Hai, saya kembali untuk mengupdate part 1. Kepada yang membaca cerita ini semoga menyenangkan.
Jika ada typo tolong dimaafkan karena saya juga masih baru. Diperbaiki di komen pun bisa.
Selamat menikmati cerita ini kawan...
*****
Mariska yang sedang sibuk di taman bunganya dari jauh memerhati bayi kembarnya yang duduk manis di kereta bayi.
Mariska tersenyum. Anak-anaknua semakim tumbuh besar.
Mariska melihat mobil suaminya memasuki halaman rumah megah itu. Lalu wanita itu mengjampiri.
"Mas, awal kamu pulang hari ini." kata Mariska sambil menyalim tangan suaminya.
"Iya kerjaan ku lumayan sedikit." Pak. Zeff kemudian menghampiri anak kembarnya.
"Anak ayah sayang. Kangen banget ayah sama kamu. Cup." Pak. Zeff mengangkat Langit dalam gendongannya dan mencium seluruh wajah bayi itu sehingga Langit tersenyum bahagia.
Pak. Zeff mengabaikan bayi perempuannya yang juga merupakan anaknya.
Tangan mungil Talia bergerak mencengkram jahitan kain seluar ayahnya.
"ummm emmm aaa." Talia jiga ingin digendong oleh Ayahnya.
Pak. Zeff yang sedang mencium Langit merasa terganggu.
"Ck. Dasar kuman." Pak. Zeff menendang kereta bayi Talia hingga terbalik dan menyebabkan Talia jatuh di rumput.
"Mas!" Mariska dengan sigap berlari menggendong Talia yang menangis.
"Mas! Kamu keterlaluan!" Mariska memeluk bayi Talia dengan erat.
Pak. Zeff tidak peduli langsung masuk ke dalam rumah.
"Sttt udah sayang. Cup cup cup, cantiknya bunda, sayangnya bunda." dalam tangis Mariska terus membujuk Talia.
*****
5 Tahun kemudian...
Talia kecil dan Langit sedang bermain kejar-kejaran di halaman rumah yang dipenuhi rumput hijau dan terisi taman bunga serta kolam ikan.
"Abang tunggu." Talia yang sudah beruisia 6 tahun mengejar langkah kaki Langit.
"Cepat Tata." panggil Langit.
Talia berhenti berlari. Dia tercungap-cungap kelelahan mengejar abang kembarnya itu.
Saat dia mendongak abangnya sudah hilang dari halam rumah.
"Abang?" Talia mentap kesemua arah mencari kelibat sang abang.
Matanya kemudia terhenti pada pagar rumah yang terbuka luas. Matanya mengerjap.
Talia kecil melangkah kesana dan keluar dari pagar. Talia kecil sekarang berada di jalan raya yang sunyi.
Saat gadis mungil itu kebingungan tiba-tiba ada lori yang sangat laju menuju ke arahnya.
"Talia!!"
*****
Keluarga Pak. Zeff sedang berduka atas kepergiaan Mariska, sang istri. Ya, bukan Talia yang ditabrak melainkan Mariska yang mendorong anaknya dan mengorbankan dirinya.
Hanya sedetik jika Mariska terlambat mungkin Talia kecil yang akan pergi.
Pak. Zeff, Akasa, Langit dan Talia terdiam di ruang keluarga. Tiba-tiba saja mata merah Pak. Zeff menatap Talia, sorot matanya terlihat penuh dendam.
"Anak sialan!"
Plak!
"Ayah!" Akasa memeluk Talia yang di tampar oleh Ayah mereka itu.
Langit turut sama berdiri memeluk kembarnnya.
"Ay...ayah..hiks..hiks." tangisan Talia kecil memenuhi kesunyian ruangan di rumah itu.
"Gara-gara kamu hiks...istri saya meninggal. Anak pembawa sial." tubuh Pak. Zeff bergetar mengenang sang istri tercintanya.
"Dengar baik-baik Talia, sampai kapan pun saya akan membenci kamu. Kamu bukan anak saya lagi. Kamu penyebab kematian bundamu!! Ingat itu dan tanggung dosamu!"
Setelah mengatakan itu Pak. Zeff pergi berlalu.
Meninggalkan ketiga anaknya yang menagis.
"Gak sayang, bukan salah Tata. Tatanya abang anak baik." dalam tangisan Akasa membujuk adik kecilnya.
Sedangkan Langit mengalirkan air mata. Namun kata-kata sang ayah terngiang-ngiang di otaknya.
"Bunda pergi karena Talia?"
*****
Okay, sampai disini sulu.Kasian banget sama Talia dan keluarga yang ditinggalkan sosok ibu.
Jangan lupa vote dan comment ya kawan
Makasih and see you kawan...
KAMU SEDANG MEMBACA
TALIA
Teen FictionDia hanya ingin dihargai oleh orang tersayang. Namun rasanya hal itu sulit sekali, tapi tidak apa dia yakin akan ada waktunya untuk dirinya. Tapi keyakinan itu mulai padam seiring berjalannya waktu diirngi luka-luka dari semesta. "Aku Talia"