9 : Sick

1.4K 101 9
                                    

"Jungwoo, kamu tahu Jeno dimana? Sejak pertemuan pagi tadi bersama Jaehyun-nim. Dia tidak ada kabarnya sampai sore gini."


Jungwoo mengernyit bingung mendengar pertanyaan dari Doyoung. Jaehyun, siapa? Terlepas dari ketidaktahuannya tentang Jaehyun. Jungwoo menggelengkan kepalanya, ia pun tidak mendengar kabar dari Jeno. Bahkan sudah dari kemarin.

"Aku gak tau. Jangankan dihubungi, pesan dariku saja tidak dibalas sama Jeno dari kemarin." jawabnya.

Kini Doyoung yang mengernyit, "Ah, mungkin Jeno lupa menghubungimu karena terlalu sibuk. Dia akan segera membalas pesanmu, Jungwoo." Mengabaikan kekhawatirannya sendiri karena Jeno tidak ada kabar. Doyoung menghibur adiknya itu, ia tahu kekhawatiran sang adik. Jungwoo memiliki kepribadian yang ceria, tetapi hanya dengan orang-orang yang sudah dirasa paling dekat dengannya. Selebihnya, dia hanyalah laki-laki yang memiliki kepribadian dingin. Dan sayangnya, hanya Jeno yang dekat dengannya setelah sang kakak. Bahkan Jungwoo bisa berpacaran dengan Lucas pun itu karena Jeno dan Lucas dulu berteman baik, jauh sebelum Lucas menyatakan perasaannya pada Jeno. Setelah cintanya ditolak oleh Jeno, Lucas lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jungwoo. Lalu, timbul benih cinta seiring waktu berjalan. Mereka pun memutuskan untuk menjalin kasih. Dari dulu sampai saat ini, hanya Jeno teman terdekat Jungwoo. Itu sebabnya Doyoung sadar kalau Jungwoo mulai merasa khawatir jika sewaktu-waktu Jeno berpaling ke teman yang lain.

Jungwoo memutar bola matanya malas, "Jeno udah punya banyak teman. Dia gak akan menghubungiku lagi." katanya santai.

Doyoung menggeleng cepat, "Jangan berbicara seperti itu. Sebanyak apapun teman Jeno, kamu itu teman terbaiknya dan yang paling lama." bantahnya.

Senyuman tipis terpatri di bibir tipis itu, "Hyung, berhenti menganggap aku bodoh. Sejak kapan seseorang melihat ke belakang disaat yang di depan lebih terlihat menyenangkan?" sarkas Jungwoo.

"Jungwoo, kenapa kamu berpikir seburuk itu tentang Jeno? Kamu gak percaya sama pertemanan kalian berdua?" tanya Doyoung menusuk.

Jungwoo mengendikkan bahunya acuh, "Bukan gak percaya, hyung. Realistis aja sih."

"Dari sudut mana kau menyebut itu realistis? Ikatan persahabatan itu lebih kuat daripada ikatan kekasih, Jungwoo." seru Doyoung emosi.

"Tapi, hyung---"

Drrrttttt ......

"Siapa yang telfon?" tanya Doyoung ketika mendengar handphone Jungwoo berdering.

"Jeno, hyung."

Mata Doyoung berbinar, "Lihat kan! Jeno itu masih menganggap kamu sahabatnya." telaknya.

Jungwoo tersenyum tipis, hatinya menghangat menyadari Jeno masih melihat dirinya sebagai sahabatnya.

"Angkat Jungwoo. Jangan diam aja, keburu telfonnya mati." seru Doyoung tidak sabar.

Jungwoo mengangguk, lalu menerima panggilan tersebut. Ia juga menyalakan mode loudspaker dan rekam suara. Jungwoo ingin mengabadikan ini, karena telfon kali ini menjadi bukti kalau Jeno masih menganggapnya sahabat.

"Jeno, akhirnya kau menghubungiku juga." Jungwoo menyapa duluan. Tapi, ia tak mendengar balasan dari Jeno, hanya ada deruan nafas tersenggal yang sangat kasar selama beberapa menit. Yang membuat Doyoung dan Jungwoo menjadi gelisah.

"Jeno, are you oke?" tanya Jungwoo khawatir. Nafas kasar itu semakin cepat pergerakannya.

"Jeno, katakan kamu dimana? Jangan membuatku khawatir." sentak Jungwoo karena kesal tak mendapatkan jawaban apapun dari Jeno. Pasalnya ia benar-benar sangat khawatir saat ini.

The Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang