CAHAYA

16 1 0
                                    

Satu titik cahaya terang itu mengenai mataku, dengan reflek kedua tangan ku didepan wajah ku yang tersorot oleh cahaya itu. Hal pertama yang ku lakukan adalah bertanya dimana kah gaja berada....
.
.
Ohhh...
Sepertinya gaja ada dipojok ruangan dengan mengutak-atik sebuah benda yang dimana benda tersebut adalah alat yang digunakan nya untuk menghidupkan lampu itu. Awalnya aku sempat mengira bahwa gaja hanya menyinari aku tetapi aku salah dia juga membantu menyinari bintang yang jelas-jelas bintang bisa mengeluarkan cahayanya sendiri.
.
.
.
Aku seakan lupa bahwa aku bukan lah peran utama...
Aku juga tidak pantas disebut sebagai peran pembantu...
Aku hanyalah casper yang bisa dilihat namun transparan, tidak bisa disentuh apalagi disorot dengan cahaya yang begitu terang.
Karena percuma jika casper diberikan cahaya, semua orang bisa tahu cahaya itu akan tembus...
Bisakah aku berharap bintang jatuh dan menjauh dari gaja atau gaja bisa melirik casper tanpa cahaya yang selalu melekat didalam dirinya...
.
.
.
.
Aku tidak tahu jika si oren mulai melirik ku. Aku juga tidak tahu bahwa aku telah lama tinggal disini. Mata ku seolah ditutupi oleh gaja dengan menggunakan telapak tanggannya...
.
.
.
.

.

" Kamu terlalu cepat sembuh untuk seseorang yang mengaku rapuh "~ Fiersa Besari ~

CERITA PUISI RANDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang