Our Saturday

171 29 4
                                    

This fic — Owned by me.

Boboiboy miliknya Animonsta.

(Saya cuman pinjam)

.

.

.

Itu hari sabtu. Sabtu pagi tepatnya. Saat Blaze mulai merengek pada Fang untuk diajak pergi ke kebun binatang. Air mata asli sampai buaya sudah digunakan. Mata imut, suara manja, ngambek gila, bahkan taktik pura-pura mati!

Tapi Fang?

"Ishh—Aku mau penelitian! Bukan jadi pengasuh dadakan." Masih menolak mentah-mentah.

Menjaga bocah umur sebelas tahun itu di rumahnya saja sudah memangkas 10% umur Fang, apalagi kalau dilepas ke luar. 'Bah! Bisa mati di tempat!' Pikir si remaja tujuh belas itu ngeri.

"Hush! Sana, main aja bareng Ochobot tuh! Tuh-tuh-tuh! Dia nungguin tuh." Bujuk Fang, "Aku mau berangkat nih," menjauhkan wajah Blaze dari pinggangnya.

"Idih gak mau! Ochobot bokek. Dia gak mau beliin aku jagung bakar kayak Fang."

"Matre!" Jitakan mendarat di kulit kepala si anak cerewet.

"Duh! Fang!" Membuatnya mengaduh kesal.

"Gini yah, tugas tuh ini penting. Jadi kamu gak boleh gangguin Kakak. Paham?"

"Gak."

"Tolong yah, jadi bocah yang normal dikit dong."

"Jadi orang jangan pelit dong."

"Duh! Bocah ini."

"Duh! Orang ini."

"Blaze!"

"Fang!"

"Panggil Kakak dong! Aku lebih tua dari Kamu. Paham?"

"Gak tuh,"

"Berantem yuk Nyet!"

"Fanggg~ Ikut! Mau ikut! Pokoknya ikut! Harus ikut! Ikut-ikut-ikut-iku—"

"Argghhhh! Oke-oke! Kamu boleh ikut! Puas!? Tapi awas kalo bandel. Aku jual kamu! Dah, sana pamit dulu sama Kakekmu." Ucap Fang, sebelah tangannya mengibas-ngibas mengusir Blaze, yang lainnya terangkat memijit dahi.

"Yeay! Asik-asik! Tunggu yah Fang," Sorakan renyah, disertai lompatan-lompatan pendek dari Blaze membuat otak Fang berdenyut nyeri.

"Selesai sudah." Gumam si remaja laki-laki, muram.

Sejak tiga tahun yang lalu saat Fang baru pindah ke Pulau Rintis, Blaze baru berumur delapan tahun. Awalnya ia anak yang cukup tak bersahabat padanya, selalu memasang tampang galak. Senggol dikit bacok!

Tapi sejak Fang mengajaknya satu kali ke taman bermain, sampai sekarang bocah itu tak pernah berhenti mengekorinya. Berisik dan ceroboh.

Kemana-mana ia harus menjaga Blaze, karena bukan tidak mungkin anak itu tiba-tiba nyaris menjatuhkan diri ke sungai atau menabrakan diri pada kereta. Bahkan pernah satu kali Blaze hampir membakar diri sendiri. Untuk itu Fang berjanji tidak akan melepaskan pengawasan dari bocah itu. Sedetikpun!

Sekarang mereka sudah ada di dalam bus, duduk nyaman pada salah satu kursinya. "Haaa~ Fang nanti aku mau lihat landak yah,"

"Iya kalo landaknya mau, kalo gak?"

"Bakar aja."

"Blaze, itu gak boleh!"

"Sate landak enak tuh Fang."

"Panggil kakak woi! Pokoknya gak ada cerita bakar-bakaran. Nanti malah kamu yang kebakar! Paham?"

"Gak."

Our SaturdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang