Cuek

393 102 1
                                    

Terhitung sudah satu minggu Haechan mendiami Renjun, dia sama sekali tak mau berbicara atau sekedar bertatap muka.

Renjun benar-benar di buat gila selama seminggu ini, dia tak bisa bertemu dengan si manis karena Haechan akan memutar jalan jika melihatnya.

"Masih marahan?" tanya Jeno sembari mendudukkan dirinya di samping Renjun yang tampak tengah melamun.

"Lain kali lakuin lagi ya, biar dia makin ilfeel sama lu" saran Jeno yang mana sangat tak berfaedah.

"Kamu sama sekali tak membantu" kata Renjun lesu, dia benar-benar tak merasa hidup tanpa kehadiran Haechan.

"Lagian kan salah lu juga" timpal Jeno sembari menyeruput es teh yang di bawanya.

"Saya mana tau kalau dia bakal marah karena ini" Jawab Renjun sembari menyederkan punggungnya di kursi yang tengah dia duduki.

"Gue bakal coba bujuk dia deh" tawar Jeno akhirnya, kasihan dia lama-lama kalau liat temennya galau begini.

"Tapi lu sadar gak sih?, kalau akhir-akhir ini dia makin nempel sama jisung" kata Jeno sembari menatap Renjun yang sama sekali tak bergeming.

"Lu suka sama dia?" tanya Jeno serius sembari menatap wajah Renjun yang tampak menegang.

"Lu itu calon ustadz Jun, gak mungkin kalau lu gak tau kalau yang lu rasain itu salah" kata Jeno sambil menepuk pundak Renjun pelan.

"Saya tak tau" kata Renjun sambil menutup wajahnya menggunakan tangan.

"Saya tak tau apa yang tengah saya rasakan ini, tapi setiap saya melihat dia rasanya perasaan saya campur aduk" kata Renjun sambil menghela nafasnya.

"Sebagai teman gue cuma mau ngasih tau, jangan sampe perasaan lu sama dia makin jauh. Ini gak bener Jun gue tau lu bukan orang bodoh yang gak akan ngerti sama konsekuensinya, untuk sementara waktu lebih baik lu jauhin dia dulu. Ini juga untuk kebaikan lu nantinya " nasehat Jeno sembari meninggalkan Renjun yang tengah perang dengan batinnya.

Dia tak mengira kalau perasaannya akan semakin menjadi, padahal awalnya dia hanya tertarik pada pemuda manis itu sama sekali tak ada niatan untuk menyukainya.

Tapi lihat sekarang?, rasa suka nya benar-benar tak bisa di hentikan. Kehidupannya seperti sudah berpusat pada Haechan.

Dia tak bisa jauh-jauh dari pemuda manis itu, satu minggu tak jumpa saja mampu membuat Renjun gila.

"Haechan kamu benar-benar buat aku gila" gumam Renjun sembari menghela nafas yang entah keberapa kalinya.

Sedangkan untuk Haechan pun tak berbeda jauh, pemuda manis itu juga sama rindu nya pada pemuda tampan itu.

Dia benar-benar ingin segera berbicara dengan Renjun lagi, dia ingin mendengar suara halus itu.

"Kamu itu seperti anak-anak" Haechan sedikit tersentak ketika tiba-tiba mendengar suara teman sekamar nya.

"Biarin" kata Haechan tak peduli "Kasian Renjun, mau sampai kapan kamu mendiamkan dia" sosok tadi mendudukkan dirinya di pinggir ranjang.

Menatap pemuda manis itu yang tengah menatapnya sengit "Jaemin jangan suka ikut campur deh" kata Haechan sebal.

"Justru karena saya temen kamu, saya harus ikut campur. Ini bukan masalah besar chan saya tau Renjun salah tapi kamu juga belum tentu benar" kata Jaemin sambil menatap Haechan yang tampak berpikir.

"Tapi kan gue kesel" kata Haechan sambil mencibikkan bibirnya. "Ini sudah satu minggu sejak kejadian itu chan, lagipula Renjun selama seminggu ini selalu berusaha meminta maaf pada mu kan?" Haechan tampak berpikir menimbang ucapan Jaemin.

"Saya panggil Renjun ke sini ya?, biar kalian selesaikan masalah ini secepatnya" kata Jaemin sembari beranjak keluar dari kamar mereka berdua.

"Kayaknya gue emang kenakan banget deh" gumam Haechan sembari menatap langit-langit kamar.

Tok Tok Tok

Haechan sedikit tersentak begitu mendengar pintu kamarnya yang di ketuk.

"Sebentar!" Teriak Haechan seraya turun dari ranjang.

Cklek

Haechan langsung terdiam begitu mendapati Renjun yang ternyata pelaku pengetuk pintu kamarnya tadi.

"Boleh masuk?" ijin Renjun sembari menatap Haechan dengan lekat. "B-boleh" Jawab Haechan dengan sedikit gugup.

Si manis sedikit menggeser posisinya memberi ruang untuk pemuda tampan itu bisa masuk ke dalam kamarnya.

Haechan langsung menutup pintu begitu Renjun masuk ke kamarnya. Setelahnya mereka hanya saling diam Haechan yang tampak gugup untuk memulai pembicaraan dan Renjun yang tampak takut-takut menatap si manis.

"Kamu masih marah?" tanya Renjun akhirnya membuka pembicaraan "Engga" Jawab Haechan singkat.

"Serius?" dengan gerakan cepat Renjun menghampiri Haechan yang masih berdiam diri di dekat pintu.

"Maaf kalau aku marah tanpa alasan" kata Haechan sembari berusaha tak menatap wajah tampan di hadapannya.

"Harusnya aku yang minta maaf karena ninggalin kamu sendirian, aku yang ngajak kamu tapi aku juga yang gak bertanggung jawab. Sekali lagi maaf ya chan aku pastikan kejadian ini tak akan terulang" kata Renjun sambil tersenyum manis, dia terlalu bahagia karena si manis yang sudah mau mulai berbicara padanya.

"Hmm, aku juga yang terlalu ke kanakan yang marah cuma masalah sepele gini" kata Haechan sembari berjalan mundur, posisinya dengan Renjun sekarang ini terlalu dekat.

"Tak apa, aku suka melihat kamu cemburu seperti itu" kata Renjun sembari berjalan maju.

Kini posisi mereka benar-benar dekat badan Haechan terhimpit tembok dan badan Renjun, membuat pemuda manis itu sedikit risih.

"Boleh kalau aku suka sama kamu?" Haechan mendongakkan wajahnya dengan kaget, begitu mendengar ucapan Renjun.

Dia lebih kaget lagi ketika merasakan bibirnya dengan Renjun yang saling menempel, karena terlalu dekat dia sampai tak sengaja menyatukan bibir mereka berdua.

Dengan buru-buru Haechan menjauhkan wajahnya. "Bibir kamu manis" kata Renjun yang semakin mendekatkan wajahnya.

"Boleh cium lagi?, tapi sekarang boleh di lumat sedikit kan?" tanya Renjun sembari tersenyum sebelum menyatukan bibir mereka kembali.

Dosa mereka akan di mulai dari sini Renjun yang tak bisa menghilangkan rasa sukanya sehingga dia berbuat dosa yang begitu besar, Dan Haechan yang selalu tak mampu melawan pesona pemuda tampan itu.

TBC

Makin garing gak sih?

MENIKAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang