Hari berikutnya, Jaejong lebih berhati-hati. Ketika jam bebas, jam kerja, ataupun jam makan, Jaejong akan menghindari orang itu, orang yang telah menjegalnya kemarin. Jaejong tidak tahu namanya, tidak ingin tahu, dan tidak merasa perlu tahu, dia hanya perlu menghindarinya.
Hari ini Jaejong ditugaskan bekerja di bagian laundry. Ya, setiap tahanan diberi tugas bekerja di suatu bagian setiap harinya, tugas itu digilir setiap bulan. Kali ini tugas Jaejong mencuci pakaian kotor para tahanan menggunakan mesin cuci di ruang laundry. Ruangan itu tertutup, hanya ada 1 pintu besar untuk keluar masuk. Ada beberapa mesin cuci dan orang yang ditugaskan disitu, semuanya melakukan tugas yang sama, Jaejong tidak mengenal mereka. Waktu sudah menjelang siang, Jaejong tengah sibuk dengan pekerjaannya, dia tidak sadar jika 3 orang telah berada di belakangnya. Ketika Jaejong membalikkan badan, dia menabrak salah seorang diantara mereka. Jaejong meminta maaf dan hendak beranjak pergi, tapi mereka bertiga tidak bergeming. Jaejong mendongak untuk melihat orang tersebut.
' Sial ! Sejak kapan dia di sini?? '
Orang yang menjegalnya kemarin sudah berada di hadapannya. Jaejong baru tersadar kalau dia telah dikepung. Jaejong melihat sekitarnya, tidak ada orang lain selain mereka, dan pintu keluar telah diganjal dengan pipa.
"Kita bertemu lagi nona, merindukanku? Ah iya aku belum memperkenalkan diri, kenalkan, aku Byul"
Seketika kerah Jaejong ditarik, Jaejong meronta, tapi perlawanannya nampak tidak berarti. 2 orang lainnya memegangi kedua tangan Jaejong dan menahannya di dinding. Seorang lainnya pergi mengambil pipa. Jaejong berusaha melepaskan diri, tapi tangannya dipegangi sangat kuat. Hanya kaki yang bisa dia andalkan. Jaejong mulai menendang kesegala arah yang bisa dia jangkau. Sebuah tendangannya berhasil mengenai seorang di sebelah kanannya, 1 tangan terlepas, Jaejong segera memukul orang disebelah kirinya untuk melepaskan diri. Dia akhirnya lepas. Jaejong segera berlari ke arah pintu, namun sebelum berhasil meraih pintu tersebut, seseorang memukul kepalanya dengan pipa, Jaejong terjatuh. Kepalanya sakit, matanya berkunang-kunang, dia tidak bisa melihat dan mendengar dengan jelas, yang dia rasakan kemudian adalah tendangan di kepalanya. Reflek dia langsung melindungi tubuhnya, Jaejong berbaring ke samping lalu meringkuk dan melingkarkan kedua tangan di perutnya, dia memeluk tubuhnya erat-erat, melindunginya sekuat tenaga agar tidak terkena pukulan atau tendangan dari ketiga orang itu. Ntah berapa lama Jaejong dihajar sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri.
*****
Jaejong mengerjap lemah, melihat sekelilingnya, dia tidak tahu berada di mana, pandangannya sangat kabur, mungkin matanya bengkak atau apa karena dia merasa sangat sulit membuka mata. Jaejong mengerang lirih, merasakan sakit di kepala, wajah, dan sekujur tubuhnya.
"Sudah bangun?"
"...di mana aku?"
"Di klinik tahanan, aku Jiwon, dokter jaga. Jaejong bukan? Kau bisa memanggilku dokter Ji. Aku belum terlalu tua, jadi tidak perlu terlalu formal kepadaku. Sekarang biarkan aku memeriksamu sebentar"
Luka-luka Jaejong sudah diobati, Dokter Ji hanya memastikan tidak ada luka lain yang belum tertangani selama Jaejong pingsan.
"Sepertinya tidak ada luka internal lainnya, tapi kau perlu memperhatikan tubuhmu beberapa hari ke depan, jika merasakan sakit kepala, mual, atau sakit yang tidak wajar di bagian tertentu segera periksakan kemari oke? Gejala luka internal bisa jadi tidak lagsung muncul."
"Mn"
"Aku akan memberimu beberapa obat, minumlah sesuai petunjuk yang tertulis. Untuk malam ini tidurlah di klinik, ada 2 orang sipir yang berjaga di luar, kau bisa meminta bantuannya jika memerlukan sesuatu. Yah karena ini sudah malam dan kau sudah sadar, aku akan pulang. Apakah ada yang ingin kau tanyakan sebelum aku pergi?"
"...Berapa lama aku tidak sadar?"
"Mm...beberapa jam, sekitar 10 jam mungkin? Aku kurang tau pastinya, aku menanganimu sejak tengah hari tadi. Oh kondisimu sangat mengenaskan tadi. Tunggu, akan kuambilkan kaca, kau harus melihat sendiri wajahmu saat ini, ah...mungkin cukup lama untuk itu bisa sembuh sepenuhnya."
