Arsyraina || 3

102 42 139
                                    

A Memorial Story

Written by HasrianiHamz

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Jaraknya memang cukup dekat, tetapi lumayan bisa membuatku berkeringat seperti ini. Aku melempar tas ke pembaringan dan berlalu menemui kamar mandi untuk membersihkan wajah sebelum menyelam ke alam mimpi.

Saat akan memindahkan tas yang kulempar tadi, aku baru ingat jika punya ponsel baru. Dengan cepat kukeluarkan benda itu, ternyata dari tadi mati, mungkin ia lupa mengaktifkan kembali saat menyerahkannya padaku. Beruntungnya merek gawai yang digunakan sama dengan punyaku, meski tipenya sedikit berbeda. Jadi, aku tidak harus repot lagi mengotak-atik untuk mempelajarinya.

Rasyad

| Jangan lama-lama di sana!
| Udara malam nda baik untuk kesehatan!

Pesan yang pertama kali masuk saat aku mengaktifkannya, itu jelas dari Rasyad. Entah, jam berapa ia mengirim pesan singkat ini, yang kutahu rasa pedulinya sempat muncul meski cuma sebentar. Itu saja sudah mampu membuatku tersenyum, aku merasa sangat bersyukur telah dipertemukan dengan teman yang baik sepertinya.

"Iya, dia hanya teman," tegasku.

Sebelum tidur, aku sempatkan untuk membalas pesannya meski tidak terlalu panjang. Bukan masalah jika tidak dia baca sekarang, sekiranya besok pagi pesanku bisa menjadi sarapan pertamanya. Namun, hanya beberapa detik setelah notifikasi laporan pengiriman pesan berbunyi, dering telepon menampilkan sederet huruf kapital di layarnya.

Tanpa pikir panjang, aku segera menggeser tombol hijau yang terletak di sudut kiri layar untuk menjawab.

"Baru pulang?" Pertanyaan pertama yang kudengar saat telepon sudah terhubung.

"Dari tadi," jawabku.

"Oh, ya sudah pale. Tidur mi, Sera," ucapnya sebelum menutup sambungan telepon.

Astaga, aku lupa temanku yang satu ini memang manusia tercuek yang pernah kutemui. Menepuk jidat sebelum meletakkan ponsel itu dengan asal, aku tidak habis pikir akan ekpektasi yang jelas mustahil terjadi. Kalau aku tahu, aku tidak akan melewatkan beberapa detik waktu istirahatku hanya untuk menjawab telepon dari orang seperti dia.

Rasanya, baru sebentar aku memejamkan mata, alarm shalat subuh sudah berbunyi. Padahal, aku sendiri tidak shalat, aku hanya meraba sekeliling guna mencari keberadaan benda berisik itu untuk membuatnya diam sebelum kembali melanjutkan tidur.

Namun, beberapa menit setelahnya alarm itu kembali berbunyi, benar-benar membuatku terganggu. Aku memaksakan diri untuk bangun dan menon-aktifkan ponsel itu lalu memasukkannya ke bawah bantal.

Selamat beristirahat dengan tenang hati dan pikiranku, batinku.

Sedikit tersenyum dan kembali menjelajah alam mimpi. Benar-benar tidur nyenyak, aku baru terbangun saat rasa lapar menyentil ususku. Mungkin sudah terlalu kosong hingga cacing di dalam sana merasa kesepian. Aku menguap sebentar lalu melirik jam yang masih menempel di pergelangan tangan. Sudah pukul delapan, lumayan waktu tidur yang cukup untuk membayar semua lelah selama kegiatan.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku merapikan tempat tidur terlebih dahulu sebelum memesan makanan. Rasanya aku benar-benar ingin menikmati waktuku untuk bersantai di dalam kamar hotel sebesar ini. Sambil menunggu makanan, aku coba mengaktifkan kembali gawai Rasyad. Oh ralat, sekarang aku harus terbiasa menyebutnya sebagai milikku.
Membuka aplikasi WhatsApp yang akunnya sudah kuganti dari semalam. Di sana sudah muncul pesan dari beberapa nomor baru, mungkin karena kontaknya terbawa sama ponsel yang sekarang dipakai Rasyad. Aku memilih satu nomor yang mengirim sebuah gambar, berharap akan ada penjelasan yang membuatku bisa menginput namanya di kontak.

Hukum dalam RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang