6

54 10 22
                                    

Sebagai salah satu bagian dari negara berkembang, Winwin mengira jalanan di Bangka akan banyak berlubang seperti yang dilihat di video dokumenter. Di mana daerah yang kurang terkenal biasanya hanya berisi hutan dan beraspal tipis.

Namun, cukup mengejutkan bagi Winwin ketika sampai di Bangka dan merasakan aspal mulus sepanjang jalan. Dalam hati dia luar biasa mengapresiasi.

Bahkan sepanjang perjalanan, Kun sendiri begitu senang ketika mobil membawa mereka. Kiri kanan penuh dengan pepohonan dan beberapa rumah warga, kadang ada bekas galian cantik yang mereka sendiri tak tahu apa itu.

Melihat sang pujaan hati senang dengan pilihannya, Winwin merasa berbangga hati dan sedikit besar kepala.

Tidak salah Winwin memilih Bangka sebagai destinasi wisatanya, mantap.

"Kau nampak menikmati perjalanan ini," ujar Winwin.

Kun sendiri langsung mengangguk cepat. "Iya, benar. Hanya saja aku cukup penasaran dengan bekas galian itu."

"Oh, itu biasanya bekas galian timah," ucap pak supir dengan menggunakan bahasa Mandarin, " jangan terlalu dekat di bekas galian, walaupun cantik tapi berbahaya."

Baik Winwin maupun Kun sama-sama terperangah, kaget ternyata sang supir bisa berbahasa Mandarin.

"Anda keren sekali bisa berbahasa Mandarin," ujar Winwin secara jujur. Dia sama sekali tidak menyangka warga lokal bisa berbahasa Mandarin. Sungguh penuh kejutan.

"Ada beberapa orang Tiongkok di sini, jadi tentu saja saya bisa berbahasa Mandarin, walau hanya level sehari-hari."

"Tapi tetap saja keren!" kini Kun yang berujar senang. "Bisa banyak bahasa pasti menyenangkan."

"Tentu saja, saya jadi bisa tahu cerita dari orang luar seperti Anda sekalian," jawab pak supir dengan ramah.

Kun, dengan mata sekilau permata, menatap Winwin penuh suka cita. Yang lebih tua mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu, lalu memperlihatkannya pada Sicheng.

Tempat ini menyenangkan sekali, aku suka!

Terima kasih sudah mengajakku kemari!

Aku malu kalau bicara, nanti bapak supir itu tahu.

Sekali lagi, terima kasih.

Winwin membalasnya dengan memberi jempol dan mengangguk, lalu kembali menatap ke jendela, melihat pemandangan.

Padahal dalam hatinya bagai popcorn yang meletup-letup, kacau tak karuan.

xxxxx

"Kau tak masalah tidur denganku?"

Kun yang sedang asyik menata baju berhenti seketika. Pandangannya menatap Winwin heran. "Kau tidak suka kita tidur bersama?"

Winwin terbelalak, kaget dengan pertanyaan Kun sebelum menggeleng. "Tidak ... bukan itu maksudku ...."

Setelah memutar otak mencari kata yang tepat, akhirnya Winwin bicara juga. "Memangnya ... kau tidak risih?"

Kun mengedip beberapa kali, jadi ikutan bingung. "Risih ... karena ...?"

"Kau tahu perasaanku padamu, bukan?"

Kun mengangguk. "Tentu. Sudah tiga kali kaukatakan itu padaku."

Winwin mengacak rambutnya, lalu membuang napas. "Kau tidak masalah tidur dengan orang yang sudah kau tolak tiga kali?"

"Memang apa masalahnya?" tanya Kun heran. "Tak ada yang salah. Lagi pula, kau juga yang mengajakku untuk berlibur bersama."

"Kau tidak takut aku akan melakukan sesuatu padamu?"

Malaikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang