Bab 1: Pertemuan Tak Terduga

1 1 0
                                    

Rinad berjalan tergesa-gesa menuju kantornya di sebuah rumah sakit kecil di pinggiran kota. Dia menatap jam tangannya yang menunjukkan waktu sudah hampir 30 menit sejak dia seharusnya tiba di sana. Rinad tahu bahwa dia akan terlambat untuk pertemuan dengan manajer rumah sakit, dan dia merasa khawatir akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan posisi yang dia inginkan.

Saat Rinad tiba di depan pintu kantor, dia terengah-engah dan menarik napas dalam-dalam sebelum masuk. Namun, ketika dia membuka pintu, dia hampir menabrak seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu.

"Pardon me, Miss," kata pria itu sambil menahan Rinad agar tidak terjatuh. "Kamu baik-baik saja?"

Rinad menatap pria itu dan terkesima. Dia belum pernah melihat pria yang begitu tampan seperti dia lihat sekarang. Pria itu memiliki rambut hitam keriting yang tersusun rapi, kulit sawo matang yang mulus, dan mata hijau yang menyala.

"I-Iya, saya baik-baik saja. Terima kasih," jawab Rinad, masih terpesona oleh kecantikan pria itu.

Pria itu tersenyum dan menatap Rinad dengan penuh perhatian. "Saya Rafi," kata pria itu sambil memberikan kartu namanya ke Rinad. "Sudah lama kamu bekerja di sini?"

"Sebenarnya baru sekitar satu bulan," jawab Rinad sambil mengambil kartu itu. Dia merasa sedikit gugup dan tidak nyaman dengan perhatian yang Rafi berikan padanya.

"Saya sedang menunggu teman saya di sini," kata Rafi sambil menunjuk ke arah sofa di samping mereka. "Maukah kamu bergabung bersama kami?"

Rinad ragu, tapi akhirnya dia setuju. Dia merasa bahwa dia tidak akan bisa melepaskan diri dari pesona pria tampan ini, dan mungkin pertemuan tak terduga ini akan membawa kebaikan baginya.

Mereka duduk di sofa dan mulai berbicara. Rafi terbukti sangat ramah dan menarik. Dia meminta Rinad bercerita tentang dirinya dan kehidupannya. Rinad merasa nyaman berbicara dengan Rafi, dan merasa bahwa dia bisa membuka diri padanya tanpa ada rasa takut atau canggung.

"Saya tahu saya baru saja bertemu dengan kamu, tapi saya ingin kamu tahu bahwa kamu sangat menarik bagi saya," kata Rafi, tiba-tiba.

Rinad merasa terkejut dan terbangun dari pikirannya. Dia merasa sedikit canggung dan tidak tahu bagaimana harus merespons.

"Maaf, saya tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman," kata Rafi cepat. "Saya hanya ingin kamu tahu bahwa saya ingin mengenalmu lebih baik."

Rinad tersenyum dan merasa bahwa dia mungkin telah menemukan teman baru yang akan membantu menjaga semangatnya untuk mencapai impian menjadi seorang dokter. Namun, dalam hatinya, dia merasa bahwa perhatian yang diberikan Rafi kepadanya lebih dari sekadar pertemanan.

Beberapa saat kemudian, teman Rafi tiba di kantor dan mereka berpisah. Rinad kembali ke pekerjaannya dengan hati yang berdebar-debar. Dia terus memikirkan pertemuan tadi dengan Rafi dan merasa bahwa ada perasaan yang berkembang di dalam hatinya.

Sementara itu, di ruang pertemuan lain di rumah sakit, manajer rumah sakit memutuskan untuk memberikan posisi yang Rinad inginkan kepada orang lain. Rinad merasa sangat kecewa dan marah, dia merasa bahwa semua upayanya sia-sia.

Namun, ketika dia keluar dari ruangan manajer, dia melihat Rafi menunggu di luar. Rafi memperhatikan ekspresi Rinad dan bertanya apa yang terjadi.

"Saya tidak mendapatkan posisi itu," jawab Rinad dengan suara lirih. "Semua usaha saya sia-sia."

Rafi tersenyum dan menepuk bahu Rinad dengan lembut. "Jangan khawatir, Rinad. Kamu pasti akan menemukan peluang yang lebih baik. Saya percaya padamu."

Rinad merasa lega mendengar kata-kata Rafi, dan hatinya kembali terasa bersemangat. Dia merasa bahwa dia telah menemukan seseorang yang peduli dan mendukungnya, bahkan jika mereka baru saja bertemu.

Dalam beberapa minggu berikutnya, Rinad dan Rafi sering bertemu di kantor. Mereka mulai merasa bahwa ada hubungan yang lebih dari sekadar pertemanan. Namun, mereka juga menyadari bahwa ada perbedaan besar antara mereka. Rinad berasal dari keluarga sederhana dan memiliki tanggung jawab untuk membantu keluarganya, sedangkan Rafi berasal dari keluarga kaya dan hidup dengan kemewahan.

Namun, semakin dekat mereka, semakin sulit bagi Rinad untuk menolak perasaannya pada Rafi. Dia tahu bahwa hubungan mereka tidak akan mudah, tapi dia tidak bisa menahan perasaannya.

Akan tetapi, masalah muncul ketika orang tua Rafi mengatur pertunangan Rafi dengan seorang wanita dari keluarga kaya lainnya. Rinad merasa terhalang oleh takdir, dan dia harus memilih antara cintanya pada Rafi atau tanggung jawabnya pada keluarganya.

Rinad merasa bingung dan sedih, dia tidak tahu harus berbuat apa. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa dia tidak bisa menyerah begitu saja pada cintanya pada Rafi. Akankah dia melawan takdir dan memperjuangkan cintanya pada Rafi? Atau akankah dia memilih mengorbankan cintanya demi tanggung jawabnya pada keluarganya?

Sejak awalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang