Laki-laki aneh

19 4 2
                                    

Langit yang semakin temaram diiringi hembusan angin yang menenangkan, berbanding terbalik dengan suasana di SMA Angkasa yang semakin heboh, sejalan dengan bertambah meriahnya acara pada malam ini.

Perempuan bertubuh mungil itu sesekali ikut bernyanyi sambil menggerakkan kepalanya mengikuti alunan musik tanpa sadar.

Dia masih tak beranjak dari tempatnya menyaksikan berbagai penampilan yang menarik perhatiannya.

Dari balkon lantai dua salah satu gedung yang menghadap langsung ke arah panggung, Dhara menikmati acara pensi yang sejak dulu dia impikan akhirnya bisa terwujud di SMAnya.

___

“Gue ganti baju dulu di kelas yaa,” Kalan berlalu pergi mencari tempat untuk mengganti bajunya.

Rambutnya yang bergerak tak berarturan saat dia berlari , membuat beberapa siswi yang melihatnya terpaku oleh pesona Kalan.

Sementara itu, para penonton semakin bergemuruh ketika MC menyebutkan nama bintang tamu yang akan tampil selanjutnya.

“Oke, kita sambut dengan meriah. “HIVI!!!” ucap seorang  MC laki- laki penuh semangat.

Para penonton semakin bergemuruh melihat grup musik yang selalu membawakan lagu- lagu tentang asmara anak muda itu menaiki panggung.

“HUuuuuuuu….”
“Pelangi, donk! Pelangi!”
“Remaja!!!”

Teriakan penonton bertambah heboh, mereka juga semakin mendekat pada panggung beriringan dengan “PELANGI” yang dinyanyikan oleh “HIVI” sang bintang tamu memberi warna pada penonton di bawah langit yang sudah gelap sepenuhnya.

Di sebrang panggung, langkah Kalan terhenti saat melihat seorang perempuan yang sedang asyik menikmati penampilan tersebut seorang diri.

Perempuan Itu terlihat menggemaskan saat memeluk dirinya sendiri sambil menggerak- gerakan badannya ke-kanan ke-kiri mengikuti irama. Pandangan Kalan yang tertuju pada perempuan itu menuntun langkahnya untuk mendekati perempuan itu tanpa sadar.

“Tetaplah engkau di si…ni, jangan datang lalu kau pergi..” Dhara bersenandung tanpa sadar ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

Sepertinya laki- laki tersebut tak bisa mengingat di manakah letak panggung sebenarnya. Dia terhanyut oleh tingkah laku Dhara yang menurutnya sangat menggemaskan.

“Kenapa ga nonton dari bawah aja? Di sana lebih rame,” Tanpa ragu Kalan membuka pembicaraan. Sedangkan perempuan berkaca mata itu sedikit terkejut dengan kehadiran Kalan lalu mengabaikannya.

“Tapi, di sini juga enak sih, lebih jelas, lebih leluasa. Jadi enak nontonnya,” lanjutnya tanpa merasa berasalah.

“Ganggu banget sih, orang lagi nonton juga,” Dhara menggerutu dalam hati sambil memutar matanya malas.

Baru saja Kalan akan berdiri di samping perempuan tersebut, nada dering ponselnya membuat Kalan menghentikan langkahnya lalu berbalik memasuki sebuah kelas untuk menghindari bising.

“Iya gue ke bawah, ini juga udah siap,” kalan menutup panggilan tersebut.

Melihat perempuan tersebut sedang terbuai ke dalam alunan melodi indah yang sedang berlangsung. Kalan mengurungkan niatnya untuk berpamitan pada perempuan tersebut.

Dhara memutar kepalanya saat suara langkah kaki terdengar menjauh dengan cepat.

Matanya dengan cepat melihat sebuah gelang hitam tergeletak di lantai tempat laki- laki tadi berdiri. 

Dia pun beranjak dari tempatnya, lalu mengambil gelang tersebut. Namun saat berniat memanggil laki- laki tersebut. Dia sudah tidak mendapati laki- laki tersebut ada dalam pandangannya.

Kalan is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang