Nyatanya dunia hanyalah panggung sandiwara bagi penghuninya. Baik dan buruk peran seseorang tergantung dari pandangan orang lain. Mau sebaik apapun kita kalau orang lain sudah tidak suka, tetap saja kita akan dianggap buruk bagi mereka.
"Alah, sok-sokan berbuat baik. Paling cuma buat nutupin dosanya. Putri Kyai kok berzina dengan suami sahabatnya sendiri."
Kalimat itu yang selalu ku dengar dari mulut orang-orang. Padahal disini aku juga korban, mereka hanya tau secuil kebenaran tapi langsung menyimpulkan semuanya.
"Nduk, maafkan mas. Ini semua salah mas karena telah berbohong padamu." dengan mudahnya dia bilang begitu padaku.
"Karena mu mas, aku kehilangan sahabatku serta kepercayaan keluargaku sendiri. Puas kamu sudah membuatku begini, hah? Ku pikir kamu pria baik, tapi aku salah. Kamu adalah pria terburuk yang pernah kutemui." nafasku tercekat untuk melanjutkan kalimat yang ada di pikiranku.
"Fitnah sudah menyebar di masyarakat, tidak ada gunanya lagi kata maaf dari mulutmu. Pergi dari kehidupanku."
Sesak sekali di dada. Aku sudah muak melihat wajahnya. Kini, aku sudah dicap sebagai wanita murahan dan mempermalukan keluargaku sendiri. Sahabatku juga sudah pergi meninggalkan dunia ini.
"Aku pembunuh, hiks pembunuh. Kenapa hidupku seperti ini? Apa aku harus mati saja agar semua masalah ini selesai."
Ikuti lanjutan dari kisah Ning Dinara.
Semoga kalian suka dan jangan lupa vote nya bisa berupa kritik dan saran.
_Mdna_
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka Ning Dinara
Random" Alah, sok-sokan baik. Palingan cuma buat nutupin dosanya. Putri Kyai kok berzina dengan suami sahabatnya sendiri." Kalimat yang selalu ku dengar dari mulut orang-orang. Padahal disini aku juga korban, mereka hanya tau secuil kebenaran tapi langsun...