Dokter Ji memberikan kaca kepada Jaejong. Benar sekali, wajahnya lebam di semua bagian, pantas saja dia kesulitan membuka mata, kedua matanya bengkak. Terlihat juga beberapa jahitan. Jaejong benar-benar remuk saat ini, dia tidak perlu membuka bajunya untuk melihat lebam di badan, dia bisa merasakannya.
"Terima kasih Dokter..."
"Aiyaaa tidak perlu berterima kasih, sudah tugasku mengobati kalian di sini. Tapi menurutku kau sungguh aneh Jae.."
"...."
"Biasanya ketika dipukuli, secara reflek kita akan melindungi kepala, karena penting melindungi organ vital yang rawan terluka. Tapi... kenapa kau tidak melakukan itu Jae? sekarang lihat akibatnya.."
"....Aku baik-baik saja"
"Aiyaa melihatmu sepintas juga semua orang akan tahu kalau kau tidak baik-baik saja Jae. Sudahlah, sekarang istirahatkan dirimu. Lain kali lindungi dirimu dengan baik oke, utamakan kepala! Ingat! Utamakan kepala!"
Ucap Dokter aji sambil melambaikan tangan meninggalkan Jaejong sendiri di ruang klinik.
Jaejong lega dia selamat. Setidaknya hanya luka luar yang dia terima. Perlahan dia meraba perutnya.
'Kau akan baik-baik saja, aku akan melindungimu'
Sesaat kemudian Jaejong terlelap.
*****
"Permisi Tuan Yun."
"Dokter Ji, silakan masuk."
"Aku hanya mampir sebentar untuk melaporkan kondisi pasienku sebelum aku pulang."
"Jadi, bagaimana keadaannya?"
"Yah, dia sudah sadar, aku menyuruhnya untuk beristirahat di klinik malam ini. Kondisinya masih sangat lemah. Kau bisa mengembalikannya ke sel besok pagi Tuan Yun."
"Mn. Baiklah, akan kutugaskan bbrpa penjaga di klinik. Apakah ada hal lain yang perlu disampaikan?"
"Tidak ada, aku sudah memberinya obat untuk beberapa hari. Tapi aku perlu memeriksanya lagi besok dan mungkin beberapa hari ke depan juga, hanya untuk memastikan tidak ada luka internal, jadi tolong ijinkan dia untuk menemuiku lagi besok oke?"
"Mn. Terima kasih Dokter Ji, kau jadi lembur malam ini"
"Tidak apa-apa, sudah tugasku. Lagipula kondisinya cukup menghawatirkan, jadi aku perlu memantaunya hingga dia sadar, haaah...untung saja dia bangun, aku hampir saja mengajukan permohonan pemindahan pasien ke rumah sakit pusat."
"Apakah separah itu?"
"Aiyaaa kau tidak lihat luka-luka di kepalanya Tuan Yun? Mengerikan sekali, tidak ada bagian yg tidak lebam. Haaah...ntah apa yang membuatnya begitu bodoh tidak melindungi bagian terpenting dari tubuh ketika dipukuli seperti itu."
"..... Baiklah, terima kasih dokter Ji. Kau bisa pulang sekarang"
"Baik Tuan Yun, aku permisi."
Tuan Yun adalah kepala sipir penjara. Sudah 5 tahun dia bertugas di penjara ini sebagai kepala Sipir. Kejadian pemukulan seperti ini sudah tidak asing lagi baginya. Dia bisa dengan cepat menanganinya hanya dengan melihat cctv rahasia yang terpasang di tempat kejadian, dan segera dia akan mendapatkan pelakunya. Ya, cctv di penjara memang dirahasiakan lokasinya, dan dipindah-pindah selama periode tertentu, ini adalah trik Tuan Yun agar para tahanan tidak bisa dengan mudah mengelabui para sipir. Tuan Yun sudah mendapatkan nama-nama ketiga pelaku, dia bahkan sudah mengatur detensi khusus untuk mereka, tapi ada sesuatu yang menggelitik hatinya setelah mendengar penjelasan Dokter Ji tadi.
'Apa dia memang benar sebodoh itu?'
Tuan Yun kemudian membuka lagi cctv yang sebelumnya sudah dia periksa, tapi perhatiannya kini bukan kepada para pelaku pemukulan, tapi pada korban. Tuan Yun mengamati dari awal hingga akhir proses pengeroyokan itu, dan akhirnya mencapai satu kesimpulan,
'....dia memang benar-benar bodoh.. Dia tidak melindungi kepalanya sama sekali..'
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner
FanfictionJaejong tidak dapat melawan ketika polisi memasukkannya ke dalam penjara. Ia tidak tahu bagaimana benda itu bisa berada di tangannya, tapi Jaejong bisa menerka siapa yang mengatur semua ini untuknya. Sial, sekarang dia harus berjuang bertahan hidup...