5 - [Flashback Part 4 (21+)]💦

12.1K 31 1
                                    

Notes:
Chapter ini mengandung unsur dewasa / 21+ dan banyak kata-kata vulgar.
Harap bijak dalam membaca.

Setelah kejadian itu, gue & Rifa terus melakukannya, tapi kita gak pernah sekalipun full naked & making love, cuma sebatas foreplay aja dan kita selalu pake baju yang utuh tanpa melepas satu helai kain pun. Ya walaupun sebenernya penasaran sih gimana rasanya full naked dan dimasukin, tapi gue selalu takut ngelakuin itu dirumah karena selalu ada Ibu dan kadang-kadang ada Diva juga dirumah.

Waktu silih berganti, gak kerasa umur kita waktu itu udah 18 tahun. Ya walaupun terhitung baru 1 tahun usia hubungan gue, tapi gue gak nyesel memutuskan untuk berpacaran sama cowok kayak Rifa ini.

Waktu itu gue & Rifa udah selesai Ujian Nasional, dan kita banyak waktu kosong alias kita pengangguran. Sambil mencari-cari perguruan tinggi atau universitas untuk kita melanjutkan studi kita ke jenjang diploma atau sarjana, kita sering banget ketemu. Kalau diingat-ingat kita ketemu hampir setiap hari. Kadang ketemu di rumah gue, kadang ketemu di rumah Rifa.

Waktu itu pas giliran gue yang lagi ngunjungin rumah Rifa. Saat itu juga gue gak tau kalo rumah Rifa sedang tidak ada orang. Orang tua Rifa sedang menghadiri acara pernikahan saudaranya di Sukabumi.

Karena gue juga udah sering kerumah Rifa, jadi udah lumayan kenal sama keluarganya. Gue sering bercengkrama dengan Mama & Papa nya. Namun, saat itu awalnya gue gak mengetahui kalau orang tua Rifa sedang tidak di rumah.

"Mama sama Papa kamu kemana Rif?" Tanya gue pada saat itu. Karna hal utama saat memasuki rumah Rifa biasanya gue salim sama kedua orang tua nya. Tapi, kini kosong, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Kita duduk di sofa hitam. Rifa hanya memandangani wajah gue aja.

"Sya, aku sayang kamu" Ucap polos Rifa yang saat itu mengucapkan kalimat yang sudah di ucapkan ratusan kali.

Belum sempat membalas, Rifa menyentuh bibir gue. Gue bisa merasakan bibir rifa yang lembut dan manis karena Rifa bukan perokok. Bibir Rifa sangat kenyal. Gue melumat bibir Rifa dengan lembut, tapi saat itu Rifa menciumnya dengan menggebu-gebu, gue sampe bisa merasakan degupan jantung nya. Rifa mencium bibir gue dengan memainkan lidahnya, meraup bibir bawah gue yang tebal dan dia mengecup berkali-kali. Biasanya hanya sampai disitu. Tapi kali ini....

"Ugh" Rifa melepas ciumannya

"Kenapa Rif? Kok degdegan banget?" Tanya gue heran, karena kan gue sering melakukan ini sama Rifa tapi gue ngerasa ada yang aneh.

"Sya. Mama & Papa lagi di Sukabumi" Ucap Rifa yang saat itu langsung menghembuskan nafas di kuping gue. Shit. Saat itu gue langsung merinding & bingung terlebih lagi gua malah mikir kemana-mana.

Rifa tidak memedulikan gelagat gue yang bingung itu. Ia mengecup leher gue sambil menjilatnya. Ia meninggalkan bekas merah samar-samar di leher gue. Entah kenapa gue merasa Rifa kayak lagi terangsang banget karena sebelum-sebelumnya gak pernah semenggebu-gebu ini.

"Rifh..ahhhh" Gue yang tadinya mau manggil Rifa, tapi tiba-tiba berubah jadi desahan karna tiba-tiba Rifa mencubit puting gue yang masih di lapisi kain kemeja berwarna biru gue.

"Sya, aku mau lebih dari yang biasanya, boleh??" ucap Rifa seperti minta izin dahulu saat itu. Tubuh gue yang udah mulai terangsang karena ciuman panas yang diberikan Rifa tadi gabisa nolak permintaan Rifa.

Kami duduk di sebuah sofa di ruang TV, gue yang sedang di pangku Rifa dengan posisi kepala yang sedang berhadapan. Di area vagina gue, gue merasakan penis Rifa keras sekali. Bisa terasa karna gue sedang menduduki penisnya itu. Rifa mulai menggesek penis nya maju mundur ke arah vagina gue yang masih terlapisi celana jeans, dan celana dalam. Ia juga mulai melepasi kancing kemeja gue satu persatu sambil menatap mata gue dengan muka yang sendu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Office Partner [21+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang