Masih banyak kesalahan penulisan dan typo yang bertebaran.
.
.
.
.Pagi ini, Arsya berangkat menuju ke sekolah barunya bersama Angkasa. Oleh karena itulah, Angkasa memutuskan berangkat menggunakan mobil, tidak seperti biasanya.
Sebelum menikah, Ayah dari Angkasa memang sudah mengurus kepindahan Arsya ke sekolah yang sama dengan Angkasa, tujuan utamanya tentu supaya Angkasa bisa menjaga istrinya dari gangguan laki-laki yang bukan mahramnya.
Arsya melirik ke arah Angkasa. Sedari tadi, cowok itu hanya diam membuat suasana di dalam mobil terasa canggung.
Berbicara tentang Angkasa, Arsya jadi teringat kejadian subuh tadi. Saat ia mengingatkan Angkasa untuk menjalankan shalat subuh, bukannya segera shalat, cowok itu malah lanjut berbaring. Ketika Arsya tanya apa alasannya tidak menjalankan ibadah shalat, Angkasa hanya menjawab,
‘Gue gak hapal doa-doa shalat’
Gadis itu berpikir keras. Harus mulai darimana ia menuntun Angkasa? Setelah berpikir cukup lama, ia memutuskan untuk mengajarinya doa shalat.
“Udah sampe, lo mau diem disitu terus?”
Saking lamanya melamun, Arsya sampai tak sadar bahwa mobil itu sudah berhenti di parkiran. Ia melirik sekitarnya dan beruntung suasana disana masih sangat sepi.
“Makasih, ya, Kak.” Gadis itu mengulurkan tangannya membuat kening Angkasa mengerut.
Lama tak menanggapi, Arsya meraih tangan Angkasa kemudian salim pada cowok itu membuat Angkasa tertegun.
“Aku udah tau ruang kepsek, kok. Kakak ke kelas aja langsung.”
Arsya turun dari mobil, meninggalkan Angkasa yang kini menatap punggung tangannya dengan senyum tipisnya.
****
Gadis itu berjalan menyusuri koridor, berjalan menuju ruangan Kepala Sekolah. Namun, seseorang tiba-tiba menahannya.
“Murid baru, ya?” tanya cowok itu.
Arsya mengangguk. “Iya, Kak.”
Cowok itu memandang Arsya penuh minat membuat gadis itu risih. Ia menundukkan kepalanya dan hendak berjalan pergi, namun cowok itu langsung menghalangi jalannya.
“Eits ... Mau kemana? Buru-buru amat. Kenalan dulu dong. Gue Gavin.” Cowok itu mengulurkan tangannya, namun Arsya menanggapinya dengan menyatukan tangannya didepan dada.
“Aku Arsya, Kak. Maaf, udah bisa pergi 'kan?”
Gavin menatap tangannya yang tak disambut oleh Arsya. Cowok itu menggeram marah sebab merasa dipermalukan. “So' cantik banget lo, Anjing! So' so gak mau nyentuh tangan. Paling juga yang dibawah udah berkali-kali digilir!”
Bugh!
“Arghhh!” Gavin tersungkur di lantai saat tiba-tiba seseorang melayangkan sebuah bogeman padanya.
Cowok itu mendongak sembari memegangi pipinya. Hal pertama yang ia lihat adalah cowok seusianya yang tengah menatapnya dengan tatapan permusuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN IMAM SEMPURNA
Novela Juvenil[ON GOING] Angkasa sadar bahwa ia masih sering berkata kasar. Dia jauh dari kriteria calon imam yang dicari oleh wanita yang ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Angkasa masih belum mampu menjadi sosok imam yang diidam-idamkan. Namun, pernikahanny...