Cinta sejati adalah ketika seseorang menemukan pasangan untuk berbagi kesedihan, kebahagiaan, kekhawatiran, rencana masa depan, dan juga impian.
***
Suara peraduan antara hak sepatu dengan lantai keramik marmer menarik perhatian seorang pria yang duduk di salah satu kursi di meja makan. Tatapan pria berusia lima puluh lima tahun itu tertuju pada putri tunggalnya, Fiorenza Langford. Wanita cantik yang mengenakan terusan berwarna hitam polos yang berpotongan setengah pahanya sehingga memperlihatkan kakinya yang jenjang.
"Selamat pagi, Pa!" Fio menunduk untuk mencium pipi Wade.
Pria yang sudah terlihat rapi mengenakan setelan abu-abu gelap itu menyunggingkan senyuman lembut. "Selamat pagi, Putriku yang cantik!"
Fio pun duduk di samping ayahnya. Kemudian pelayan mulai mempersiapkan sarapan untuk wanita itu. Berbeda dengan ayahnya dengan menu utama daging, Fio selalu sarapan dengan telur orak-arik, smoothie sayuran dan juga susu rendah lemak. Hal ini dilakukannya untuk menjaga tubuhnya tetap terbentuk dengan indah.
"Apa kamu sudah mendengar pesta pernikahan Fritz Hart minggu depan?" tanya Wade mulai memakan sarapannya.
Fio menganggukkan kepalanya. "Ya, dan ini adalah pernikahannya yang kelima kalau tidak salah."
Wade terkekeh melihat ekspresi putrinya. "Kamu memang benar. Ini adalah pernikahan kelima Mr. Hart."
"Aku tidak mengerti. Bagaimana pria berusia nyaris enam puluh tahun tidak punya malu untuk menikah lagi? Apa dia tidak bisa belajar dari pernikahan-pernikahannya yang gagal sebelumnya? Kenapa dia masih tidak menyerah?" Fio menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Karena Mr. Hart sedang berusaha mencari cinta sejatinya, Fio. Setidaknya itu yang dikatakan olehnya." Wade masih ingat terakhir kali dia berbicara dengan rekan bisnisnya itu,
Fio terkekeh mendengar ucapan ayahnya. "Cinta sejati? Aku bahkan tidak yakin hal itu ada, Pa. Aku harap Papa tidak mengikuti jejaknya."
Kali ini giliran Wade yang tertawa mendengarnya. "Jika aku mengikuti jejaknya, aku sudah bertahun-tahun yang lalu menikah, Fio. Hanya saja aku tidak bisa melakukannya."
Fio memicingkan matanya. "Kenapa Papa tidak bisa menikah lagi? Apakah karena aku?"
"Salah satunya. Dan alasan lainnya adalah karena aku terlalu mencintai Mamamu. Sehingga aku tidak bisa mencintai wanita lain." Wade menyunggingkan senyuman membayangkan wajah istrinya yang sudah lama meninggal karena sakit.
"Aku tidak tahu cinta bisa seperti itu." Fio memandang ayahnya.
"Karena kamu tidak percaya cinta. Itulah yang membuatmu tidak mau menikah. Padahal Papa ingin segera melihatmu menikah dan juga punya anak. Papa ingin sekali menimang anakmu." Wade memasang ekspresi sedih.
"Jika Papa ingin menimang anak, aku bisa memberikannya tanpa menikah, Pa. Sekarang dunia sudah canggih. Aku bisa melakukan inseminasi buatan. Dengan begitu aku tidak perlu menikah dan aku bisa memenuhi keinginan Papa untuk menimang anak."
Wade menghela nafas berat. "Bukan seperti itu yang aku inginkan, Fio. Aku berpikir jika kamu menikah, aku bisa tenang meninggalkanmu. Karena akan ada seseorang yang bisa menjagamu. Jadi bisakah kamu memikirkan keinginan Papa ini?"
Fio bisa melihat tatapan penuh memohon dari ayahnya. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. "Aku akan memikirkannya. Tapi bukan berarti aku setuju."
Wade menyunggingkan senyuman. "Itu jauh lebih baik."
***
Seorang pria dengan tinggi seratus delapan puluh tiga itu tengah menarik laci closet yang memperlihatkan banyak sekali jam tersimpan di sana. Pria bernama Zack Bernstein mengambil salah satu jam kulit hitam dan mengenakan benda itu di pergelangan tangannya. Sebuah ketukan membuat Zack menoleh. Dia bisa melihat sekretarisnya, Carl Lewis, berjalan masuk.
"Apakah Anda sudah siap, Mr. Bernstein?" tanya Carl.
Zack menganggukkan kepalanya. "Ya, aku sudah siap. Dan apa yang kamu bawa itu, Carl?"
Pria yang mengenakan kacamata itu mengangkat sebuah undangan dan menyerahkannya kepada bosnya.
"Ini adalah undangan untuk Anda, Mr. Bernstein. Undangan pernikahan untuk minggu depan," jelas Carl.
Zack mengambil undangan itu dan membaca nama Fritz Hart. Kemudian Zack teringat dengan pria bertubuh tambun yang selalu riang. Dia tidak menyangka jika pria itu akan menikah lagi. Padahal baru dua bulan yang lalu dia bercerai.
"Apakah Anda akan menghadirinya, Mr. Bernstein?" tanya Carl.
Zack meletakkan undangan itu di atas closet. Kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Tentu saja aku akan datang. Masukkan undangan ini ke dalam jadwalku dan juga persiapkan tuxedo untukku."
"Baik, Mr. Bernstein. Jika Anda sudah siap, sebaiknya kita berangkat sekarang, Mr. Bernstein. Karena jika terlalu siang, jalanan akan semakin macet." Carl memberikan saran.
Zack menganggukkan kepalanya. "Ya, lebih baik kita pergi sekarang."
Setelah itu kedua pria itu keluar dari ruang wardrobe dan berjalan keluar dari mansion milik Zack. Saat berada di dalam mobilnya, Zack mendengar dentingan notifikasi dari ponselya. Dia mengambil benda itu dari dalam saku jasnya. Pria itu bisa melihat sebuah pesan dari Rose muncul dan segera membukanya.
Rose
Kenapa kamu tidak menghubungiku lagi, Zack? Apakah kamu tidak mau bermain denganku lagi?
Alih-alih membalas pesan itu, Zack justru memblokir nomor itu. Dia tidak membutuhkan wanita itu lagi. Karena bagi Zack, hubungannya dengan wanita itu hanya sebatas one night stand.
***
Yang mau lanjut baca mampir ke CABACA yaa....
Di sini hanya diposting 3 bab saja. Di CABACA Posting setiap hari
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Billionaire's Trap [Terbit di Cabaca]
RomanceFio tidak tahu bagian mana yang salah dari rencananya. Fio tidak menyangka bahwa jebakan yang dirinya buat untuk Zack menjadi senjata makan tuan baginya. Terlebih, Fio sendiri bagaikan menyerahkan dirinya secara suka rela kepada CEO keparat itu. De...