Rahangnya seolah dipaksa untuk terus terbuka kala melihat sang Tuan yang sedang berdiri sambil melihatnya dengan raut wajah terkejut. Summer muncul entah dari dunia bagian mana, laki-laki manis itu membuat Tuan melihatnya dari ujung kaki sampai kepala.
"Bagaimana bisa?" Gumamnya, pasalnya, dia melihat dengan matanya sendiri kalau laki-laki itu keluar dari lukisan yang terdapat di lorong.
Sedangkan Summer langsung berbalik dan menyentuh lukisan tersebut, dia bahkan memukul pelan lukisan yang ada di depannya berharap jika lukisan itu mampu membawanya lagi ke dunia aslinya tapi percuma saja, dia tidak bisa kembali.
"Kau penyihir ya?" Tanyanya, Summer melirik takut-takut orang yang ada di sampingnya. Kalau dia lihat, sang Tuan sepertinya dari orang berada dalam tanda kutip yang sebenarnya, pakaiannya terlihat mahal dengan sepatu hitam yang mengkilat, dia bahkan menggunakan jubah yang Summer sendiri perkirakan sangat mahal harganya, mungkin setara dengan satu tahun gajinya.
"B-bukan!" Jawabnya gugup, tapi kemudian tangannya ditarik tanpa permisi oleh orang di sampingnya ini dan dibawa masuk kedalam sebuah kamar. Jantung Summer kembali bertalu-talu, takut akan apa yang terjadi selanjutnya.
"Sttt, ada pengawal di luar. Jika dia melihatmu, kau akan dihukum gantung."
Summer hanya mengangguk kecil, menurut pada sang Tuan yang sekarang tengah memberikan senyum kepada dirinya. Tak lama, derap langkah terdengar di lorong mungkin ada sekitar tiga penjaga yang sedang berjalan di antara lorong mewah tersebut. Setelah tidak terdengar lagi langkah kaki, Tuan menoleh kearah Summer mengajak dirinya untuk duduk disalah satu kursi dekat jendela.
"Katakan padaku yang sejujur-jujurnya.. kamu.. penyihirkan?" Lagi-lagi sang Tuan memberi pertanyaan yang sama membuat Summer tanpa sengaja berdecak kecil, "sudah ku bilang.. aku bukan seorang penyihir, aku juga tidak tau kenapa bisa ada di dunia ini!"
"Ceritakan apapun yang kamu lakukan tadi sampai membuatmu berakhir di tempat ini."
Helaan nafas terdengar berat, Summer menatap Tuan dengan tatapan tak terbaca. "Aku pergi kerumah nenek hanya untuk menghabiskan waktu libur musim panasku saja, tapi kemudian aku melihat lukisan di lorong rumah nenekku.. aku tau lukisan itu memang sudah ada disana sejak aku masih kecil. Dan kau mungkin tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan, tapi lukisan itu adalah lukisan dirimu."
Sudah Summer duga, Tuan akan terkejut, laki-laki itu terdiam berapa saat dengan kening yang mengkerut bingung. "Lukisanku?" Beonya.
"Iya lukisanmu, itu benar-benar dirimu. Aku menyentuhnya karna penasaran saja dengan lukisan itu, tapi lukisannya malah menarikku ke dunia ini dan berakhir aku bertemu dirimu seperti sekarang."
"Siapa namamu?" Tanya Tuan sambil menatap lurus kearah Summer, "Summer, namaku Summer."
"Hanya Summer saja?"
"Iya, hanya Summer saja."
"Namamu sangat cantik." Gumamnya, "ah, iya, namaku Jack Carolyn, kamu bisa memanggilku Jack atau apa terserahmu." Tambahnya.
Summer hanya mengangguk mengiyakan, lalu matanya menatap kearah balkon, Summer penasaran dengan dunia luar jadi dia berjalan kearah balkon dan menganga saat menyaksikan pemandangan di depannya.
Sebuah taman dengan luas yang tidak main-main, matanya menangkap danau buatan di sebelah kiri dengan ladang bunga dan kebun anggur mengelilinginya. Summer berdecak kagum, Jack pasti orang terpandang di kota ini.
"Katakan padaku, kamu ini anak dari perdana mentri atau semacamnya?" Ujar Summer, Jack yang memang sudah berdiri di sampingnya pun tertawa kecil. Dia menatap Summer yang masih bertingkah layaknya baru bertemu dengan sesuatu yang mengagumkan, tapi memang betulkan? Summer baru menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[02] Biru; Hajeongwoo
FantasyTidak seharusnya Summer datang. warn: bxb, boyslove, homo hajeongwoo, fantasy if you don't like it, please go away.