Part 1 : Pertemuan itu..

137 3 6
                                    

Pagi ini angin berhembus lembut, sedikit menggelitik dan bermain dengan guguran daun – daun sehingga menciptakan suara yang berisik. Cuacanya cerah walaupun ada sedikit tersisa hawa dingin yang masih terasa.

Maura, gadis berambut panjang ikal itu melangkah ringan dengan menjinjing tas kecil berwarna coklat, favoritnya. Menggunakan celana panjang ketat, kaos oblong, dan sepatu boot kesayangannya berjalan menyusuri trotoar jalanan yang sudah mulai ramai dilewati orang. 


~TING ~


Dering handphone membuatnya berhenti dan membuang sedikit tenaga untuk mengambil benda kecil tersebut dari tasnya. Gadis itu sedikit mengumpat. Moodnya memang kurang baik pagi ini. Benda kecil itu berdenting dua kali. Pesan. Dan pengirim kedua pesan itu adalah orang yang sama.


From : Pandu

Good morning.... Aaa, jangan banyak berpikir. Kau akan baik – baik saja.

           

Pandu. Harusnya gadis ini tahu bahwa yang membuat moodnya semakin parah adalah sosok laki – laki yang bernama Pandu ini.Sahabatnya ini memang selalu merusak suasana hatinya. Walaupun begitu, Maura harus berterima kasih kepada Pandu. Karena Pandu - lah satu – satunya orang yang bisa membuatnya tertawa saat ini.

         

   "Aishh.. Panduuuu .... Kubunuh kau !!! Awas saja kalau ketemu." desahnya kesal. Dalam kepalanya, gadis ini bisa membayangkan wajah laki – laki itu tersenyum penuh kemenangan. Maura mencibir lalu buru – buru menggeleng – gelengkan kepala. Gadis itu memasukkan kasar handphone ke dalam tas lalu melanjutkan perjalanannya kembali.

***


"Kau telat!" bentak Pandu saat Maura yang membuatnya menunggu muncul dihadapannya.


"Aku butuh banyak perjuangan untuk sampai disini! Seharusnya aku masih tidur nyenyak sekarang!" keluh Maura tidak mau kalah.


"Maura, ayolah .... Bangun pagi tidak akan mengurangi kecantikanmu."

Mata Maura melotot ke arah laki – laki itu. Laki – laki itu lantas tersenyum.


"Hhhh.... aku lupa bahwa aku sedang berhadapan dengan penggombal kelas atas!" cibir Maura. Laki – laki itu sedikit tertawa kecil.


"Kau lapar ?" tanya Pandu.


"Bangun sepagi ini dengan menerima pesanmu yang terkesan meneror, cukup membuatku tidak sempat sarapan. Jelas aku lapar!" jawab Maura.


"Itu tujuanku." Maura buru – buru melotot ke arah Pandu bak singa yang siap menerkam mangsanya.


"Hmm.. Maksudku, kita bisa sarapan bersama. Romantis kan ?" kata Pandu sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.


"Apanya yang romantis ? Kita sering melakukannya."


"Kau kan belum pernah makan di pinggir jalan. Kali ini aku akan mengajakmu makan di tempat yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya." Kata Pandu berlagak misterius.

The DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang