04 🔞

6.7K 86 4
                                    







Wendy mengabaikan Hestia yang sedari tadi memaki layar ponselnya. Ia sedang sibuk mendisplay baju baru mereka di butik yang terletak di lantai bawah.

Saat ini Hestia sedang kesal melihat deretan pesannya yang selalu diabaikan oleh pria bernama Nimir itu. Ini sudah beberapa hari berlalu, haruskah ia mendatangi kantornya dan benar-benar memberinya pelajaran?

Keesokan harinya, Hestia benar-benar mendatangi kantor Nimir. Tak seperti sebelumnya, kali ini seorang penjaga menghalanginya untuk masuk. "Bisa anda tunjukkan kartu pegawai?"

Apa lagi ini? Apakah Nimir sedang mencoba memperketat kantornya agar tak dimasuki orang asing? Dia pikir itu akan berhasil padanya?

Mata mereka bertatapan beberapa detik dan kilatan keunguan muncul di manik mata sang penjaga. Setelahnya, Hestia masuk begitu saja dan menuju lantai sepuluh.

Tapi sepertinya pengganggu kembali muncul. Kali ini ia harus berhadapan dengan sang sekretaris. "Anda siapa?" Falco pun bertanya pada Hestia yang sudah akan menerobos masuk.

Pria itu mengamati penampilan Hestia yang sangat modis. Tentu ia tak mengenal wanita cantik itu karena kebanyakan koleganya adalah wanita berumur. Tiba-tiba ia teringat perkataan Nimir akhir-akhir ini.

"Apakah anda Hestia?"

Hestia yang awalnya sudah akan menggunakan kekuatannya itu pun mengurungkannya saat mendengar namanya.

"Oh kau mengenalku?"

"Jika anda ingin menemui direktur, beliau sedang tidak ada di tempat."

"Benarkah? Tapi aku tak bisa kembali sebelum memeriksanya."

Hestia sudah akan melangkah menuju ruangan Nimir namun ia dihalau oleh tubuh tinggi Falco. "Anda tidak bisa sembarangan masuk."

Tangan Hestia meraih pundak Falco dan mata mereka saling bertatapan. "Direktur sedang bertemu tamu penting dan tak ada yang diperbolehkan masuk termasuk dirimu."

Keheningan terjadi sejenak sebelum Falco menjawab. "Ya, saya mengerti."

Hestia melewati Falco dan masuk ke ruangan Nimir. Pria itu langsung menoleh ke arah pintu karena seseorang masuk tanpa mengetuk pintu. Ekspresi wajah Nimir seketika berubah menjadi tak mengenakan.

Kenapa wanita itu bisa kembali masuk? Apa yang dilakukan Falco di luar?

"Aku tak ingat hari ini punya tamu."

Hestia melangkah mendekat. "Itu karena kau tak tau cara membalas pesan." Ia berdiri di depan meja Nimir dan menggebrak meja. Ia menunduk untuk mensejajarkan wajahnya.

"Kau tak bisa mengabaikanku disaat aku menginginkanmu."

"Jika kau ingin bermain dengan pria, carilah di luar sana. Aku sama sekali tak tertarik bermain denganmu."

"Kenapa? Karena aku tak menarik? Atau karena kau kurang berpengalaman?"

"Apa?"

Hestia tersenyum mengejek. Ia memutar meja dan berdiri di hadapan Nimir. "Kau pikir aku bodoh? Ciumanmu bahkan sangat payah. Ahh ataukah itu adalah pengalaman pertamamu?"

Nimir mengepalkan tangannya. Melihat reaksi Nimir membuat Hestia terdiam sesaat. Tiba-tiba ia tertawa keras. "Jadi itu benar-benar yang pertama?" Ia menyibak rambutnya ke belakang, entah kenapa ia menjadi bersemangat. "Oh lihatlah pria suci ini."

Tangan Hestia yang menyentuh pipi Nimir langsung ditangkis. "Tak heran kau mengeluarkannya banyak sekali." Hestia menundukan tubuhnya. "Bahkan membuat lubangku penuh."

Seakan ada yang menekan alaram bahaya, Nimir pun bangkir dan mendorong Hestia menjauh. Ia tak ingin terjebak di kursi kerjanya seperti tempo hari. Bahkan setelah kejadian itu, ia jadi merasa aneh setiap duduk di kursinya.

Wanita yang Tak Pernah Bisa TerpuaskanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang