tetap tidak peduli.

"Bukan urusan lo!" balasnya.

Saat hendak mengeluarkan sebatang rokok lagi dari saku roknya, sebuah tangan lekas menghentikan. Kali ini, ia menoleh. Tatapan tidak bersahabat ia layangkan pada orang yang sudah berani-beraninya mengusik kegiatannya.

"Lepasin tangan lo," desisnya penuh penekanan.

"Mau sampai kapan lo begini, Natalia?" tanya itu kembali dilayangkan. Namun seperti yang sudah, alih-alih menjawab, Natalia malah bersikap bodoh amat. Seolah pertanyaan itu tidak pernah ada.

"Mending lo pergi sekarang daripada lo gue amuk," ancam Natalia.

Tangan yang semula mencengkram pergelangan tangannya, kini telah Natalia hempaskan dengan kasar. Tidak peduli dengan tatapan dari lawan bicaranya, Natalia kembali menyulut batang rokok yang ia simpan di saku rok. Seolah mengejek sang lawan bicara, Natalia tersenyum miring saat mengembuskan asap rokok itu.

"Lo bener-bener udah berubah, Nat," kata suara itu.

Natalia membisu, tidak lagi berusaha untuk membalas. Gadis itu lebih memilih untuk menikmati waktunya, seperti beberapa menit yang lalu. Sebelum lawan bicaranya tadi datang dan mengganggu Natalia.

"Gue udah salah nilai lo selama ini, Nat. Natalia yang gue kenal nggak kayak begini. Natalia yang dulu gue kenal bukan orang yang akan dengan mudah merokok dengan bebas di lingkungan sekolah kayak gini. Meski di atap atau di belakang sekolah, Natalia yang dulu gue kenal bukan orang yang akan bergaul dengan rokok kayak lo sekarang."

Natalia tersenyum tipis. Namun berbanding terbalik dengan tatapan kosongnya yang mengarah lurus ke depan. Ada yang tersayat di dalam hatinya setelah mendengar kata-kata itu. Namun Natalia tidak ingin membalas perkataan itu sama sekali.

Bukan Natalia kalah ataupun kehilangan kata-katanya. Namun Natalia lebih memilih diam karena ucapan sang lawan bicara memang benar adanya. Lagipula, Natalia tidak ingin banyak berbicara, karena hal itu justru akan membuat dadanya semakin sesak. Cukup asap rokok yang membuat Natalia kesulitan bernapas. Ia tidak ingin ada hal lain yang membuatnya semakin merasa kehilangan oksigen di muka bumi ini.

"Gue nggak tahu ke mana Natalia yang dulu gue kenal," ucap orang itu lagi, "tapi yang pasti, gue masih berharap kalau Natalia yang dulu masih ada di sudut hati lo."

Setelah mengatakan hal tersebut, orang itu pun berbalik dan melangkah menjauhi Natalia. Membiarkan gadis itu tetap berdiri sendirian di taman belakang sekolah mereka dengan rokok di tangan.

Selepas kepergian orang itu, Natalia bergeming cukup lama. Rokok di tangannya telah ia buang dan injak di tanah. Tidak ada lagi niat untuk menyesap benda yang sama sekali tidak Natalia sukai itu.

"Natalia yang lo kenal udah mati, Garda. Natalia yang dulu lo kenal, udah nggak ada lagi di dalam diri gue."

***

Hello! I'm back!

Kali ini aku bawakan FlashFiction dengan genre TeenFiction. Yap, ini merupakan project dari jurusan TeenFiction di theWWG

Rencananya FlashFiction ini akan update sebulan sekali. Jadi, pantengin terus, ya. Semoga kalian suka.

xoxo

Winda Zizty

31 Januari 2023

PAUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang