2. Luka Terbesar.

3 0 0
                                    

Hai kawan, saya kembali. Udah masuk part dua ini. Semoga selalu suka baca cerita ini.

Kalian boleh komen kok kekurangan cerita ini di kolom komentar tapi jangan menghina kawan.

Happy reading kawan...

*****

Talia, gadis cantuk yang sudah menginjak masa SMA itu melangkahkan kaki turun tangga rumahnya.

Pagi ini dia akan pindah ke SMA barunya. Karena lebih dekat. Dulunya dia sekolah di Bandung tapi abangnya memintanya untuk sekolah di Jakarta saja.

Rumah itu biasanya sunyi dipagi hari, namun kali ini sepertinya berbeda.

Talia bisa melihat dengan jelas ruang tamu yang besar dan luas itu sedang didekor  oleh beberapa orang.

Talia beranjak pergi untuk mencari sang ayah dan menanyakan perihal ini.

"Pagi ayah." sapa Talia sambil tersenyum manis. Talia sangat jarang tersenyum dan tipikal orang yang pendiam dan dingin.

Namun untuk orang tersayang dia akan senyum semanisnya.

Namun senyum itu perlahan padam ketika melihat sang ayah yang sedang berpelukkan dengan seorang wanita.

Hancur. Sangat hancur.

Dia baru tiba di Jakarta semalam dan kata pembantu rumah mereka sang ayah sedang keluar. Namun pagi ini...

"Ay... Ayah?" panggil Talia gugup. Air matanya terlihat bergenang di pelupuk mata indahnya.

"Sayang anak kamu panggil." ucap wanita yang dipelukkan ayah Talia.

"Ada apa?" tanya Pak. Zeff memandang Talia.

"Ayah ngapain? Dia siapa?" tanya Talia.

"Dia istri baru saya dan kami akan menikah sore ini. Sudah lama saya merancang ini jadi kamu tidak perlu kaget. Panggil dia mama." Pak. Zeff memjelaskan dengan panjang lebar.

Talia menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Gimana dengan bunda yah? Bukannya cuman bunda yang ayah cinta?"

Pak. Zeff menghampiri Talia.

Plak.

Tamparan keras lagi dan lagi hinggap di pipi mulus Talia.

Ahh Talia sudah terbiasa dengan tamparan itu. Sungguh itu sudah menjadi makanan sehari-harinya jika ia berada di dekat ayahnya.

"Jangan mempersoalkan keputusan saya. Pergi kamu!!" bentak Pak. Zeff. "Ayo sayang". Dengan bergandengan kedua manusia itu pergi.

"Bunda...hiks...ayah jahat banget sama bunda..."

Luka terbesar seorang anak, ketika melihat kepergian orang tuanya dan melihat pengganti baru ibu atau ayah mereka.

*****

Akasa membujuk adiknya untuk ke sekolah. Dari pada di rumah Talia hanya akan tertekan melihat sang ayah dan istri barunya.

Akasa dan Langit juga tentunya marah dan tidak setuju, tapi keputusan ayah, nenek dan kakek mereka sudah mutlak.

Perjodohan ini dilakukan oleh kakek dan nenek mereka yang memang dari dulu tidak menyukai Mariska.

Karena terlanjur kesal, Akasa memutuskan untuk tinggal di London mengurusi perusahaan cabang ayah mereka di sana.

Bukan niat untuk meninggalkan adik-adiknya. Tapi dia juga sakit. Dia tidak akan selamanya di sana, dia akan pulang.

Ketika dia sudah mampu menerima semuanya.

Akasa memberhentikan mobilnya di depan sebuah gedung sekolah.

"Udah ih, nangis mulu kamu mah." Akasa mengusap air mata di pipi sang adik tercinta Talia.

"Ayah gak sayang Talia, abang." adunya menatap abngnya.

"Gapapa, AZda abang yang sentiasa sayang sama kamu. Cup." Akasa memeluk erAZt adiknya.

"Kamu harus semangat sekolahnya. Abang harus ke bandara. Minggu depan abang pulang. Oke sayang."

Setelah berpamitan, akhirnya Talia melangkah keluar dari mobil sang abang.

Gadis itu merupakan gadis pindahan jadi dia tidak tau harus kemana.

"Permisi." Talia menyapa seorang gadis yang mengenakan seragam SMA sama denagan dirinya.

Gadis itu menoleh, "Ya?"

"Saya anak baru, pindahan. Saya duduk di kelas 12 IPS." ucap Talia kaku. Gadis itu sebenarnya tidak terlalu pandai bersosialisasi.

Gadis itu mengerjap. "Ermmm gue Rasya. Dan kelas 10 IPA, gue juga anak baru disini baru habis MPLS kemarin. Kurang tau juga gue kelas lo kak." balas gadis bernama Rasya itu.

"Makasih." balas Talia. Gadis itu bersiap untuk pergi namun berhenti ketika mendengar panggilan Rasya.

"Itu disana ada Kak Kenzi. Dia anak kelas 12 Ipa pasti sebelahan dengan kelas lo, coba tanya gih."

Talia mengangguk. Menghampiri cowok itu Talia bertanya.

"permisi, kak Kenzi. Saya boleh tau kelas 12 IPS diman?" tanya Talia.

Cowok yang diajak bicara itu menoleh memperhatiakan Talia dari atas sampai bawah. "Lo manggil gue Kenzi?"

Talia mengangguk.

Kening cowok itu mengerut. "Dari mana lo tau kalau gue Kenzi." tanyanya.

Talia hanya diam.

Cowok itu mengehmbuskan nafas. "Dari sini jalan lurus terus belok kanan ada tulisan 12 IPS." katanya dengan nada datar.

Talia mengangguk "Makasih banyak  kak." gadis itu berlalu pergi.

"Cantik banget sih." puji cowok itu.

"Siapa lan?" Tanya seseorang yang datang tiba-tiba merangkul pundak cowok itu.

"Anak baru, dia manggil gue Kenzi masa. Padahal nama gue Alan." cowok bernama Alan itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Teman Alan yang bernama Ryan hanya terkekeh. "Gapapa kali nama teman lo sendiri juga."

Alan hanya acuh. Namun bibirnya terbit senyuman tipis.


*****

Bersambung..

Okay sejauh ini perkembangan cerita Talia ini. Gimana menurut kalian?

Ada yang baru ni. Alan siapa ya kira-kira? Penasaran gak sih?
Jangan lupa vote dan comment ya kawan.

Makasih...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TALIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang