Bagian Yang Patah Itu, Tumbuh

279 60 15
                                    

     "Nan, kalau aku monyet kamu harus monyet juga, jangan simpanse, nanti kita nikah beda kasta."

     Merotasikan bola matanya sedikit malas, padangan pada netra coklat milik Kinan yang semula bertumpu pada danau dengan pohon tinggi di sekitarnya di temani hamparan rumput hijau yang asri, beralih; menatap pada sang empu yang baru saja berbicara di sebelah kiri nya.

     "Nan..." Sang empu itu; pria berambut hitam dengan pakaian santai casual memandang netra coklat Kinan. "Aku suka kamu boleh gak, sih? Kamu cantik banget soalnya." Dengan sebuah akhiran  kerjam mata kanan nya dengan wajah berkeletah.

     Kinan mengalihkan pandangan miliknya kembali, memirsa hamparan hijau rumput tempat dirinya bersimpuh. Ia sedikitnya bersuara seperti ini, "Bi, kamu cape gak, sih? Kamu selalau berupaya bikin aku suka kamu, padahal aku sendiri yang mulai."

     Abi, sang lawan bicara dan si pemulai pembicara itu memandangi sosok wajah cantik Kinan dari sisi pinggir. "Hah..." Ia menguar nafas kencang, kepala nya sedikit tertunduk sebentar. "Kalau semisal aku bilang aku bakalan tetap bikin atensi kamu sepenuhnya ada ke aku, itu aku egois atau bodoh?"

     Kening Kinan terbentuk sebuah kerutan, kedua alisnya hampir bersentuhan. Ia kembali beralih pandang, menatap Abi yang sudah menengadahkan kepala dengan netra hitam yang terfokus padanya. "Kamu bodoh. Lagian apaan banget perjuangin cewek yang masih terikat erat sama masa lalunya macam aku." Kinan menghadrik dirinya sendiri.

     Abi memiringkan kepalanya. "Kamu lebih bodoh gak sih, Nan? Gagal move on sama orang mati." Ia beranjak dari bersila pada hamparan rumput, sedikit mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak di duga. Seperti,

     "ABISEKA!" Batu kerikil kecil berwarna hitam pudar sedikit abu-abu terlempar di tempat di mana dirinya tadi bersimpuh sila; ulah Kinan tentunya. Abi berlari kecil mundur, kedua bibirnya terbuka dengan sebuah tawaan dan mata membentuk senyuman, melihat Kinan yang sudah berdiri, berancang-ancang untuk mengejarnya.

     Ia berbalik, membuat lari kecil itu menuju kearah lebih tinggi, lari sedang. Membuat hamparan rumput dengan deas eage, di tepian danau, sepasang kekasih tanpa rasa itu berlarian. Terlihat seperti  replika sebuah adegan dalam film India.

     Ya, Kinan akan selalu menjadi atensinya. Dan Abi akan selalu berusaha untuk membuat atensi Kinan beralih dan hanya padanya.

     Dalam pandangan Kinan yang tengah terengah mengatur nafas; kilasan demi kilasan, dalam satuan bait, kembali bergerumbul berputar bahkan menguar dalam sel-sel saraf otak-nya. Bak sebuah puntalan benang yang keluar dari tampungannya. Rumit. Potongan cerita itu selalu tersusun kembali dalam pikiran yang membuat Kinan selalu bermakrifat ketika dalam satuan waktu detik yang pas tatapan sendu dari sosok Abi jatuh padanya;

     Kenapa waktu tidak dapat diulang kembali?

 

oOo

oOo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jarapeno © 2023All rights reserved

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jarapeno © 2023
All rights reserved.
plagiarism is not allowed, especially without my permission. be wise as a reader

___________

Halo, selamat menjelah dalam kisah Abi-Kinan

Aku harap bagian pada sebuah prakata atau prolog ini tidak menjadi acuan kalian dalam menentukan sebuah akhir cerita, ahahaha

Karena pada akhirnya, kisah cinta rumit yang akan menemani kalian bersama Abi-Kinan

Terima kasih sudah berniat untuk mengikuti dan menemani perjalanan Abi-Kinan

Selamat menantikan!

Yang Hilang, Berganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang