-satu

48 2 0
                                    

Kringgg, suara bel sekolah berbunyi nyaring mengisi kesunyian lorong kelas. Lorong yang sebelumnya lenggang itu dalam seketika berubah menjadi ramai.
Pintu-pintu kelas satu persatu terbuka dan murid-murid keluar kelas berhamburan.

Sebagian besar dari mereka menuju ke kantin tentunya. Ruang kelas sudah mulai kosong, hanya tersisa satu atau dua anak. Begitupun kondisi kelas X-6. Terlihat ada dua gadis remaja yang masih di dalam kelas.

Adriella, masih saja berada di tempat duduknya itu. Enggan untuk berdiri, masih sangat fokus tengah mengerjakan tugas matematikanya yang belum selesai itu.

Sementara sahabatnya, Alena sedang menarik-narik tangan Adriella, memasang wajah yang memelas.

"Yell, ayolahh udah breaktime, ini gua udah laper bgt. Kalo ga buru-buru nanti dimsum nya keburu abis." Ucap Alena dengan nada memohon-mohon.

"Iyaa sabar Na ini bentar lagi, nanggung banget tau. Tiga menit deh tiga menit" Balas Adriella.

Tak sampai tiga menit, Adriella sudah menyelesaikannya. Dia langsung berdiri, sampai-sampai mendorong kursi yang sedang didudukinya.

"Yess! Akhirnya" Alena berseru dengan wajah berseri. "Yukk" ajak Alena sambil menggandeng tangannya, menariknya keluar menuju kelas.

Benar-benar bagaikan sepasang manusia yang tidak dapat dipisahkan. Adriella dan Alena. Dua sahabat dari kelas X-6 yang bisa dibilang cukup dikenal oleh banyak orang, dikarenakan mereka yang kemana-mana pasti selalu bersama.

Matahari bersinar terik, namun angin tetap berhembus dengan kencang, membuat rambut dua gadis yang sedang berjalan itu tertiup kebelakang. Lorong kelas sudah sepi, semua murid sudah berkerumun di kantin.

Dahi Alena mengkerut sebentar lalu menolehkan kepalanya kepada Adriella. "Yel, lu sama pacar lu gimana sekarang? Masih sering berantem?"

Adriella menolehkan kepalanya juga, kini mereka pun bertatap-tatapan. Dia mengeluarkan helahan napas tipis. "Yaa, gitu dehh"

"Maksudnya ya gitu deh tuh apa nengg. Yang jelas napa"

"Masih samaa, keras kepala banget tu anak, biasalah. Lama-lama cape juga ngingetinnya. Tapi ya mau gimanaa, lo tau kan gua cuma mau yang terbaik buat dia"

"Lo sabar banget gilaa Yell, gua jadi lu udah keburu emosi. Ga bisa dibilangin banget sih orangnya. Lo kan cuma peduli sama keselametannya."

"Iyaa Len, mau seberapa banyak kali gua ingetin, gabakal di dengerin. Udah gapapa, gua yakin dia ngerti maksud gua tapi gamau nurut ajaa"

"Yaa jangan gapapa-gapapa gitu lah Yel, artinya kan dia ga ngehargain pendapat lo" ujar Alena dengan nada yang semakin naik karena amarahnya.

"Ihh, iya tau Lenn, gua paling tau dia lebih dari orang lain kok. Udah-udah yaa jangan marah. Nanti gua traktir dimsum yang lo mau tadi" jawab Adriella yang kini gantian memasang wajah memelas.

Alena lantas membuang mukanya lalu menghembuskan napas kasar. "Awas ya kalo sampe keabisan karena lu tadi kelamaan"

Adriella menyeringai lalu terkekeh kecil, senang melihat sahabatnya itu akhirnya mengalihkan topik pembicaraan.
"Iyaa, iya ga kok pasti masih kebagian lah" jawab Adriella.

~

Suara bising memenuhi telinga di detik pertama mereka menginjakan kaki mereka ke dalam kantin. Adriella dan Alena tanpa menengok kiri-kanan, langsung bergegas jalan kearah tempat dimsum itu dijual.

Di tengah perjalanan mereka itu, mereka terhambat oleh gerombolan siswa yang sedang berkerumun di tengah kantin.

"Eh Len, itu ada apaansih, rame-rame banget gitu." Tanya Adriella dengan muka heran.

"Mana gua tauu, gua juga gabisa liat ketutupan ini pada tinggi-tinggi"

"GAUSAH BANYAK NGOMONG LU"

Brakk

Terdengar suara meja kantin yang di pukul dengan keras.

"MATA LO DIMANA? GUA AJA KAGA APA-APAIN CEWE LU KEMAREN"

Suara dua orang yang sedang berkelahi terdengar kencang diantara kerumunan itu.

Alena mengernyitkan dahi dan langsung bertanya kepada Adriella.

"Yel, kalo gua gasalah... itu suara cowo lo kan?"

Adriella hanya diam berdiri ditempatnya, namun matanya tertuju kepada salah satu pria yang sedang ribut itu.

Mulai terdengar bisikan-bisikan orang di sekitar Adriella dan Alena.

"Eh.. itu cewenya Arga kan?" ucap salah satu murid dari kelas kain.

"Kasian banget.. Dia kenapa masih mau deh sama yang kaya gitu" Balas yang lainnya.

"Shuutt nanti dia denger gimana" ujar satu orang lagi dengan muka khawatir.

"Emang kedengaran kali... hahahah.." batin Adriella yang memang menyimak semuanya dengan jelas.

"Yel?" Alena mengguncang pundak Adriella dengan pelan, memecahkan lamunannya.

Adriella lantas menoleh ke Alena yang sedang memasang muka kesal.

"Kenapa?" jawab Adriella dengan nada datar.

"Kenapa? Apalagi kalo bukan cowo lo lagi tuh bikin masalah" jawab Alena dengan nada yang semakin tinggi.

Adriella hanya membisu, tidak memberi komentar apa-apa lalu kembali melihat kearah lelaki itu.

Lelaki yang sedang ditatapnya itu seketika bungkam ketika matanya bertemu dengan mata Adriella.

Mata-mata orang di sekitarnya mengikuti arah pandangan lelaki itu. Dalam sekejap semua kepala pun menoleh kepada Adriella.

Perlahan orang-orang mulai membukakan jalan, membiarkan Adriella untuk jalan dengan leluasa ke arah lelaki yang bernama Arga itu.

Mau tidak mau, Adriella berjalan dengan enggan menghampirinya.

Kini mereka sudah berhadap-hadapan, dan Arga masih saja tidak bergeming.

Adriella menghela napas kasar dan menatap mata Arga dengan tajam.
"Kali ini apa lagi?" tanya Adriella sembari mengangkat alisnya.

Arga menyugar rambutnya kebelakang dan membuang mukanya ke arah lain, segan untuk menatap muka Adriella.

"Gaada yang penting, ada aja orang gila bikin drama" jawab Arga dengan nada kesal.

Orang "gila" yang ia maksud langsung menolehkan kepala nya dengan muka tersinggung. Namanya Sabiru, teman satu geng motor Arga.

Sabiru menyahut di tengah percakapan mereka. "Maksud lo apaan? Gua masih cukup waras ya buat liat lo kmrn minum bareng cewe gue"

"TUTUP MULUT LO! GAUSAH NGIBUL MULU" teriak Arga yang membuat suasana kantin seketika hening.

Kisah Tanpa CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang