Menjadi anak pertama tidaklah mudah, itu yang dirasakan oleh pemuda berusia 26 tahun-- Jayendra seringkali ingin menyerah, menjadi ayah sekaligus ibu bagi kedua adiknya bukanlah hal yang mudah.
Bekerja, bekerja dan bekerja adalah hal yang selalu pemuda itu lakukan, Jay memang terlihat acuh dan tak peduli pada kedua adiknya namun jauh didalam lubuk hati Jay begitu menyayangi kedua adiknya.
Sepertinya memang sudah menjadi sifat anak pertama yang selalu memperhatikan segalanya dalam diam, meskipun terlihat tak peduli Jay begitu memikirkan bagaimana kehidupan adiknya dimasa depan.
Menabung untuk biaya sekolah adiknya, menyekolahkan kedua adiknya di sekolah terbaik apalagi sebentar lagi Abi lulus SMA, banyak sekali biaya untuk masuk ke Perguruan tinggi yang harus Jay kumpulkan.
Jay ingin kedua adiknya memiliki gelar, mempunyai masa depan yang cerah dan yang terpenting adalah kedua adiknya bisa menggapai cita-cita yang sudah mereka impikan sedari kecil.
Tidak seperti Jay, dirinya harus rela mengubur cita-cita demi melanjutkan perusahaan ayahnya.
Tapi Jay tak masalah, karena yang terpenting saat ini adalah kehidupan kedua adiknya.
"Ngelamun terus pak bos, bentar lagi kita ada meeting"
Jay hanya melirik sekilas ke arah Kenzo, sahabat nya yang kini sudah menikah dan mempunyai satu anak laki-laki masih bayi.
"Putus lagi lo sama si Ghea?"
Jay hanya berdehem pelan, tatapan pemuda itu tak lepas dari layar laptop yang menampilkan deretan angka.
"Gue bilang juga apa Pak Jay, cewek itu cuma butuh kepastian ya minimal lo ajak dulu dia tunangan"
"Gue juga kalau jadi Ghea bakalan ngamuk, pacaran 7 tahun tapi digantung terus gak di halalin halalin"
"Diem, bacot terus lo!"
Sentak Jay dengan perasaan dongkol, hancur sudah reputasinya menjadi seorang pimpinan perusahaan yang berwibawa dan dingin jika sudah berhadapan dengan satu sahabatnya ini.
Kenzo sontak tertawa terbahak-bahak, ada perasaan puas ketika ia bisa menjahili Jay, pemuda itu jarang sekali berekspresi membuat Kenzo geram sendiri melihat wajahnya yang mirip seperti triplek.
Datar.
"Eh tapi gue serius, lo mending buruan lamar si Ghea takut keburu di ambil Hendry, secara tuh cowok ngebet banget deketin cewek lo dari zaman SMA"
"Ya udah biarin" Kata Jay acuh tak acuh,
"Tahun depan usia lo udah 27 tahun Jay, lo mau nikah umur berapa?"
"Tunggu adik gue lulus kuliah S3"
"GILA LO?! KEBURU JADI AKI-AKI TOLOL!"
Jay kembali acuh mendengar Kenzo berteriak, sedangkan Kenzo hanya menarik nafas berat, Kenzo tau bagaimana Jay begitu menyayangi kedua adiknya, Kenzo juga tau seberapa keras usaha Jay untuk mempersiapkan masa depan yang cerah bagi kedua adiknya, Kenzo akui Jay memang yang terbaik untuk dijadikan seorang abang.
Namun satu hal yang membuat Kenzo membenci sahabatnya adalah, Jay terlalu menyiksa diri tak pernah memperdulikan dirinya sendiri.
"Jay, gue tau-"
Ting!
Notifikasi ponsel mengalihkan atensinya, Jay tak mendengarkan lagi ocehan Kenzo yang tak bermutu baginya.
Abi
Mas Aksa pingsan.
Tak menunggu waktu lama, Jay segera berdiri dan menyambar kunci mobil meninggalkan Kenzo yang masih setia mengoceh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA SANG AKSA
Teen FictionDulu sekali sewaktu Aksa masih kecil, Aksa pernah mendengar seseorang berkata "Anak pertama memikul beban yang paling berat sedangkan anak kedua seringkali tak di anggap kehadirannya" lalu ada seseorang lagi yang menyahut "Kalau anak bungsu?" sese...