Chapter 2

589 117 49
                                    

Catatan penulis:
Halo, sebelum kamu membaca chap 2, aku punya pemberitahuan sedikit, yaitu kamu bisa panggil author ini dengan Miko dan kamu dibebaskan sepenuhnya untuk kasih komentar. Mau pujian, saran, kritik, hujatan juga boleh kalau tega wkwkwk jangan segan juga buat spam komentar ya! Ga berisik kok, malah seneng wkwkwk

Enjoy~
.
.
.

VARGSÅNGEN

Chapter 2

Renjun terbangun dari mimpi buruknya pada keesokan harinya. Itu pun karena dia mendengar suara gaduh seseorang. Suara itu, seperti suara langkah kaki yang berdebum, menginjak rerumputan dengan terburu-buru.

Mata merahnya terbuka, bening, seperti kristal, memantulkan cahaya matahari yang masuk ke dalam gubuk. Cahaya itu datang melewati celah-celah di dinding dan lubang. Dia menduga bahwa waktu sudah pagi.

Renjun memejamkan matanya, kembali tidur, dan mencoba mengabaikan suara itu. Dia masih mengantuk, juga dia mengira bahwa itu suara langkah kaki si Sinting. Jadi, tidak ada yang penting juga tidak ada yang spesial tentang itu. Walaupun Renjun juga penasaran, mimpi apa si Sinting mengantar makanan sepagi ini? Biasanya orang gila itu baru akan menghantarkan jatah makan paginya saat matahari sudah jauh tergelincir di barat. Mungkin si Sinting sedang bertobat, pikirnya lalu kembali memejamkan matanya.

Baru sebentar dia terpejam, suara langkah itu kembali membuatnya terbangun. Kali ini suara itu telah berubah menjadi suara orang berlari dan langkahnya itu menimbulkan berisik dari dedaunan kering yang terinjak.

Sekarang kenapa si Sinting berlari?

Mau tak mau, Renjun menjadi makin penasaran.

Jangan-jangan bukan si Sinting?

Telinganya tegak penuh waspada. Jika bukan si Sinting lalu siapa? Tidak pernah ada yang berlari di sekitar gubuknya. Bangunan kotor ini dibangun jauh di belakang rumah Pemimpin Klan, dekat dengan hutan. Sekelilingnya pun rimbun dan gelap, tampak berbahaya. Orang-orang yang waras tentu akan menghindari melintasi area ini. Apalagi mereka juga tahu bahwa di sinilah seorang anak dikurung atas perintah sang Tuan.

Siapa orang bodoh yang berani mengusik sang Tuan? Jawabannya adalah tidak ada dan seharusnya begitu, selain penjaga, tidak akan ada yang ke sini. Jadi, itu pasti si Sinting atau penjaga lainnya yang diberikan tugas mengantarkan makanan.

Mempertimbangkan hal itu membuat Renjun kembali rileks. Walaupun ada sedikit kecewa. Namun, dia menggelengkan kepalanya. Memang benar ibunya mengatakan bahwa harapan itu akan selalu ada, tetapi bagi Renjun untuk mengharapkan kedatangan seorang penyelamat yang tersesat bagai mukjizat, tidak lebih dari angan-angan yang berlebihan.

"Hah... tidak mungkin," bisiknya.

Renjun mengubah wujudnya kembali ke bentuk manusianya. Telinga, moncong, dan tulang ekornya menyusut. Helai-helai bulu putih kumalnya juga menghilang, masuk kembali ke pori-pori kulitnya. Matanya, dia memejamkannya, dan saat tirainya kembali terbuka, warna cokelat madu yang tampak, menggantikan pupil merahnya.

"Mungkin dia sedang buru-buru ke toilet." Renjun bergumam pelan. Dia masih mengawang-awang di antara batas mimpi dan realitas. Berusaha kembali memejamkan matanya, Renjun menarik selimut goninya, dan bergelung di baliknya. Namun, sejujurnya, Renjun masih memikirkan suara langkah kaki itu.

TAP

TAP

Keningnya berkerut. Dia benar-benar berusaha untuk mengabaikannya dan kembali tidur.

TAP

Seorang itu, apakah dia tidak bisa berbalik saja dan membiarkan Renjun tidur dengan tenang?

KRASAK

VARGSÅNGEN | NOREN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang