Oh Itu Namanya

135 27 8
                                    

Mina POV

Pagi ini kami semua diminta untuk datang ke auditorium. Kata Sana, ini adalah rutinitas setiap bulannya, apalagi ini sudah pertengahan semester kami masuk sekolah.

Pandanganku tanpa sengaja mengedar kesana kemari mencari sosok laki-laki yang belakangan ini menggangguku... si peramal amatir. Aku memutuskan memanggilnya peramal amatir.

 Sejenak aku terdiam dan berpikir kenapa aku malah mencari kehadirannya? Ya... Entahlah. Memang dasarnya wanita, susah ditebak. Beberapa saat mencari, aku tidak menemukannya dimanapun.

Tak berapa lama ku dengar Nayeon berdecak sebal.

"Ck... Dia lagi dia lagi." Aku menoleh ke arahnya penuh tanya.

"Hm??"

"Itu Jeongyeon di depan. Selalu saja sengaja datang terlambat bersama yang lain. Memberi pengaruh buruk saja." Dia menunjuk dengan matanya yang mengarah ke depan kanan auditorium.

Ternyata nama si peramal amatir itu Jeongyeon...

"Oh... Lalu kenapa kau tidak bilang Chayeoung untuk berhenti dekat dengan dia?"

"Biarkan sajalah, masih masa SMA..." Aku tersenyum karena tak menyangka dengan jawaban Nayeon yang begitu santai. Padahal sebentar tadi dia terlihat kesal.

Setelah dari auditorium, kami berjalan bersama menuju kelas dan tentu saja ada Jimin yang mengikuti kami dari belakang. Aku berpikir, apa dia tidak punya teman laki-laki lain? Kenapa selalu menempel dengan kami.

"Jeongyeon itu ketua basket dan dari department practical music. Dia itu terkenal bukan karena ketua basketnya, tapi terkenal karena kenakalan dan kejahilannya. Juga beberapa murid menganggap dia sangat tampan." Sana menjelaskan sembari duduk di bangku kami yang bersebelahan.

-------------------------------------

Pulang sekolah supirku tidak bisa menjemputku karena harus mengantar orang tuaku ke bandara. Mamaku ada seminar di Tokyo dan papa menemaninya karena sedang libur praktik. Oh iya, aku ini biasanya berangkat naik bis, tapi kalau pulang sekolah terkadang di jemput supir. Padahal aku sudah bilang pada papa dan mama agar aku naik bis saja, tapi mereka merasa kasihan padaku. Takut lelah katanya apalagi kalau ada ekstrakurikuler.

Sudut mataku tak sengaja terlirik melihat Jeongyeon dengan sepedanya menghampiriku. Ah sial... Pasti dia ingin aku mau dibonceng olehnya. Aku sudah bisa disebut peramal bukan?

"Naik bis?" Tanyanya dan aku hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Aku terus berjalan menuju halte yang tak jauh dari sekolah.

"Aku temani ya." Ucapnya.

"Hah? Sepedanya?" Entah apa yang merasukiku menjawab seperti itu seakan aku setuju kalau dia mau menemaniku.

Ku lihat dia tersenyum lebar. Cukup manis, melebih manisnya senyuman kekasihku yang jauh di negri sana.

"Gampang." Lalu kulihat dia mengedarkan pandangannya.

"Tidak usah, aku duluan." Belum aku melangkah lagi, kudengar dia memanggil Tzuyu yang kebetulan lewat, sepertinya ia ingin jajan di warung Kim depan sekolah.

Jadi tidak jauh dari gerbang sekolah ada sepasang suami istri menjual berbagai macam camilan, tapi yan gmenjadi andalannya adalah eomuk dengan berbagai varian rasa dan biasanya akan sangat ramai saat pulang sekolah. Dia menitipkan sepedanya pada Tzuyu. Ku lihat Tzuyu memberi hormat padanya layaknya tentara. Dasar bodoh, mau saja disuruh-suruh.

"Ayo!" Dia menarik tanganku... Lebih jelasnya menarik ujung lengan jas seragamku.

Setelah busku datang, kami pun naik ke dalam bus. Suasana bus terbilang cukup sepi karena ini belum jam pulang kantor dan kebetulan ke bus ke arah rumahku memang tidak ramai anak sekolah dari SOPA. Kalau jam pulang kantor bisa-bisa aku tidak dapat tempat duduk seperti sekarang.  

"Maaf menarik ujung lengan jasmu. Aku takut kau teriak kalau aku menarik tanganmu. Nanti aku dikira penculik. Hehehe."

"Ini pertama kalinya duduk denganmu, disebelahmu." Aku mendiaminya dan mengeluarkan HP-ku mencari game untuk menghabiskan waktu dari pada mendengarnya berceloteh.

"Mina..." Dia memanggilku tapi aku pura-pura tidak mendengarnya.

"Kau cantik." Aku cukup terkejut dengan ucapannya yang blak-blakan.

"Gomawo." Jawabku mencoba ramah karena kata mamaku, jika ada yang memuji sebisa mungkin jawablah dengan ramah.

"Tapi aku belum mencintaimu. Tidak tahu kalau sore nanti." Lanjutnya yang membuat otakku membeku seketika.

"Apa-apaan sih?!" Tidak ada lagi keramahan untuknya. Dia hanya tersenyum bodoh, aku pun berbalik memainkan HP-ku lagi.

"Aku mau ramal lagi... Kau akan segera tahu namaku."

"Sudah tahu! Tidak usah sok meramal!!"

"Oke-oke."

Tiba-tiba dia berdiri, setelah ku lihat ternyata ada seorang nenek. Memang busnya sepi, tapi tempat duduk sudah terisi semua.

"Nek, duduklah disini." Ucap Jeongyeon.

"Aigoo... terima kasih anak muda." Nenek itu duduk di sebelahku.

"Cantik ya nek?" Ku dengar Jeongyeon bertanya pada nenek.

"Cantik, kalian cocok sekali." Jawab nenek itu. Aku pun hanya bisa mengangguk terima kasih karena tak bisa mencerna kejadian barusan.

Akhirnya pemberhentianku tiba dan aku turun. Dia juga ikut turun, aku kira dia akan mengikutiku sampai rumah. Tapi aku salah, dia memilih berpamitan padaku dan langsung kembali naik bus arah berlawanan untuk kembali ke sekolah. Dasar baka!

"Aku langsung pulang ya." Ucapnya dan aku hanya mengangguk saja.

Sebelum pergi dia kembali bicara.

"Kau tahu tidak semua murid di SOPA itu payah."

"Hah? Kenapa?"

"Cuma aku yang tahan dapat hukuman detention. Bye, Mina." Dia tersenyum sebelum menyebrang dan sumpah demi apapun itu tidak penting. Aku berbalik meninggalkannya.

"Baka." Bisikku pelan saat telah berjalan jauh dari halte.

-------------------------------------

Sesampainya dirumah tanpa membersihkan diri, aku langsung duduk di sofa kamarku sambil berbincang dengan kekasihku. Oh ya nama kekasihku itu Bambam, dia sedang sibuk di Jepang. Aslinya dia itu orang Thailand tapi sejak kecil sudah tinggal dan pindah di Jepang bersama orang tuanya yang memiliki perusahaan disana.

Biasanya dia sibuk, tapi hari ini dia tiba-tiba ingin berbicara di telpon. Katanya dia sedang sempat dan rindu pada suaraku.

Pembicaraan kami selesai saat bibi memanggilku untuk makan malam. Ya, makan malam sendiri hari ini.

Kembali ke kamar tiba-tiba aku teringat ucapan si peramal amatir.

'Kau cantik. Tapi aku belum mencintaimu, tidak tahu kalau sore nanti.'

Ck... Dengar ya kau Jeongyeon. Aku tidak akan suka padamu karena aku sudah punya kekasih!

Seketika aku ingat ucapan Bambam. Dia akan ke Korea saat ulang tahunku nanti. Sejujurnya aku tidak se-excited itu.

-------------------------------------

Alarm HP-ku berbunyi tepat saat aku membuka mata. Ku lakukan rutinitas anak muda zaman sekarang yaitu langsung meraih benda persegi panjang bukannya bangun lalu mandi.

Ku buka aplikasi pesanku

'Pemberitahuan... Sejak kemarin sore, aku sudah mencintaimu.'

Kira-kira begitu isi pesannya. Tak perlu ku ragukan lagi, tentu itu dari si peramal amatir aneh, Jeongyeon.

Baka!

Aku langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi membersihkan diriku.

.

.

.

.

.

.

. Bersamboeng

Aku belum mencintaimu, tidak tahu kalau sore

Kalau suka Vote & Comment ya ges ya

JEONGYEON 2015 || JeongMi || Jeongyeon Mina || END SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang