Kenangan bisa menjadi semanis madu dan juga bisa sepahit obat. Namun semua itu terjadi untuk membentuk masa depanmu.
***
"Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja." sesal seorang pria yang membantu Fio mengambil tas dan smartphone milik wanita itu.
Pria itu pun berdiri dan menyerahkan kedua benda itu pada Fio. Sedangkan wanita itu masih tampak terkejut. Dia bahkan berkedip seakan tidak percaya dengan apa yang dilihat olehnya.
"Luke? Bukankah kamu adalah Luke Hall?" tanya Fio tidak percaya.
Pria yang saat ini mengenakan tuxedo berwarna hitam itu memicingkan matanya. "Bagaimana kamu tahu namaku?"
"Apakah kamu melupakanku? Aku adalah Fio. Fiorenza Langford." Fio tampak begitu senang bisa bertemu kembali dengan Luke, mantan kekasihnya saat kuliah dulu.
Pria berusia dua puluh lima tahun itu tampak terkejut. "Fio? Oh, God. Aku tidak percaya aku bertemu denganmu lagi."
Luke langsung memeluk Fio dengan ekspresi senang. Namun detik berikutnya dia terkejut dengan tindakannya sendiri. Pria itu langsung melepaskan pelukannya.
"Maafkan aku, Fio. Aku terlalu senang bertemu denganmu." Luke memberikan penjelasan.
Fio menyunggingkan senyuman. Kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Luke. Aku juga senang bertemu denganmu. Apakah kamu juga datang untuk menghadiri pesta pernikahan Mr. Hart?"
Luke menganggukkan kepalanya. "Ya, aku diajak temanku kemari. Tapi sayangnya aku tidak mengenal banyak orang di dalam sana."
Bibir Fio menyunggingkan senyuman. "Kalau begitu aku akan menemanimu, bagaimana?"
Seketika ekspresi wajah Luke berubah senang. "Aku pikir itu adalah ide yang bagus."
Fio juga berpikir seperti itu. Dia tidak menyangka pesta ini tidak akan membosankan lagi seperti yang dipikirkan olehnya.
***
Baru saja melewati pintu salah satu kamar di hotel InterContinental, Luke langsung memeluk tubuh Fio dan merapatkan ke tubuhnya yang maskulin. Pria itu mendaratkan bibirnya di atas bibir Fio. Saat itulah akal sehat lenyap diantara mereka. Kerinduan mendorong mereka untuk saling memiliki. Hingga akhirnya Luke melepaskan ciuman itu membuat Fio mengerang protes.
"Apakah kamu yakin dengan hal ini, Fio?" tanya Luke meyakinkan wanita itu.
Fio menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, Luke. Jika tidak yakin, aku tidak akan kemari bersamamu. Apakah kamu tidak mau melakukannya denganku?"
Luke langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, Fio. Aku hanya tidak ingin kamu menyesal setelah melakukannya denganku."
Kali ini giliran Fio yang menggelengkan kepalanya. Wanita itu mengalungkan kedua lengannya ke leher Luke. "Tidak akan, Luke. Percayalah padaku. Aku tidak akan menyesalinya."
Akhirnya Fio menarik leher pria itu sehingga dia bisa mencium bibir pria itu. Mencicipi bibir Luke yang sudah lama tidak dirasakan olehnya. Lumatan demi lumatan menciptakan gelombang gairah yang menyerbu keduanya. Di saat mereka menikmati penyatuan bibir itu, Fio tidak menyadari jika jemari Luke sudah bergerak ke belakang tubuhnya untuk menarik turun resleting gaunnya. Kemudian mendorong gaun itu hingga meluncur ke lantai dan berakhir di sekeliling kaki Fio. Luke melepaskan ciumannya kemudian mundur satu langkah untuk mengamati tubuh Fio yang hanya mengenakan celana dalam hitam berenda.
"Kamu masih sama cantiknya seperti dulu, Fio," kagum Luke.
"Kamu menyukainya?" tanya Fio penuh undangan.
Bibir Luke menyunggingkan senyuman. "Tidak hanya menyukainya, Fio. Tapi aku juga mengaguminya."
"Dan aku juga ingin mengagumimu, Luke." Fio mengulurkan tangannya untuk melepaskan tuxedo yang dikenakan oleh pria itu."Dengan senang hati aku akan memberikannya padamu, Fio." Luke pun membantu Fio melepaskan seluruh pakaiannya. Sehingga tak ada sehelai pakaian pun di tubuh pria itu.
"Kamu menjaga tubuhmu dengan baik, Luke. Dan aku sangat menyukainya. Bolehkah aku menyentuhnya?" Fio memandang pria itu penuh harap.
Bibir Luke menyunggingkan senyuman. "Tentu saja boleh, Fio. Tubuh ini adalah milikmu."
Luke meraih tangan Fio dan meletakkannya di dadanya yang bidang. Wanita itu menyentuh setiap lekukan otot yang terbentuk karena olahraga yang dijalani oleh Luke. Setiap sentuhan Fio menyisakan jejak panas yang menyebar dalam tubuh Luke. Membuat pria itu semakin menginginkan wanita itu. Nafas Luke pun tercekat saat tangan Fio sampai pada kejantanan Luke yang menegang. Tidak mampu menahan godaan itu, Luke menahan tangan wanita itu.
"Apakah aku menyakitimu, Luke?" tanya Fio yang bingung dengan tindakan pria itu.
Luke menggelengkan kepalanya. "Tidak, Fio. Hanya saja aku tidak bisa menahan diriku lagi. Aku menginginkanmu sekarang juga."
Bibir Fio melengkungkan senyuman. Kemudian dia kembali mengalungkan lengannya di leher pria itu. "Aku juga menginginkanmu, Luke."
Pria itu menggendong tubuh Fio dan berjalan menuju ranjang. Menurunkan tubuh Fio di atas ranjang dan menindihnya.
"Padahal aku pikir aku ingin melakukannya dengan pelan-pelan, Fio. Tapi sepertinya aku tidak bisa menahannya lagi." Luke menggelengkan kepalanya.
"Tidak masalah. Kita bisa melakukannya dengan pelan nanti. Lakukanlah, Luke!" pinta Fio.
Menuruti ucapan wanita itu, Luke melepaskan satu-satunya pakaian yang masih melekat di tubuh Fio. Membuang celana dalam itu ke lantai. Lalu dia mengambil kondom di laci meja dan mengenakannya. Kemudian Luke mulai menyatukan tubuh mereka. Memenuhi hasrat di antara mereka. Fio berpikir sensasi ini jauh lebih menakjubkan dibandingkan terakhir kali mereka bercinta bertahun-tahun yang lalu.
Tak lama kemudian irama percintaan mereka semakin cepat. Hingga akhirnya mereka bisa merasakan pelampiasan gairah mereka secara bersama. Mereka seakan meledak bersama sehingga mereka bisa merasakan kenikmatan paling menguras tenaga yang menggetarkan tubuh mereka.
"Kamu sangat menakjubkan, Fio. Sama seperti dulu." Luke mencium bibir wanita itu sekilas.
"Dan kamu juga menakjubkan, Luke." Fio tersenyum pada pria itu.
"Fio, apakah aku boleh berharap lebih dengan hubungan kita? Apakah kita bisa kembali seperti dulu?"
***
Yang mau lanjut baca mampir ke CABACA yaa....
Di sini hanya diposting 3 bab saja. Di CABACA Posting setiap hari
KAMU SEDANG MEMBACA
The Jerk Billionaire's Trap [Terbit di Cabaca]
RomanceFio tidak tahu bagian mana yang salah dari rencananya. Fio tidak menyangka bahwa jebakan yang dirinya buat untuk Zack menjadi senjata makan tuan baginya. Terlebih, Fio sendiri bagaikan menyerahkan dirinya secara suka rela kepada CEO keparat itu. De...