"Gimana dok kondisi anak saya...?"
"Operasinya lancar bu.. namun untuk pengelihatan Bapak Arga tetap tidak dapat kembali bu.. Kami mohon maaf bu, kami telah berusaha sebaik mungkin."Mendengar jawaban tersebut, hati Ibu Arga terasa seperti jatuh kedalam perutnya. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan berterimakasih banyak kepada para dokter yang telah bekerja keras. Begitupun dengan Adriella dengan Alena.
Dokter tersebut menjelaskan beberapa detail lagi kepada ibu Arga. Ibu Arga mengangguk mengerti dan sekali lagi berterimakasih kepada dokter itu.
"Gimana, tante?" tanya Adriella kepada Ibu Arga. "Ternyata kaki kanan Arga patah juga nak"
"Tapi.. bisa sembuh kan?"
"Bisa kok.. kata dokter lukanya yang ini tidak terlalu parah jadi bisa sembuh lumayan cepat"
"Puji Tuhan" ucap Adriella dan Alena bersamaan.~ time skip ~
Waktu terus berjalan, luka patah kaki Arga perlahan mulai sembuh setelah beberapa bulan. Ibu Arga beserta Adriella selalu berasa di sampingnya selama ini. Pada waktu-waktu dimana Ibu Arga tidak dapat menemaninya, Adriella selalu siap sedia untuk menggantikannya. Adriella bahkan sering tidak masuk sekolah untuk merawat Arga. Adriella yang telah ketinggalan banyak materi, tidak mempedulikannya. Meskipun ia tau nilai-nilainya semakin turun.
Namun semua tetap terasa berat bagi Arga yang kini tak bisa lagi melihat. Arga yang dahulu selalu penuh semangat, kini bahkan hanya mengucapkan beberapa patah kata perhari. Proses pemulihan Arga sangat melambat akibat depresi-nya.
Ibu Arga sudah bersusah payah untuk mencari donor mata dimana-mana, namun nihil hasilnya.
Hingga pada suatu saat, Arga benar-benar sudah tidak memiliki harapan hidup. Disaat Adriella sedang membeli makanan di kantin rumah sakit sebentar, dia diam-diam naik keatas atap rumah sakit.
Disaat Adriella kembali dan tidak melihat Arga, ia langsung panik dan berlari mencarinya kemana-mana.
Sesampainya di atap rumah sakit, Adriella melihat pemandangan malam yang indah dihiasi dengan bulan purnama dan beberapa bintang. Mata Adriella menyusuri setiap sudut atap tersebut dan menemukan Arga yang sedang berdiri di tepi atap.
Dalam sekejap Adriella langsung berlari kepadanya sambil berteriak memanggilnya. Arga dapat langsung mengenali suaranya, namun tidak menoleh sedikit pun. Malah, ia berlangkah sedikit lebih dekat ke ujung atap.
Tepat satu sentimeter lagi, namun Adriella berhasil mencegahnya. Setelah insiden tersebut, Adriella dan ibu Arga semakin khawatir kepada Arga.
Adriella yang terlalu mencintai Arga, pada akhirnya memutuskan untuk mendonorkan matanya kepada Arga secara anonim.
Disaat menerima kabar bahwa akhirnya Arga mendapatkan pendonor, Ibu Arga menangis bahagia, begitupun juga semua teman-teman, keluarga dan saudara Arga. Hati Adriella turut ikut bahagia melihat ibu Arga yang kini perlahan kembali cerah.
"Setidaknya aku melihat sebuah pemandangan indah disaat terakhir-akhir ini" batin Adriella.
Adriella tentu saja sudah membahas mengenai pilihannya ini kepada seluruh keluarganya. Awalnya semua anggota keluarga tentu saja tidak menerima hal ini, namun pada akhirnya orang tua Adriella menyerahkan keputusan ini di tangan Adriella sendiri.
Tekad Adriella sudah bulat, dia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk hari ini. Hari yang telah ditunggu-tunggu, hari operasi.
Kini tubuh Adriella sudah berbaring di ranjang rumah sakit yang sedang didorong ke arah ruang operasi. Tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya kecuali orangtua Adriella.
Orangtua Adriella menunggu cemas selama berjam-jam di depan ruang operasi, menunggu-nunggu hingga lampu ruang operasi padam.
Sayang sekali, terjadi sebuah kecelakaan kecil pada saat operasi.
Namun kecelakaan kecil ini mengakibatkan hal yang fatal.
Kedua bola mata Adriella memang berhasil didonorkan,
namun,
kini tubuh dingin Adriella sudah terbaring di meja operasi tak bernyawa.
Ruang operasi hening dan hanya terdengar suara mesin monitor berbunyi nyaring. Tertampil jelas di monitor terdapar garis lurus hijau, menandakan tak ada lagi denyut jantung yang berdetak.Orang tua Adriella telah melalui berbagai proses yang panjang untuk menuntut pihak rumah sakit.
Pemakaman Adriella diadakan 3 hari setelahnya.
Pesan moral: Selalu dengarkan nasihat dari orang lain, terutama orang-orang yang tulus mencintai dan menyayangimu. Percayalah, mereka selalu berharap yang terbaik bagi kita.