Chapter 1

1.5K 134 18
                                    

Kabut turun menyelimuti hutan seiring dengan makin hilangnya cahaya matahari di ufuk barat. Bintang-bintang yang tersebar di angkasa menari bersama tirai cahaya kehijauan, meliuk, dan memudar di balik awan. Suara burung hantu samar-samar terdengar jauh, berada di antara gemeresik dedaunan kering, disambut dengan suara mencicit tikus yang menggali di bawah akar pohon. Dahinya tanpa sadar mengerut. Di dalam tidurnya, Renjun berpikir, mengapa tikus itu belum berhibernasi, seperti hewan lainnya di hutan? Namun, dia memilih untuk mengabaikannya. Paling-paling itu cicitan terakhirnya, pikirnya di antara rasa kantuknya yang perlahan menghilang.

Vargen ylar i nattens skog
Han vill men kan inte sova
Hungern river i hans varga buk
Och det är kallt i hans stova

Alunan lembut sang Ibu membuat Renjun sepenuhnya terbangun. Matanya yang mengantuk mengerjap pelan dan berusaha menyesuaikan gelapnya malam yang menyergap.  “Ibu...” Dia memanggilnya dengan lirih dan ibunya tersenyum manis. Lesung pipinya yang dalam terbayang indah di temaram api. Bunga-bunga api beterbangan bagai kunang-kunang yang terbakar, terpantul di keping cokelat sang Ibu. Alisnya terangkat seolah menanyakan ada apa? dan Renjun menggeleng lemah membalasnya.

“Aku mengantuk,” bisiknya.

Wanita cantik itu melebarkan senyumnya, menawarkan sejuta kehangatan lainnya. “Aku ingin tidur dengan Ibu.” Renjun makin meringkuk, bersembunyi makin dalam di buaian ibunya yang hangat, dan mendengkur bagai bayi. Setitik salju yang jatuh di atas hidungnya, dia sapu dengan tangannya yang pucat.

Du varg du varg, kom inte hit
Ungen min får du aldrig

Telinganya bergerak mendengar senandung ibunya. Dia tahu lagu itu. Berasal jauh dari sisi lautan. Bercerita tentang seorang ibu yang mengusir serigala yang hendak mengambil anaknya.

Tetapi merekakan serigala.

Matanya yang sewarna madu terbuka. Menatap kosong jilatan api yang menari. Kemudian beralih melihat arang kayu yang berderak.

Vargen ylar i nattens skog
Ylar av hunger o klagar
Men jag ska ge’n en grisa svans
Sånt passar i varga magar

“Ibu,” panggilnya dan nyanyian itu sejenak berhenti, disusul dengan gumaman sang Ibu. Renjun menggenggam tangan kurus ibunya dan secara lembut membalik tubuhnya untuk menatap mata teduh orang yang paling disayanginya itu.

“Dari mana Ibu tahu lagu itu?”

Dia begitu penasaran. Namun, ibunya tak pernah menjawab. Wanita itu kembali tersenyum dan menyanyikan bagian akhir dari lagu itu.

Du varg du varg, kom inte hit
Ungen min får du aldrig
.
.
.
Seolah mendengar senandung lembut ibunya, matanya terbuka, memamerkan manik sejernih madunya yang kosong. Sorotnya yang lelah meredupkan sinarnya, tenggelam pada kegelapan. Kelopaknya layu tak lagi bersemangat.

Renjun meraba dadanya, tempat jantungnya masih berdetak. Menghela napas sedih pada kenyataan bahwa dia belum mati, jantungnya masih berfungsi, dan masih diberikan napas. Renjun merasa dia begitu malu. Itu adalah kenyataan yang paling mengerikan bahwa dia masih hidup dan juga masih sendirian.

Dia mengusap rambutnya sendiri, mencoba menggali kembali kenangan indah saat ibunya itu mengusap rambutnya penuh kasih sayang. Namun, dia lupa. Hanya di mimpi tadi rasanya bagaikan nyata. Sekarang, saat dia kembali terbangun, kenangan itu ikut menguap.

Setidaknya itu mimpi yang indah. Jarang-jarang dia mendapatkannya. Jadi, Renjun pantas bersyukur.

Rasanya baru sehari yang lalu Renjun merasa damai. Bergelung di pelukan ibunya, menyantap kelinci panggang kesukaannya, dan mendengarkan ibunya menyanyikan lagu pengantar tidur.

VARGSÅNGEN | NOREN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang