Prolog

623 26 11
                                    

Leora memangku dagunya dengan kedua telapak tangannya. Matanya terpejam erat, tidak tertidur, melainkan menikmati phosphene yang selalu bisa menenangkan dirinya. Di saat ia sedang menikmati ketenangan yang bisa menjernihkan pikirannya, tiba-tiba datang seseorang yang mengusiknya.

"Kak."

"Kak!"

"Kak, woy!"

"Woy, kak!"

"WOY!"

Leora terpaksa membuka kedua kelopak matanya. Di depannya, berdiri seorang lelaki yang lumayan tinggi dengan iris mata hijau tua yang indah dan badan yang cukup atletis. Lelaki itu tengah bersedekap, sambil menatap Leora dengan jengkel.

Leora menatap lelaki itu tajam, sebelum bertanya dengan galak. "Apa?! Ganggu aja sih!"

"Gue mau masuk kelas!" ucap lelaki itu sambil membalas tatapan tajam Leora dengan tatapan yang tak kalah tajam. "Lagian, lagi jaga meja malah tidur!"

Leora menggertakkan giginya sebal. Menjaga meja, tugas yang ia dapat tahun ini, adalah tugas yang sangat membosankan. Ia masih kesal dengan kocokan Raldo, sang ketua OSIS, saat penentuan tugas tadi pagi. Bisa-bisanya ia mendapatkan tugas menyebalkan ini? Tangan Raldo memang tidak pernah membawa keberuntungan untuknya.

Yah, sebenarnya tugas menjaga meja tidak semenyebalkan yang Leora kira. Ia hanya perlu mendata, memberi kartu, dan mengarahkan siswa menuju kelas barunya. Tidak sulit, apalagi jika ia kedatangan adik kelas atau siswa angkatannya yang tampan dan cukup menyegarkan mata. Namun semua itu dapat menjadi sangat sulit, jika ia bertemu siswa seperti lelaki yang ada di depannya ini!

Leora mendengus geram. "Berisik. Tahun ajaran berapa lo?!"

Lelaki itu mengangkat kedua bahunya yang tersampirkan tas ransel biru dongker itu. "Nggak tau. Gue anak baru kelas sebelas, jurusan bahasa."

"Pantes songong, ternyata anak baru," ucap Leora mengejek. "Nama lo siapa?"

Lelaki itu menyeringai jijik kepada Leora. "Dih, modus, nanya-nanya nama."

Leora menghela napasnya berat, sebelum menggebrak meja tempat ia menjaga dengan kencang. "Heh, anak baru! Lo mau masuk kelas apa nggak sih?! Kalo mau, ya gue mesti tau nama lo! Pinter dikit, dong!"

Semua siswa yang ada di area meja OSIS menatap ngeri ke arah Leora dan lelaki yang berdiri di depannya. Kecuali para anggota OSIS lain yang juga mendapat tugas menjaga meja, mereka hanya menatap sekilas kemudian melanjutkan aktifitas mereka kembali. Tentu, mereka telah terbiasa dengan sifat Leora yang sedikit temperamen.

Lelaki yang menurut Leora sifatnya sangat bocah itu memutar kedua bola matanya jengah. "M Azka," ucapnya singkat, tanpa panjang-panjang dan mencari ribut lagi pada Leora.

Leora tersenyum lebar. "Oke, bentar ya.." ucapnya biasa, seakan tidak terjadi apa-apa antara mereka berdua sebelumnya.

Lelaki yang ada di depan Leora itu mengangkat alis kirinya, ragu akan kecepatan mood swing Leora. Tadinya Leora galak, namun secara spontan ia menjadi ramah. Aneh.

Leora mengambil sebuah daftar nama dari tumpukan berkas di samping kirinya. Tangannya sibuk membolak-balik halaman daftar nama tersebut dengan kening yang berkerut-kerut.

Leora menghela napasnya dengan resah. "Kok ... nggak ada ya?" ia bertanya, lebih kepada dirinya sendiri.

Lelaki di hadapannya mulai terlihat jengah dengan perilaku Leora yang terus membolak-balik halaman yang itu-itu saja. Ia pun akhirnya ikut membalik satu halaman, yang langsung diberi tatapan bertanya dari Leora.

PhospheneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang