Ketenangan yang ku cari

39 3 1
                                    

Malam hari sudah tiba, Luna duduk di balkon di temani oleh buku yang ia sukai sejak lama, di baca berulang kali pun tidak akan bosan

Luna menutup buku nya saat sudah sampai di halaman terakhir lalu memejamkan mata, malam ini bulan bersinar cerah, cahaya nya menyinari wajah milik Luna, Luna memejamkan mata nya saat angin kencang mulai berdatangan menyerbu nya

Samar ia dengar seseorang membuka pintu, ah biar lah saja pikir nya namun saat melihat siapa yang datang Luna membelak kaget, Erwin Smith, komandan pasukan pengintai kini sedang berdiri di samping nya, Luna menatap Erwin rambut nya yang biasa nya rapi kini terlihat acak-acakan dan juga terhembus oleh angin

Jubah pasukan pengintai terbang dengan bebas seolah melambangkan kebebasan nya tersendiri saat angin menerpa nya dan membawa nya terbang, Erwin menoleh ke arah kiri dan terkejut saat mendapati salah satu prajurit nya berada di sini, Luna juga tak kalah terkejutnya ia dengan segera memberi hormat kepada sang komandan nya itu

"Aflea? Untuk apa kamu berada di sini?" Tanya Erwin, Luna menatap mata milik Erwin lalu memalingkan wajahnya saat sudah mengetahui detail mata Erwin

"Aku tidak bisa tidur" jawab Luna

"Aaahh ya, mari duduk danchou" tawar nya lalu Erwin duduk di samping nya, Luna kembali menatap Erwin lalu saat kepergok malah ngelak

"Danchou menurut anda kenapa pasukan pengintai berlambang sayap?" Tanya Luna

"Hmm aku pik-"

"Kalau aku sih berteori seperti, kita adalah pencari kebebasan maka dari itu lambang nya adalah sayap, sayap itu burung kan? Seekor burung yang terbang pasti merasakan kebebasan saat ia mengepakkan kedua sayapnya" ujar Luna memotong perkataan Erwin dan menatap ke arah bulan, Erwin menatap wajah Luna yang terpejam

"Ya"

"Aku ingin menjadi burung agar merasakan kebebasan di luar sana, oh ya komandan anda jangan mati dulu ya anda boleh mati saat anda sudah menua bersama saya" perkataan terkahir Luna sukses membuat Erwin merona sedangkan Luna melotot bajingan kenapa aku malah mengutarakan perasaan ini?!

"Baik, aku tidak akan mati sebelum aku menua bersama dengan mu, Aflea, dan memutihkan rambut secara permanen bersama denganmu" balasan yang Erwin berikan sontak membuat Luna terkejut namun ia tetap balas dengan kekehan kecil

"Aku punya satu gelas teh, mau?" Tawar Luna lalu Erwin mengambilnya dan meminum nya dengan khidmat

"Enak sekali" puji Erwin

"Terima Kasih, wajah anda juga enak untuk di lihat komandan" balas Luna

"Eh?"

"Maaf komandan mulutku memang benar benar" ucap Luna lalu menampar mulut nya sendiri, Erwin terkekeh melihat hal seperti ini lalu ia menggenggam pergelangan tangan Luna untuk menyudahi apa yang dilakukan gadis ini

"Tidak apa apa, aku senang mendengar nya, maaf jika perkataan ku menyinggung perasaan mu, Aflea" ungkap Erwin dengan senyum tipis, Luna merona melihat nya dan ia balas tersenyum

"Syukurlah... Saya pikir saya akan-"

"Buang pemikiran negatif mu, Aflea karena akan ku pastikan hal itu tidak akan terjadi kepadamu, aku menyukai keberadaan mu di sini. Di samping ku dan berada dalam pengawasan ku" potong Erwin, Luna menatap nya ia sedikit mengaga mendengar nya

"Omong omong panggil saja aku Luna agar tidak terlalu canggung" pinta Luna, Erwin menaruh teh di tempat nya kembali dan menatap Luna lantas Erwin mengangguk

"Oh ya, aku pernah baca kalau misal nya nama Luna itu berarti bulan ya? Sangat indah seperti dirimu" ujar Erwin sedangkan Luna melongo

"Ah iya! Ibu saya seperti nya baca buku yang sama dengan milikmu" Erwin menatap nya kini ia tersenyum begitu hangat dan lembut, Erwin mengarahkan kepala nya ke atas dan menatap bulan, lalu Luna ikut menatap nya

"Lihat itu?" Tanya Erwin seraya menunjuk bulan yang bersinar begitu cerah nya, menyinari kedua manusia berbeda gender itu menatap nya

"Aku tidak buta" jawab Luna mengikuti memandang bulan yang di temani bintang bintang

"Kamu itu seperti bulan, Luna. Walaupun banyak sekali bintang yang bersinar di gelap nya awan tapi kamu tetap menjadi satu satu nya yang paling terang dan juga... Indah" ungkap Erwin, Luna tersenyum mendengar nya di sertai oleh rona merah di wajah nya

"Kamu juga seperti udara, karena aku selalu membutuhkan mu setiap saat dan jika kamu menghilang maka aku juga ikut menghilang" balas Luna menatap Erwin yang ternyata Erwin balik menatap nya

"Berarti aku sangat berharga ya? Bagimu? Sampai kamu menjadikan aku sebuah udara" tanya Erwin dan Luna mengangguk kembali menatap kearah depan dengan tatapan kosong

"Kamu sangat berharga bagiku, maka dari itu tetaplah hidup, untukku, dan hanya untukku" jawab Luna pelan menajamkan matanya lalu ia tersenyum lembut

"Aku selalu di sini, berada di sini, bersama mu hanya bersama mu" ujar Erwin

"Erwin" panggil Luna lembut, Erwin menatap nya dan Luna membuka mata nya menatap warna mata biru cerah yang membuat nya jatuh cinta sangat dalam kepada pria di hadapan nya ini

"Aku, aku pikir, aku menyukaimu tidak!! tidak!! Bukan! Bukan menyukaimu, tapi aku mencintaimu, sangat mencintaimu... Aku hanya ingin di dunia ini hanya ada aku dan kamu" ungkap Luna, Erwin mengelus lembut rambut Luna dan mencium nya lama lalu melepaskan nya

"Sudah malam, mari kembali dan tidur" balas Erwin lalu Luna mengangguk dan berjalan pergi mendahului Erwin setelah memberikan hormat pada Erwin, Erwin menghela nafas berat lalu menatap nanar kepergian Luna

'Maaf Luna Aflea, aku hanya tidak ingin kamu merasa tidak di cintai olehku'

Lalu dengan berat hati Erwin melangkah pergi meninggalkan secangkir teh yang di berikan oleh Luna untuk nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memoris of my life it's you [E.Smith]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang