Seseorang yang membersamai sejak lama, mengisi hari-hari dengan tawanya. Menuruti segala kemauannya. Memprioritaskan dia dari segalanya. Lalu membiarkan dia pergi mengejar apa yang ia mau. Melepaskan keindahan itu untuk terbang sesukanya. Tapi ia tak pernah kembali lagi. Menghilang meninggalkan sejuta pertanyaan tanpa jawaban. Butterfly, begitu seorang Arsel menyebutnya untuk seorang gadis dengan sejuta keindahan dalam dirinya.
Seperti kupu-kupu, semula ia akan mendekat. Begitu dekat hingga rasanya ia seolah ingin kau menangkapnya. Tapi saat kau berjalan ke arahnya ia justru terbang sejauh-jauhnya dan membuat mu harus mengejarnya. Begitulah Dhea, dia selalu punya seribu cara untuk berusaha mendekat meski orang yang ia dekati begitu acuh seolah tak peduli. Tapi saat kau berbalik mendekat padanya, justru ia yang menjauh dan kian tak terjangkau.
Tapi Dhea pernah berkata.
Kupu-kupu tidak akan terbang jauh jika tidak ada yang mengusiknya. Kupu-kupu bukan terbang menjauhimu, tapi mengajakmu menari-nari bersamanya.
Dia itu begitu indah karena itu ia menyukai keindahan. Ia begitu indah,arena itulah ia lebih suka hinggap pada bunga, bukan pada tumpukan sampah seperti lalat.
Menurutmu, siapa yang masih mau tinggal saat seseorang mengusikmu. Mengatakan bahwa apa yang tengah kau hinggapi itu sudah menjadi miliknya?.
***
Keributan terjadi di luar rumah antara para pengawal, pelayan dan seorang wanita hamil. Keributan itu terdengar hingga ke dalam rumah membuat semua penghuni rumah keluar.
"Nadira?" Ucap seorang gadis saat ia keluar dan mendapati wanita itu.
Dengan menghempas lengan yang di cekal oleh pengawal, ia maju beberapa langkah lalu dengan tatapan tajam penuh amarahnya ia menunjuk gadis itu.
"Kau! Sebagai sesama perempuan ku harap kau mengerti untuk menjauhinya tanpa perlu ku suruh! Jangan merebutnya dari ku!" Dengan suara tinggi wanita itu meminta.
"Aku memang tidak mengerti, dan kenapa aku harus menjauhinya? Aku sama sekali tidak merebutnya darimu. Dia yang memilih untuk bersamaku" Meski sempat mematung beberapa saat mendengar penuturan wanita itu tapi ia tetap menjawabnya.
"Karena janin ini milik Arsel! Arsel milikku dan milik bayi kami. JADI PERGI DAN JANGAN MEREBUTNYA LAGI DARIKU!" Ia menunjuk perutnya sendiri dengan suara gemetar karena amarah lalu berteriak setengah histeris di akhir kalimatnya.
Dhea, bagai runtuh bumi yang di pijakinya. Sendi-sendinya terasa melemah membuat ia hampir tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya hingga harus dirangkul oleh kakak dan ibunya. Ia terus menggeleng dengan dengan bibir terus bergumam tidak. Ia tidak ingin mempercayainya. Tidak mungkin Arsel mengkhianatinya sejauh itu di saat hari pertunangan mereka semakin dekat.
"Dhea, kamu tidak papa sayang?" Ibunya begitu khawatir dengan raut yang ditampilkan putrinya karena mendengar penuturan wanita itu.
"Tidak, Arsel tidak mungkin– tidak mungkin ia melakukan itu" Ia tidak menjawab ucapan ibunya tapi justru terus menggumamkan kalimat itu.
Nadira, wanita itu maju beberapa langkah lalu melemparkan lembaran foto-foto pada tubuh Dhea. "Bukan mata dan pikiran mu!" Foto-foto itu berisi kebersamaan Nadira dan Arsel yang memang terlihat begitu intim. Hal itu membuat Devan, kakaknya Dhea yang sedari tadi hanya mencoba diam terlihat murka kini melihat adik kesayangannya diperlakukan seperti itu.
"Kau! Jangan lancang!" Bentaknya menunjuk wanita itu.
"Kalau begitu ajarkan adikmu itu agar tidak menjadi benalu pada hubungan orang!"
"Kau–" Sekali lagi Dengan menunjuk Nadira senang tatapan tajam namun ucapannya terpotong oleh ucapan ayahnya.
"Pengawal, bawa wanita itu pergi" Ayahnya yang memang sedari tadi paling tenang angkat suara lalu setelah memerintahkan itu pada pengawalnya ia kembali masuk rumah masih dengan raut tenang dan datarnya. Namun keluarganya tentu sangat tahu bahwa di dalam sorot mata tenang itu tersimpan amarah yang begitu kental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly (Sequel Love That Kill & Di Atas Kertas)
Ficción General"Kau! Sebagai sesama perempuan ku harap kau mengerti untuk menjauhinya tanpa perlu ku suruh! Jangan merebutnya dari ku!" Dengan suara tinggi wanita itu meminta. "Aku memang tidak mengerti, dan kenapa aku harus menjauhinya? Aku sama sekali tidak mere...