𝐈𝐈

12 1 0
                                    

Happy Reading

*


*

"Tenang aja, emaknya kan ada," sahut Vania yang menunujuk ke arah Iva.

Iva yang merasa ditunjuk, "Gue?"

"Iyalah. Kan lo emaknya," sewot Hanna.

"Vina, vina. Aku mau tanya dong," Vania yang semangat.

"Mau tanya apa?"

"Aku nikah sama siapa? pasti orangnya gantengkan? terus pastinya kaya dong kan ya? dan pastinya suami aku baik, setia, sabar, dan pintar. Iya kan, Vin?" Belvina diberi beberapa pertanyaan beruntun dari Vania.

Belvina merasa ragu untuk memberi tahu siapa suaminya nanti. "Iya. Semua yang tante Vania tanya, itu semua termasuk kriteria sama suami tante. Tapi aku engga bisa kasih tau siapa orangnya."

"Kalau aku gimana?" tanya Eddy yang penasaran juga.

"Apa?"

"Istri aku kayak gimana? Sexy engga? Cantik engga? Pintar engga? Penyayang engga? Penyabar engga? Baik engga? Cerewet engga? Sholeha engga?" Eddy menunggu jawaban Vina.

Vina merasa tertekan dengan beberapa pertanyaan tersebut. "Aa-aa—iya," jawab Vina singkat.

"Udah udah udah nanyanya," ucap Arsen yang mengakhiri pertanyaan lainnya.

"Vina. Kamu engga takut engga bisa balik ke zaman kamu?" tanya Noah.

"Sedikit takut sih," ujar Vina seraya tersenyum.

"Aku kalau jadi kamu bakal nangis. Karna berada ditempat yang aku kenal dan terasa asing," ucap Meisya.

"Aku bakal nangis dan pusing tujuh keliling," sambung Hanna.

Vina bingung harus memberi respon apa. "Aa-a—itu. Aku engga kepikiran buat nangis sih."

"Kenapa?" tanya Mily yang sedari tadi diam saja.

"Hah?"

"Kenapa engga kepikiran buat nangis?"

"Karna---menurutku nangis itu adalah suatu hal yang engga berguna buat aku," jawab Vina seadanya.

Iva merasa bingung dengan jawaban Vina. "Kenapa tidak berguna? Padahal nangis itu untuk meringankan beban yang kita pendam. Dan meluapkan segala emosi kita."

Arsen dan Noah setuju dengan hal itu. "Padahal perempuan itu sering banget nangis. Masa kamu engga ada kepikiran buat nangis sih," ujar Noah.

Dafa yang merasa ucapan Vina sudah jelas, yang mengapa ia tidak berpikiran untuk menangis. "Kalian sepertinya memang bodoh ya?"

"Siapa yang bodoh?" tanya Hanna.

"Kalian." Dafa menekan satu kata yang menunjukan pada mereka.

"Padahal tadi dia bilang menangis itu suatu hal yang tidak berguna dihidupnya. Yang artinya dia memendam semua masalahnya karena tidak ada peduli jika dia hanya menangis," ucap Dafa memberi penjelasan.

"Emang iya Vina?" tanya Arsen.

"Bisa dibilang iya, bisa juga dibilang tidak."

*


*

"Ini rumah gue. Ingat ya Vina, selama kamu tinggal disini jangan pernah kamu bilang dari masa depan, jangan bilang kalau kamu anak aku nantinya, dan jangan panggil aku Mami," ucap Iva memberi penegasan dikata terakhirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang