Chapter 2

21 4 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Haloo guys, penasaran nggak nih sama lanjutannya ?

Yaudah nih aku lanjutin yah, semangat membaca ^^

"Aku melihat duri itu melukai jariku dan akupun tidak mau melihatnya lagi, tapi ini bukan tentang duri"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku melihat duri itu melukai jariku dan akupun tidak mau melihatnya lagi, tapi ini bukan tentang duri"

- Aina-

***

Pagi ini, ِAyla terlihat sangat tidak bersemangat walaupun dia memang pendiam tapi sikapnya tidak seperti biasanya. Melihat hal itu, Aina langsung menghampiri adiknya dan menghiburnya. Tidak lama setelah menghibur adiknya, ayahnya memanggil Aina untuk ke kamar.

 "Aina, nak sini dulu ke kamar Ibu dan Bapak."

"Iya Pak, Aina segera ke sana, yah."

 Sesampainya di kamar, dia melihat ibunya yang hanya berbaring sambil melamun dan bertingkah aneh.

 "Pak, ada apa memanggil Aina?" tanya Aina kepada ayahnya.

"Ini nak, bapak titip ibu, yah. Bapak mau ke sawah dulu karena ada yang harus bapak kerjakan di sana," ucap Pak Wira kepada Aina. 

"Iya Pak, Aina akan jaga ibu, bapak hati-hati yah," jawab Aina dengan senyuman manisnya.

Setiap hari mereka lalui seperti itu secara berulang-ulang dengan kondisi Bu Nur yang berubah-ubah. Namun, terkadang keadaan Bu Nur kembali normal tetapi tidak berlangsung lama, kadanag-kadang kondisinya membaik hanya 1 minggu dan setelah itu penyakitnya kambuh kembali. Keadaan itu membuat Aina dan Ayla khawatir karena mereka harus sekolah dan tidak ada yang menjaga ibunya terlebih ayahnya yang setiap hari harus ke sawah. 

Ayla yang memiliki sifat cuek dan masih terlalu kecil untuk memahami keadaan. Dia tidak seberani Aina dalam menghadapi ibunya terlebih ketika penyakit marah yang berlebihan ibunya kambuh, dia tidak berani mendekat dan lebih memilih main di kamar sendiri atau bersama temannya. Sementara itu, setiap pulang sekolah, Aina harus mengurus ibunya meskipun dia juga mempunyai ketakutan dan bahkan menangis ketika dimarahi oleh ibunya tetapi dia tetap berusaha menahan itu semua.

***

Ketika Bu Nur normal, dia beraktifitas seperti biasanya dan berkumpul dengan warga yang lain. Namun, suatu hari Bu Nur sedang berada di acara tetangganya ditemani oleh Aina karena Bu Nur harus diawasi ketika keluar rumah sebab penyakitnya yang biasa tiba-tiba kambuh. Saat itu, Bu Nur sedang makan dengan Aina dan juga tetangga lainnya sambil berincang-bincang. 

Tiba-tiba, Bu Nur merasa kesal dan membanting piring yang dia pegang. Seketika orang-orang yang ada di sekitar itu kaget dan panik karena mereka belum mengetahui keadaan Bu Nur yang sebenarnya setelah peristiwa kecelakaan. 

Aina yang sudah paham segera mengajak ibunya untuk pulang ke rumah tapi Bu Nur mendorong Aina ke samping sambil marah-marah tidak jelas ke orang-orang yang ada di sebelahnya. Aina menangis dan orang-orang mengerumuninya dan memarahi Bu Nur karena kasar kepada anaknya dan marah tidak jelas. Aina mengatakan kepada orang-orang di sana bahwa penyakit ibunya sedang kambuh, Aina sedikit kebingungan menjelaskannya dan dia hanya langsung meminta bantuan tetangganya agar menghubungi ayahnya untuk segera pulang. 

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang