'Ini uang buat kamu beli makan siang sama makan malam, tolong hemat.'
Garaksa mendesah kasar tatkala membaca note yang terpampang di atas meja makan dengan dua lembar uang lima puluh ribu rupiah. Ia mengambil uang itu lalu beranjak mengambil tas dan sepatunya.
Saat akan membuka pintu rumahnya, ia terkejut akan kehadiran seseorang yang hampir setiap hari wajahnya selalu ia pandangi.
"Kaget ya?"
"Menurut lu? Lagian biasanya ketuk pintu dulu," jawab Garaksa seraya memakai sepatunya.
"Ya barusan mau ketuk, kamunya keluar duluan."
Garaksa memutar malas bola matanya. Hari ini mood-nya benar-benar kacau.
"Kenapa kamu? Tumben kayak gitu," tanya seseorang yang berada di depannya.
"Udah gapapa, yok cabut!"
FYI, kenalan dulu dengan Garaksa Ravindra atau akrab dipanggil Gara. Dan seseorang yang menghampirinya tadi setiap pagi adalah Valerio Argantara, panggil saja Vale, Yaps, dia adalah pacar Gara. Jangan kaget, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Garaksa is gay. Mereka telah menjalin hubungan sekitar setahun lebih dengan backstreet. Lagian siapa juga yang mau mengumbar hubungan percintaan yang tidak normal itu. Gara dan Vale adalah teman sekelas. Mereka selalu bersikap seperti seorang teman pada umumnya saat di sekolah.
Sesampainya di sekolah, kedua sejoli itu berjalan terpisah dan berjauhan agar seseorang tidak ada yang curiga. Sangat muak sebenarnya saat harus bersikap layaknya tidak dekat dengan seseorang yang dicintai kurang lebih setahun.
"Oi Gar!"
Garaksa menoleh ke sumber suara. Ternyata yang memanggilnya adalah Reiza.
"Pulang sekolah cabut yok ke tongkrongan."
"Kaga dulu, Rei. Gua ada urusan pulang nanti." Garaksa dengan cepat menolak.
Bukannya tidak mau bergaul atau apa, akan tetapi Garaksa sudah tahu pasti jika ia pergi ke tongkrongan mau tidak mau ia harus meminum anggur dan dipaksa untuk merokok lagi.yang akan membuat dirinya mabuk tidak jelas, selain itu, Vale tentunya akan marah.
"Sok sibuk amat dah lu," lirih Reiza namun masih terdengar di telinga Garaksa.
"Diajak lagi?" tanya Vale yang tiba-tiba menghampirinya.
Garaksa hanya mengangguk dan langsung dimengerti oleh Vale.
"Lo kenapa, Gar? Dari tadi pagi kayak gini sikap lo," tanya Vale,
"Gua..."
"Hai Garaksa!" seorang gadis memotong kalimatnya dengan sapaan.
Mendengar itu vale lalu pergi menjauh keluar kelas.
"Iya, hai juga Kley." Jawab Garksa menyapa.
"Gimana kalua sore ini kita ngerjain tugasnya?"
"Tugas apa ya, Kley?"
"Loh lupa? Kan kita sekelompok ngerjain tugas biologi," jelas Kley.
"Kelompok kita empat orang, ada kamu, aku, Vale sama Tiara," sambungnya lagi.
"Sorry Kley, lupa tadi gua. Boleh sore ini aja," ucap Garaksa.
"Kamu ada saran tempat yang enak buat ngerjainnya tugasnya gak?"
"Waduh gak ada Kley."
"Yaudah gini aja, rumah kamu kosong kan biasanya? Kita ngerjain di rumah kamu aja jadi gak terlalu jauh juga."
Garaksa berpikir sejenak lalu segera mengiyakan.
"Oke boleh."
*****
Saat ini Garaksa dan Vale sedang berada di rumah Garaksa menunggu dua teman perempuannya datang.
Garaksa yang sibuk menyiapkan cemilan dan minuman di dapur, sedangkan Vale menyapu dan membersihkan ruang tamu.
Setelah semuanya beres, mereka duduk di sofa ruang tamu. Vale memegang kedua pipi Garaksa sehingga mereka saling menatap satu sama lain.
"Jujur sama aku, ada apa dengan hari ini sampai kamu keliatan gak mood gini."
Garaksa berusaha memalingkan wajahnya tetapi ditahan oleh Vale,
"Sumpah kaga ada apa-apa Val, Lepasin gua jangan kayak gini."
"Bisa jangan gua- lu dulu?"
"Nyeremin dah lu anjir. Gua gak papa."
"Gara."
"Anjing gua gak papa. Makin lu gini gua makin muak liat muka lu," ucap Garaksa kasar.
Chup
Vale berhasil mencium pipi Garaksa membuat yang dicium terdiam beku.
"Udah makinya?"
Garaksa masih terdim mencoba mengembalikan kesadarannya. Namun, sedetik kemudian Garaksa memeluk menenggelamkan wajahnya di perut Vale.
"Lucu amat," ucap Vale seraya mengelus kepala Garaksa.
"Gua... maksudnya aku lagi capek, Val."
Vale mencoba untuk mendengarkan saja.
"Tadi malam aku liat status WhatsApp-nya bokap, ngeliat dia posting sama anak dan istri barunya. Terus tadi pagi nyokap pergi gitu aja tanpa pamit, Cuma ninggalin uang sama note di atas meja. Aku ngerasa gak pantes hidup kalau gini. Gak ada gunanya juga aku hidup. Gua udah muak, Val."
"Maaf kalau gua kasar sama lu dari tadi pagi... maksudnya aku. Anjing gua gak bisa aku kamuan kalau lagi kayak gini."
Vale tertawa lalu mengacak rambut Garaksa. Kekasihnya itu benar- benar lucu. Garaksa selalu saja denial dalam segala hal. Garaksa sangat jarang memanggil diri mereka dengan aku-kamu. Katanya sangat aneh dan terdengar norak. Namun, walaupun begitu Vale selalu menyebut aku-kamu saat mereka sedang berdua saja.
Aktivitas mereka terhenti saat melihat Kley dan Tiara yang saat ini berada di depan pintu memperhatikan mereka dengan beribu tanda tanya.
tbc.
terima kasih yang telah baca. cerita ini akan dilanjutkan jika tidak sibuk dan telah mendapatkan ide baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAKSA
Teen FictionGaraksa. Nama yang bagus untuk seorang lelaki tampan itu. Namun, tidak dengan kisah hidupnya. Garaksa lahir dari keluarga broken home, pertemanan yang toxic, hingga percintaan yang tidak normal. Ya, he is gay! Tidak selamanya begitu, ketika Garaksa...