The News She Wouldn't Like to Hear

140 33 95
                                    

"Utusan dari Kementerian Pertahanan mengabarkan, terjadi satu kasus pembunuhan di stasiun kereta yang baru, Yang Mulia."

Suara lembut seorang pria muda memecahkan keheningan di ruangan pribadi Ratu Josephine. Iris mata berwarna hijau Sang Ratu Sparrisväxter berkilau di bawah sinar rembulan yang menerpa wajahnya, kecantikannya tak patah meskipun wajahnya memperlihatkan raut marah.

Ratu Josephine mendelik ke arah pria muda yang berdiri di belakangnya.

"Suruh para menteri itu yang mengurusnya. Hal remeh seperti itu harusnya bisa diselesaikan dengan kekuatan mereka sendiri,"cerca Sang Ratu.

"Baik,"sahut pria muda itu sembari meneruskan pekerjaannya menyisir rambut panjang kemerahan Ratu Josephine.

Jika dilihat sepintas lalu, pria muda itu tampak seperti anak berbakti yang merawat dan mengasihi ibunya. Namun, perempuan yang duduk di depannya itu bukanlah ibunya, melainkan majikannya.

Ratu Josephine adalah tuannya.

Hubungan mereka merupakan hubungan profesional antara pelayan yang patuh pada perintah dan majikan yang harus dilayani.

Jemari panjang sang pemuda perlahan dan lemah lembut menelusuri helaian rambut tebal penguasa tunggal Kerajaan Sparrisväxter itu, layaknya mengukur dan menaksir bagian mana yang perlu ia potong untuk mengembalikan tatanannya agar sesuai. Ujung telunjuknya yang berkelindan dengan rambut Ratu Josephine, perlahan menyentuh tengkuk Sang Ratu.

Ratu Josephine bergidik, terkejut dengan sentuhan yang ia rasa sedikit tajam di titik kelemahannya itu.

"Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya sedang memperkirakan ..."

Ratu Josephine menyelanya. "Sudahlah Dipo, lanjutkan saja dengan cepat,"ujarnya seraya mengibaskan tangan.

Begitu mudah bagi Ratu Josephine untuk memaafkan dan memaklumi Dipo, pelayannya yang khusus bertugas untuk menjaga keindahan dan kekuatan sihir di rambut Ratu Josephine. Di seantero Kerajaan Sparrisväxter, hanya Dipo yang mendapat izin untuk menyentuh dan menyimpan rambut berharganya.

Bukan tanpa alasan Ratu Josephine menjadikan Dipo sebagai pelayan pribadinya.

Berdasarkan penglihatan Ratu Josephine, Dipo adalah penyihir muda terbaik di akademi sihir kerajaan dan memiliki kemampuan yang mumpuni untuk melayani keluarga besar penyihir di istana.

Ratu Josephine sendiri yang memilihnya, setelah berhasil mengkudeta dan merebut takhta dari mendiang Raja Sparrisväxter, William Magnatio Sparrisväxter. Perbedaan pandangan antara keduanya membuat Josephine memberontak Sang Raja, yang tak lain adalah sepupunya sendiri.

Ratu Josephine, yang waktu itu masih menyandang nama Her Royal Highness Princess Josephine Marchantio Amaryllisväxter, sangat tidak menyetujui kebijakan Raja William yang hendak menghapus hak-hak istimewa para penyihir.

Menyetarakan kedudukan penyihir dan manusia biasa, menurut Josephine, adalah penghinaan dan tindakan tak terhormat terhadap bangsa mereka sendiri. Sebab, anggota dari keluarga besar Kerajaan Sparrisväxter sebenarnya merupakan keturunan para penyihir hebat. Josephine beranggapan, seharusnya posisi para penyihir tetap berada di atas para manusia yang hina. Tidak perlu ada kesetaraan antara para penyihir dan manusia biasa.

Manusia lemah yang hanya menjadi beban seharusnya tahu diri dan menyadari betapa rendahnya posisi mereka di kerajaan Sparrisväxter yang makmur dan sudah menjamin keamanan mereka di sini. Manusia lemah yang berstatus rendah seperti itu seharusnya terus takut dan hormat kepada para penyihir.

Dengan pandangannya itu, Josephine berhasil menyatukan sejumlah keluarga penyihir yang setuju dengan idealismenya. Mereka memberontak Raja Sparrisväxter dan para penyihir yang berada di pihak Sang Raja.

Retaliation of the Sparrisväxter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang