Cerita Panjang Tentang Cerita Cinta yang Pendek

80 4 0
                                    

Tokoh utama kita bernama Jonathan, atau sebagaimana teman-temannya memanggilnya: Setan. Di antara pertemanan sesama cowok, memang ada kecenderungan membuat nama keren yang susah-susah dikasih oleh orang tua menjadi lebih culun. Di SD dia dipanggil Jojo, di-SMP, dia dipanggil Nathan, baru di SMA dia dipanggil Setan. Nama ini terbawa terus sampai sekarang, saat dia sudah kerja di sebuah perusahaan telekomunikasi di Jakarta.

Anehnya, ketika temannya berkunjung ke rumah dan bertemu orang tuanya, temannya bilang, 'Setan ada, Tante?' Ibunya Nathan malah menjawab, 'Oh ada tuh di dalam.' Seolah mengamini bahwa anaknya sejenis mahluk tak kasat mata.

Nathan adalah sosok pria yang ketika kamu berpapasan di supermarket, kamu tidak akan pernah ingat sama sekali kamu pernah papasan dengannya. Dia adalah orang yang biasa saja. Berbaur dengan keramaian. Menyatu dengan oksigen.

Tidak ada yang tahu bahwa dia punya bekas luka di tangan kirinya, hasil terjatuh dari pohon ketika kelas lima SD. Tidak ada yang tahu dia suka baca novel detektif. Nathan adalah tipikal orang yang tiap kali dia potong rambut, tidak ada satupun orang yang sadar, sampai rambutnya panjang lagi.

Sekarang, Nathan sedang patah hati.

Di tengah pandemi seperti ini, ternyata ada yang lebih buruk di tahun 2020 bagi Nathan. Dia baru saja diputusin oleh pacarnya selama lima tahun belakangan ini. Nama perempuan itu adalah: Amanda. Tempat terjadinya pemutusan secara tidak berkepripacaran itu adalah di kamar Nathan, pukul 11 malam. Nathan baru saja selesai menonton episode terakhir dari drama korea Hai Bye Mama. Handphone-nya berbunyi.

Isinya Whatsapp sederhana dari Amanda: 'Aku rasa sudah waktunya kita selesai.' Dengan polos Nathan membalas, 'Selesai apa?' 'Selesai. Kita harus akhiri cerita cinta ini.' Amanda mutusin Nathan dengan bahasa yang sangat baku, seolah dikutip langsung dari lagu cinta yang ramai di radio.

Respon Nathan saat itu biasa saja. Dia hanya bilang, 'Ya sudah kalau kamu maunya begitu.' Sesungguhnya dia sudah melihat ini akan terjadi. Seperti mengendarai sebuah mobil, dia sudah bisa melihat dari jauh kalau lampu lalu lintas akan menjadi warna merah. Nathan hanya tidak menyangka waktunya secepat itu.

Dia sudah punya feeling, karena setiap kali dia meminta ketemu dengan Amanda, Amanda tidak mau. Alasan Amanda, sekarang kan lagi pandemi, nanti kamu bawa virus. Bahkan ketika Nathan menawarkan untuk swab test, seharga seperlima dari gajinya setiap bulan, Amanda masih tidak mau. 'Jangan,' kata Amanda. 'Siapa tahu swab test-nya salah.' 'Lah namanya swab test kok bisa salah?' tanya Nathan 'Yah, namanya manusia tidak luput dari kesalahan,' begitu ucap Amanda.

Anehnya, Amanda masih nongkrong sama teman-temannya. Update di story instagram dengan teman yang lain, tanpa masker, pakai stiker Good Vibes Only, atau I Love Friday. Postingan tersebut juga tidak di close friend, yang membuat Nathan bertanya-tanya, kenapa Amanda tidak berusaha menyembunyikan hal tersebut dari dirinya. Seolah ada sinyal yang dia mau berikan. Seolah Amanda mau bilang, 'Gue emang gak mau ketemu lo lagi.'

Tapi ya sudahlah, mungkin hubungan dia dan Amanda harus berakhir, begitu pikir Nathan. Walaupun lima tahun rasanya waktu yang terlalu lama untuk diakhiri dengan sebuah kalimat sederhana.

Ketika diputusin, Nathan tidak nangis. Tidak, dia hanya duduk, memeluk bantal SpiderMan kesukaannya, lalu tidak merasakan apa-apa. Aneh ya, bagaimana putus cinta biasa digambarkan dengan perasaan yang sangat sakit, tapi kali ini yang terasa justru sebaliknya: hampa.

Seperti seseorang yang baru saja dipukul di kepala, mungkin respon pertamanya adalah kok gak sakit ya, eh tiba-tiba gelap aja. Pingsan di tengah jalan. Itu yang terjadi. Tepat lima jam setelah diputusin, badai memori menabrak pikiran Nathan. Dia menangis hingga dia tidak mengenali suaranya sendiri.

Nathan menangis cukup keras untuk ukuran laki-laki 20 tahun. Nathan masih tinggal dengan orangtuanya, dan orangtuanya mendengar suara tangisan itu dari kamar mereka. Bapaknya mengetuk pintu kamar, membukanya, dan bertanya, 'Nak, kamu kenapa?'

GerimisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang