Alam memang selalu memukau bukan? Entah bagaimana mendeskripsikannya, tentunya mereka punya cara sendiri yang membuat manusia terjerat akan pesonanya.
Hal itu tak bisa dipungkiri betapa sempurnanya ciptaan sang Khaliq ini.
Terlebih desiran angin lembut yang membelai lembut kulit, ditemani lautan jingga yang terbentang luas menghiasi cakrawala, dan tak luput kicauan burung yang bersahutan, turut serta membingkai konversasi ringan kedua insan berbeda gender itu.
Bukan benar-benar konversasi sebenarnya, karena hanya dari pihak keturunan hawa-lah yang banyak mengoceh, sedangkan sang adam hanya diam dan sesekali menanggapi dengan
anggukan, dengusan pun kata singkat yang terdengar ambigu.Hal ini sudah menjadi trademark sang adam tepat setelah gadisnya memberitahukan bahwa ia akan pindah ke German menyusul keluarganya.
Ya, disinilah mereka.
Maximilian Davis, seorang anak tunggal dari keluarga terpandang yang memiliki banyak cabang perusahaan, didukung wajah tampan nan otak cemerlang namun sangat bergantung pada satu perempuan yang amat sangat ia cintai.
Gadis beruntung itu adalah Emily Calustra, atau kerap dipanggil Emma.
Emma bukanlah gadis kelebihan harta seperti Maximilian, pacaranya.
Ia hanya gadis biasa yang tidak lebih dan tidak kurang, akan tetapi cukup dengan apa yang ia punya sekarang.Namun, karena tuntutan orangtuanya, ia terpaksa harus meninggalkan tempat dimana ia dan Maximilian bertemu, untuk benar-benar hidup dengan keluarganya di German.
Selama ini Emily hanya tinggal dengan sang nenek.
Namun kepada siapa lagi ia akan bersandar jika perempuan tua itu sudah tiada? Tidak ada alasan lain untuk tidak kembali ke keluarganya di German untuk saat ini. Terlebih, ia sudah sangat dinanti oleh ayah dan ibunya disana.Segala cara yang Maxi ungkapkan untuk menahan pujaan hatinya untuk tidak pergi pun tidak berhasil.
Lagipula orangtua mana yang bisa mempercayakan anak gadisnya tinggal seorang diri di negara lain kepada seorang laki-laki seumuran jika mereka hanya terikat oleh status pacar?
Tidak ada.
Terlebih, usia mereka terbilanh masih sama-sama muda. Dua puluh tahun, usia keduanya."Aku akan membawamu kembali kesini lagi. Pasti."
Ujar pemuda dengan pahatan luar biasa indah di wajah tampannya itu, Maximilian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
Teen FictionTidak ada yang mampu bertahan selamanya. Begitu pula cinta. Saat kita memutuskan untuk mencintai seseorang, maka disaat yang sama kita pun harus selalu bersiap untuk tidak lagi dicintainya. -FALAFU