Sebuah mobil terparkir dengan sempurna di halaman sebuah cafe, tak lama turunlah seseorang dengan pakaian formal nya. Ia berjalan masuk kedalam cafe dan mencari keberadaan seseorang yang baru beberapa jam lalu ia hubungi.
" bibi zelyn! " wanita itu menoleh mendapati gadis sepuluh tahun lebih muda darinya.
" hai vio, lama menunggu? "
" tidak, aku baru sampai. " mereka berbincang santai sambil menunggu pesanan.
" jadi bibi ada apa mengajakku bertemu? " tanya vio.
" bibi dengar dari ayah mu kau sedang mencari referensi untuk novel baru mu. " ucap wanita bernama zelyn.
" apaa? Ayah? Sungguh? " vio cengo seketika. Ayah nya yang terkenal masa bodo dengan hobinya itu bercerita kepada bibi nya.
" hmm? Kenapa raut wajahmu begitu, bagus dong jika ayah mu itu mulai mendukungmu. " zelyn tertawa melihat raut wajah keponakannya.
" bagus apanya, bibi tau selama dirumah ayah selalu saja cerewet. Bahkan melebihi mama aku sampai pusing. "
Vio memijat pelipisnya, ia ingat sekali dengan ocehan sang ayah tentang kesehariannya menulis novel. Sedangkan sang mama hanya setuju - setuju saja dengan semua hobi nya.
Zelyn tersenyum, adiknya itu memang suka sekali mengoceh tentang apa saja yang tidak ia suka. Dulu korban dari ocehan adiknya tentu saja ia sendiri. Zelyn ingat bagaimana adik nya itu mengoceh selama tiga hari penuh karena ia melihat zelyn pulang larut malam.
" tenang saja, di setiap ocehan ayah mu itu ada hal baik nya. "
" sudahlah bi, sebaiknya kita bicarakan tentang pertemuan kita saja. Jarang - jarang aku bisa bertemu dengan bibi. "
Zelyn tertawa untuk kesekian kalinya, sudah beberapa bulan ini mereka tidak bertemu. Hanya bertukar kabar lewat ponsel saja, karena zelyn yang sedang berada di luar kota untuk suatu urusan.
" bibi ada satu cerita untukmu, mungkin bisa kau gunakan sebagai referensi juga nanti nya. " Ucap zelyn setelah menyesap kopi nya.
" cerita? Sudah lama aku tidak mendengar cerita dari bibi. Dulu bibi selalu menceritakan dongeng kepada ku, apa kali ini bibi juga akan bercerita tentang dongeng? " vio berbinar semua cerita yang dibawakan oleh bibi nya tak pernah gagal.
" haha, bukan sayang. Ini cerita tentang seorang gadis yang berjuang membuktikan bahwa dia ada kepada keluarganya. " zelyn berubah sendu bahkan sudah bertahun-tahun namun ia masih tidak bisa melupakan semua kejadian itu.
" huh? Aku tidak mengerti bibi zelyn. " vio mengerutkan kening nya.
" ini adalah kisah dari sahabat bibi, namanya Nessa ia adalah gadis ceria yang selalu bersemangat. Ia baik, pintar dan juga penyayang, semua sangat suka berada di dekat nessa karena gadis itu selalu membawa aura positif untuk orang-orang di sekitar nya. "
Vio nampak tertarik, buktinya sedari tadi ia hampir tak berkedip menatap bibi nya, zelyn sedikit ragu karena cerita yang akan ia bawa kali ini juga menyangkut masa lalu nya dan adiknya ( ayah vio).
" seperti nya seru ayoo bibi ceritakan pada ku. " seru vio
" boleh saja, tapi mungkin ini akan memakan waktu berharga mu, ceritanya sangat panjang dan mungkin akan menguras emosi juga nantinya. "
" tidak papa, aku akan mendengar hingga akhir. "
" baiklah, cerita di mulai pada saat musim hujan, saat itu bibi masih berumur 18 tahun. Bibi baru saja pulang dari sekolah di tengah perjalanan menuju rumah bibi bertemu dengan seorang gadis seusia bibi. Itulah kali pertama bibi bertemu dengan nessa. "
" dibawah guyuran air hujan, nessa berdiri di samping pagar pembatas jembatan. Ia menatap kosong kebawah tepatnya ke arah sungai besar dengan arus deras karena bendungan yang saat itu di buka. "
" terlihat seperti arus jeram, bibi menyapa nya karena takut ia akan melakukan hal yang tidak - tidak di tambah lagi kami memakai seragam yang sama. Nessa menoleh namun ia hanya diam sambil terus melihat ke arah bibi, bisa bibi lihat banyak luka lebam di wajah nya. Awalnya bibi kira jika nessa baru saja diganggu oleh kakak kelas yang terkenal berandal. "
" namun yang bibi tidak tahu adalah, luka itu ia dapat dari keluarganya sendiri. Ia mendapat kekerasan tanpa henti namun nessa selalu menyembunyikan semua luka itu di balik hoodie oversize nya. "
" dan entah bagaimana, sejak saat itu kami menjadi teman lalu perlahan kami mulai bersahabat dengan tiga anak lain nya. " zelyn tersenyum mengingat kenangan manis nya dengan nessa.
" ceritakan lebih lanjut lagi bibi. " pinta vio
" boleh, tapi sebelum itu bibi ingin kau juga ikut hanyut kedalam cerita yang bibi bawakan kali ini. " vio mengangguk tanda ia sanggup.
" nah vio, ini adalah awal dari kisah perjuangan nessa dalam menunjukkan pembuktian pada keluarganya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓟𝓮𝓶𝓫𝓾𝓴𝓽𝓲𝓪𝓷
أدب المراهقينmenjadi bayang - bayang dalam sebuah keluarga sangat menyakitkan, setiap hari hanya nama syella saja yang terus terdengar. ayah ibu kapan kalian akan memanggil nama ku? harus dengan cara apa lagi aku harus membuktikan bahwa aku juga bagian dari kelu...