Derasnya hujan di minggu pagi ini berhasil membasahi gaun navy yang terpasang di tubuhku.
Aku menyeka rambut dan pakaianku yang basah, dan mulai menapakkan kaki pada karpet di pintu sebuah gereja.
Mataku menangkap sebuah pemandangan yang tak kalah sejuknya dengan cuaca pagi ini. Bedanya, pemandangan itu justru membuatku tenang dan bukannya menggigil seperti yang sekarang ini sedang aku rasakan.
Jemaat yang tengah khusyuk bernyanyi, beberapa bahkan sampai memejamkan mata. Begitu menikmati lagu rohani yang sedang berkumandang di penjuru ruangan.
Aku menatap jam yang melingkar di pergelangan tanganku, yang sudah pukul 09.15. Sudah terlambat 15 menit lamanya.
Aku memutar pandangan mengelilingi ruangan ini. Tentunya untuk mencari kursi kosong yang sekiranya muat untuk satu orang saja.
"Nak.. biar saya carikan kursi yaa"
Aku menoleh pada sumber suara. Kulihat seorang pria paruh baya berkemeja putih sudah berdiri di sampingku, menawarkan bantuannya.
Ahh.. Perasaanku semakin campur aduk saja. Bingung harus bersyukur atau justru harus panik.
Di satu sisi bersyukur, dengan niat baik orang tersebut, aku jadi tak perlu repot-repot mencari sendiri. Tapi di sisi lain tentunya aku harus siap menghadapi konsekuensi yang akan didapatkan kalau datang terlambat bukan? Yaa.. hanya ada 2 kemungkinan..
Harus duduk di bangku deretan depan,
atau..
"Disini muat 1 orang lagi nak,"
Atau mungkin aku tetap bisa duduk di belakang, tapi dengan keadaan yang berdesakan. Seperti kondisi tempat duduk yang ditunjuk oleh pria paruh baya itu.
"Terimakasih yaa pak."
Di sisi paling luar tempat duduk itu diduduki oleh seorang anak laki-laki. Kalau dilihat-lihat, sepertinya ia seumuran denganku. "Maaf permisi yaa.." ucapku padanya sebelum duduk.
Ia hanya menatapku sebentar, lalu kembali mengarahkan pandangannya ke depan.
Sebelum lanjut, aku lupa belum memperkenalkan diri. Namaku Ellyn Austyna. Umurku sekarang 14 tahun, dan masih duduk di bangku SMP. Tepatnya sih kelas 9 semester 2. Sebentar lagi aku akan lulus, mungkin hanya berkisar 2 bulan lagi sampai aku resmi menjadi siswi SMA.
Kembali ke keadaan saat ini. Beruntungnya aku karena tidak ditempatkan di bangku depan. Tentu akan sangat memalukan bila datang terlambat dan harus berjalan ke depan sana sendirian. Yang ada jemaat lain akan salah fokus padaku. Walaupun sebenarnya kurang nyaman juga harus berdesakan seperti ini, tapi itu tak menjadi masalah besar. Selagi tidak di bangku depan.
Lagipula, duduk disini, disamping anak lelaki ini, membuat pemandangan di hari minggu pagiku jadi adem.
Kalian tentu bertanya-tanya memangnya pemandangan seperti apa yang sedang kulihat sekarang?
Kalau dibilang karena dia tampan? Jawabannya masih kurang tepat. Bukannya aku bilang ia tak tampan, tapi itu bukanlah alasan yang tepat untuk mendeskripsikannya.
Kutangkap sosoknya dalam-dalam. Dia yang tengah membuka Alkitab di tangannya, sambil mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh pendeta. Pemandangan yang wajar sebenarnya, apalagi ditemukan di gereja. Tapi ada hal yang membuatnya semakin spesial.
Dia tak menyentuh ponsel sama sekali selama ibadah. Bahkan aku tak melihat ia membawanya. Di saku kemeja dan celananya sekalipun tidak kulihat adanya tonjolan ataupun tanda-tanda adanya benda keramat itu. Kulihat pun ia tak membawa tas. Jadi benar-benar hanya bawa diri dan Alkitab saja ke gereja. Uang persembahannya juga ia letakkan di dalam Alkitab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Since I Met You
Romance"Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Moto hidup seorang Ellyn Austyna dalam perjalanannya mencari cinta seiman yang sedari dulu ia dambakan. Ia sudah terlalu lelah selama ini selalu jatuh pada yang berbeda keyakinan dengannya. Sud...