PROLOG

4 0 0
                                    

Seorang cowok remaja memasuki sebuah  rumah yang tampak mewah. Ia baru saja pulang dari sekolahnya.

"Aku pulang Bunda, Ayah." Sahut cowok remaja itu.

Saat ia sedang melepas sepatunya, bukan kedua orang tuanya yang menghampirinya, tetapi bayi perempuan yang merangkak ke arah cowok itu.

Cowok itu tersenyum menatap bayi yang merupakan adikknya itu.

"Sini sayang, uuu kangen sama abang ya. Cup." Ia menciumi seluruh wajah adiknya yang sudah berada didalam gendongannya.

"Akasa, kamu mah mandi dulu baru main sama adek." sapa lembut suara wanita yang menghampiri cowok remaja bernama Akasa.

"Maaf bund, Aku kangen banget soalnya. Sama twins." jawabnya sambil matanya meliar mencari adik bayinya yang lagi satu.

"Langit mana bund?" tanya Akasa.

"Lagi bobo. Ayo makan."

*****

Setelah makan. Akasa, atau nama panjangnya Akasa Mahardika Putra, masih bermain dengan kedua ade kembarnya.

Adik kembarnya, putra-putri terlihat sangat  imut dan manja ke abang mereka.

"Langit Arhadika Putra." Ucap Akasa sambil menyentuh hidung mungil adik lelakinya.

"Talia Arashel." kemudian adik perempuannya yang disentuh hidung mungilnya.

Kedua bayi kembar itu menatap abang mereka dengan jari yang diisap.

"Sayang dua-duanya. Jangan cepat-cepat gedenya ya, abang masih pengen lihat kalian jadi baby."

Cup.

Cup.

Cup.

Akasa kembali menciumi kedua bayi kembar itu.

*****

Dari jauh Mariska, Bunda Akasa dan kembar menatap ketiga anaknya.

"Lihat Mas, anak-anak kamu. Tiga-tiganya akur" kata Mariska sambil menatap wajah suaminya.

Suaminya. Pak Zeff hanya tersenyum sinis. "Anak aku hanya Akasa dan Langit. Anak penyakitan itu bukan anak ku."

Mariska menatap wajah suaminya dengan senduh. "Mas Talia juga anak mu. Kamu dari dulu kan menginginkan anak perempuan."

Mariska sudah mulai menangis.

Pak. Zeff berdiri dari duduknya. "Anak perempuan sakitan untuk apa? Dia memiliki penyakit dan itu memalukan saya."

Pak. Zeff berlalu pergi.

Mariska hanya menggeleng kepala menangisi nasib anak perempuannya yang tidak diterima oleh Ayahnya sendiri.

"Maafin Bunda sayang."


****
Segini dulu yaaaa guys untuk prolog.

Saya sebagai penulis baru mengucapkan selamat membaca.

TALIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang